BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat. peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia (Hatta, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor pendukung terpenting. Di dalam Permenkes RI Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan institusi yang memiliki fungsi utama memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA CODER (DOKTER DAN PERAWAT) DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS BERDASARKAN ICD-10 DI PUSKESMAS GONDOKUSUMAN II KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Klasifikasi dan kodefikasi penyakit, Aspek hukum dan etika profesi, Manajemen rekam medis & informasi kesehatan, Menjaga mutu rekam

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai pusat rujukan dan merupakan pusat alih pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang. kompleks, padat pakar, dan padat modal. Kompleksitas ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. yang bermutu dan memperoleh penghasilan yang cukup untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tentang Kebijakan Dasar Puskesmas, puskesmas adalah unit pelaksana. teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung-jawab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME MEDIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA

Ketepatan Penentuan Kode Penyebab Dasar Kematian Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Triwulan IV Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djojosoegito dalam Hatta (2008) rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau. rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

BAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang berkembang di Indonesia sangat. beragam macamnya, di antaranya ada rumah sakit, puskesmas, dokter

BAB I PENDAHULUAN. adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem kesehatan (health system) adalah tatanan yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kepmenkes RI Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Puskesmas. adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. isi, akurat, tepat waktu, dan pemenuhan persyaratan aspek hukum. berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan menurut Permenkes RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 Tentang Rekam Medis pasal 1 ayat 3 adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Pengodean, Rekam Medis, JKN, Kejelasan dan Kelengkapan

DAFTAR PUSTAKA. Abdelhak, M., Grostik, S., Hanken, M. A. (2001). Health Information Management of a Strategic Resource. Sydney: W B Saunders Company.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelayanan rujukan medis spesialistik yang mempunyai fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

dalam pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Adapun salah satu upaya dilakukan melalui suatu sistem jaminan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan bisa menjalani aktifitas kehidupannya dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Hal ini terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, bahwa rumah. sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional dan aman seperti dalam UU Praktik Kedokteran Pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KETEPATAN PENULISAN DIAGNOSIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS KASUS OBSTETRI GYNECOLOGY PASIEN RAWAT INAP DI RSUD. Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sehingga di rumah sakit diharapkan mampu untuk. puas dan nyaman, sesuai dengan peraturan-peraturan yang ada seperti

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN RAWAT INAP JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT BERDASARKAN ICD-10 DI RSUD SIMO BOYOLALI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan di berbagai instansi kesehatan dengan dukungan dari

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Djoyosoegito dalam Hatta (2010), rumah sakit merupakan satu

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

ANALISIS KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA TYPHOID FEVER BERDASARKAN ICD-10 PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Nomor : 240/MENKES/PER/III/2010 merupakan intitusi. rawat jalan pasien lama dan gawat darurat.

HUBUNGAN KUALIFIKASI CODER DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS RAWAT JALAN BERDASARKAN ICD-10 DI RSPAU dr S HARDJOLUKITO YOGYAKARTA 2015

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

TINJAUAN HUBUNGAN ANTARA SPESIFISITAS DIAGNOSIS UTAMA DENGAN AKURASI KODE KASUS PENYAKIT BEDAH PERIODE TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. sakit memegang peranan penting terhadap meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Hospital Association dalam Rustiyanto (2010),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dan kedokteran gigi. Salah satu fasilitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. No 44 tahun tentang Rumah Sakit, dinyatakan bahwa rumah sakit. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan sistem pengelolahan Rekam Medis yang baik dan benar. 1

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan tempat tidur pasien, pelayanan medis dan perawatan. lanjutan untuk diagnosis dan perawatan oleh tenaga medis yang

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri, dimana kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Rekam Medis mempunyai peranan penting dalam proses pelayanan di rumah

LelimafiSetiyani, Tri Lestari, Putu Suriyasa APIKES Mitra Husada Karanganyar

PENDAHULUAN. bidang pelayanan kesehatan. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang mendasar bagi setiap individu. Kesehatan juga merupakan topik yang tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan

Hanjrah Fatmawati,Rano Indradi Sudra,Nurifa atul M.A APIKES Mitra Husada Karanganyar

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu bagian dari pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan merupakan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal dalam rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup, serta kesehatan dan kecerdasan seluruh bangsa Indonesia. Salah satu wujud dari upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat tersebut adalah dengan adanya sarana kesehatan, salah satunya adalah Rumah Sakit. Berdasarkan Undang undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan, rumah sakit harus dapat mendokumentasikan setiap tindakan dan pengobatan yang telah diberikan kepada pasien kedalam suatu dokumen yang disebut rekam medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 269/MENKES/PER/III/2008 pasal (1), rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah di berikan kepada pasien. Menurut Abdelhak, dkk (2001) Rekam medis dikatakan bermutu apabila

2 rekam medis tersebut akurat, lengkap, dan dapat dipercaya, valid dan tepat waktu. Salah satu bentuk pengolahan dalam rekam medis adalah pendokumentasian serta pengodean (coding) diagnosis. Menurut WHO (2002), Coding is procedure that assigns a numeric code to diagnostic and procedural data based on a clinical classification system. (Pengodean adalah sebuah prosedur pemberian kode numerik untuk diagnosis dan data sistem yang didasarkan pada sistem klasifikasi klinik). Pelaksanaan pengodean harus lengkap dan akurat sesuai dengan ICD 10 (WHO, 2002). Berdasarkan Keputusan Menteri Republik Indonesia No 50 Tahun 1988 tentang pemberlakuan Klasifikasi Statistik Internasional Mengenai Penyakit Revisi Kesepuluh, Badan Kesehatan Sedunia telah menetapkan Internasional Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems Tenth Revision (ICD-10) sebagai klasifikasi statistik internasional mengenai penyakit revisi yang akan digunakan oleh seluruh Negara anggota WHO, sehingga Indonesia perlu menyesuaikan. Berdasarkan hal tersebut, Menteri Kesehatan Republik Indonesia memberlakukan klasifikasi internasional mengenai penyakit revisi kesepuluh (ICD-10) secara nasional di Indonesia sejak 13 Januari 1998. Kualitas data terkode merupakan hal yang penting bagi kalangan tenaga personel Manajemen Informasi Kesehatan, fasilitas asuhan kesehatan, dan para profesional Manajemen Informasi Kesehatan. Ketepatan data diagnosis sangat krusial di bidang manajemen data klinis, penagihan kembali biaya, beserta halhal yang berkaitan dengan asuhan dan pelayanan kesehatan (Hatta, 2008). Hal tersebut dikarenakan pengodean memiliki peran penting dalam manajemen di

3 rumah sakit. Ketepatan dalam pemberian kode penyakit akan berpengaruh terhadap laporan yang akan dibuat oleh rumah sakit. Menurut Depkes RI (1997), faktor-faktor yang sangat mempengaruhi dalam pengodean adalah tenaga medis yang menetapkan diagnosis, tenaga rekam medis sebagai pemberi kode, tenaga kesehatan lainya, sarana, kelengkapan berkas rekam medis dan kebijakan rumah sakit. Faktor-faktor ini harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit agar dapat dihasilkan kode yang sesuai berdasarkan ICD-10. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada tanggal 1 Maret 2013, melalui hasil wawancara dan hasil pengamatan selama studi pendahuluan diperoleh informasi bahwa terdapat kode diagnosis yang tidak spesifik dan tidak sesuai dengan ICD- 10 pada berkas rekam medis pasien rawat inap obstetri dan ginekologi. Pada proses awal penelitian, peneliti terlebih dahulu mengambil data diagnosis pada lembar ringkasan masuk keluar pasien obstetri dan ginekologi sebanyak 30 diagnosis, dari analisis keakuratan kode tersebut diperoleh hasil sebesar 20% kode tidak akurat. Keakuratan kode diagnosis pada lembar ringkasan masuk dan keluar obstetri dan ginekologi berpengaruh terhadap laporan statistik data keadaan morbiditas pasien rawat inap, tetapi juga berpengaruh terhadap Laporan Sepuluh Besar Penyakit. Apabila kode diagnosis tidak tepat akan menyebabkan data yang dihasilkan mempunyai tingkat validasi data yang rendah, menyebabkan ketidakakuratan dalam pembuatan laporan, dan mempengaruhi kebijakan yang akan diambil oleh pihak manajemen rumah sakit. Sehingga

4 keadaan ini mendorong peneliti untuk mengetahui prosentase tingkat keakuratan kode diagnosis pasien obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Selain itu di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta belum pernah diadakan evaluasi mengenai topik ini. Untuk itu peneliti mengambil judul Keakuratan Kode Diagnosis Pada Lembar Ringkasan Masuk Keluar Pasien Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Bagaimana pelaksanaan pengodean diagnosis pasien obstetri dan ginekologi pada lembar ringkas masuk keluar di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui tingkat keakuratan kode diagnosis pada lembar ringkasan masuk keluar pasien obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pelaksanaan pengodean diagnosis pada lembar ringkasan masuk keluar pasien obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Panti Rapih. b. Mengetahui prosentase keakuratan pengodean diagnosis pada lembar ringkasan masuk keluar pasien obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

5 c. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakakuratan pengodean diagnosis pada lembar ringkas masuk keluar pasien obstetri dan ginekologi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. D. Manfaat 1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi pihak rumah sakit dalam menyusun kebijakan dan pelaksanaan pengodean yang berguna untuk meingkatkan mutu rumah sakit. 2. Bagi Institusi Pendidikan Memberi masukan atau materi yang berharga sebagai bahan pembelajaran bagi kemajuan pendidikan terutama yang berkaitan dengan keakuratan pemberian kode pada berkas rekam medis. 3. Bagi Peneliti a. Menambah pengalaman dan pengetahuan dibidang rekam medis khususnya dalam pelaksanaan pengodean diagnosis di rumah sakit. b. Mengetahui perbandingan antara teori yang didapat di bangku perkuliahan dengan kenyataan di rumah sakit. 4. Bagi Peneliti lain Dapat digunakan sebagai dasar, acuan, dan bahan referensi bagi peneliti yang serupa dan juga dapat digunakan untuk pengembangan penelitian yang lebih kompleks.

6 E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Keakuratan Kode Diagnosis Pada Lembar Ringkasan Masuk Keluar Pasien Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta belum pernah dilakukan oleh peneliti lain, tetapi ada penelitian yang hampir sama, antara lain : 1. Penelitian dengan judul Ketepatan Kode Diagnosis Pada Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap Diabetes Mellitus Berdasarkan ICD-10 di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang Andriani (2011). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini mengemukakan tentang proses pemberian kode Diagnosis Diabetes Mellitus, prosentase ketepatan kode diagnosis Diabetes Mellitus, dan faktor penyebab ketidaktepatan kode diagnosis Diabetes Mellitus berdasarkan ICD-10. Dari 124 sampel, prosentasee ketepatan kode diagnosis penyakit diabetes mellitus menunjukan untuk kriteria A (kode tepat dengan kode dikoreksi sampai digit terakhir) sebesar 25,81 %, kriteria B (kode tepat dengan kode koreksi hanya sampai digit ke tiga) sebesar 67,74%, kriteria C (kode tidak tepat dengan kode dikoreksi) sebesar 4,03%, kriteria D (kode tidak tepat di berkas rekam medis) sebesar 2,42%. Persamaan penelitian ini dengan Andriani, (2011) yaitu salah satu tujuannya menghitung prosentase ketepatan kode diagnosis. Perbedaannya yaitu pada jenis kasus yang diambil. Penelitian Andriani meneliti kasus untuk penyakit Diabetes Mellitus. 2. Penelitian dengan judul Evaluasi Ketepatan Kodefikasi Diagnosis Utama Pasien Rawat Inap Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Pertamina Cirebon

7 Sadiyah (2004). Dari 180 kasus pasien rawat inap bulan Januari 2004 yang diteliti, ketepatan kodefikasi diagnosis utama dengan ICD-10 hanya sebesar 36,70%. Persamaanya yaitu mengangkat tema tentang ketepatan pemberian kode, selain itu persamaan yang lain pada jenis penelitian yang diambil yaitu penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaanya adalah pada lokasi, tujuan dan pada objek penelitian, penelitian ini lebih mengarah pada keakuratan kode diagnosis pada lembar ringkas masuk keluar pasien obstetri dan ginekologi. 3. Lisnawati (2012) Ketepatan Kode Diagnosis Utama Dengan ICD-10 Pada Lembar Ringkasan Masuk Keluar Ibu, Bayi, dan Anak Di RSIK Sadewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dan rancangan fenomenologis. Hasil penelitiannya yaitu pelaksanaan pengodean di RSIK Sadewa Yogyakarta dilakukan oleh petugas rekam medis. Fasilitas pengodean menggunakan buku pintar dan ICD-10. Proses pengodean dilakukan setelah berkas rekam medis selesai di assembling. Persamaannya pada tujuannya yaitu mengetahui pelaksanaan pengodean diagnosis pada lembar ringkasan masuk dan keluar. Perbedaanya yaitu pada metode penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.