BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Persalinan adalah proses dimana bayi, placenta dan selaput

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PRIMIPARA DI BPS BENIS JAYANTO TAHUN 2012

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BPS NY. ALIMAH KECAMATAN SOMAGEDE KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN TEORI. ketuban keluar dari uterus ibu (Gulardiet al. 2008; h. 39). Dasar

BAB I PENDAHULUAN. I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Universitas UBudiyah Indonesia

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

CUT ROSMAWAR¹ ¹Tenaga Pengajar Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh

Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan bayi dengan sempurna. Ada dua persalinan yaitu persalinan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI RSUD KEBUMEN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang kelima. Indonesia berada

Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian Rupture Perineum pada Persalinan Normal

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu hamil. Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. 99 persen kasus kematian ibu terjadi di negara berkembang. Hal ini terungkap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

GAMBARAN RESPONDEN DENGAN ROBEKAN PERINEUM DI RB PANJAWI SUKOHARJO

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

Penyebab Terjadinya Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten Magelang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM NY. NATALIA KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Nifas

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PIJAT PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK


Nunung Nurjanah Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar bealakang. Setiap wanita menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. riwayatkan dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL PRIMIGRAVIDA DI RSUD KOTA MAKASSAR

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

KARAKTERISTIK RESPONDEN YANG MENGALAMI ATONIA UTERI DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN UMUR IBU DAN LAMA PERSALINAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU PRIMIPARA DI BPS NY

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh seluruh wanita

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran Pembangunan Millenium Development Goals (MDGS) adalah 102 per

BAB I PENDAHULUAN. plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR PADA PERSALINAN FISIOLOGIS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu. bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan (Sumarah, dkk. 2008:1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan kehamilan yang dapat menyebabkan kematian (Dinana,

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA Ny S GI P0000 TRIMESTER III DENGAN LETAK SUNGSANG DI RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).

KATA PENGANTAR. Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3 cm dan beratnya 500

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Section Caesarea

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

HUBUNGAN FAKTOR RESIKO IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA DI RSIA NORFA HUSADA BANGKINANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN : HUBUNGAN POSISI BERSALIN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI (BPM) KASIYATI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. didunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan sangat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH BERSALIN ATIAH

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian maternal di negara negara maju berkisar antara 5-10

BAB I PENDAHULUAN kelahiran dibandingkan 16 per kelahiran di negara maju. Indonesia

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN TERJADINYA ROBEKAN PERINEUM SPONTAN DI BPM WIWIK AZIZAH SAID DESA DURIWETAN KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi yaitu perdarahan, infeksi dan pre eklampsia ( Saifuddin, 2009).

KEHAMILAN LETAK SUNGSANG DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan alat dan persalinan operatif yaitu Sectio Caesaria (SC). Prawirahardjo (2010) dalam Septi (2012).

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN BERAT BAYI LAHIR DENGAN KEJADIAN LASERASI PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK SWASTA Hj. SRI WAHYUNI, S.SiT SEMARANG TAHUN 2012

SIMONGAN SEMARANG BARAT TAHUN 2015 ARTIKEL

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH DERAJAT ROBEKAN PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU NIFAS DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah tinggnya Angka Kematian Ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010). waktu (yaitu 12 hari atau lebih melewati tanggal taksiran partus) dan ketuban

KARAKTERISTIKIBU BERSALIN DENGAN EPISIOTOMI DIRUMAH BERSALIN MARGA WALUYA SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PARITAS IBU DENGAN ROBEKAN PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

PENELITIAN ANEMIA DAN KONTRAKSI RAHIM DALAM PROSES PERSALINAN. Novita Rudiyanti*, Diana Metti*

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya 80-90% kehamilan akan berlangsung normal dan

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. lahir. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan Negara maju, kematian maternal berkisar antara 5-10 perkelahiran hidup (Hartono, 2010). Kesehatan ibu dan anak perlu mendapat perhatian karena ibu hamil dan bersalin yang memiliki resiko terjadinya kematian. Mortalitas dan morbiditas wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar Negara miskin dan berkembang seperti Indonesia. Komplikasi kehamilan, persalina, dan nifas merupakan penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia (Retnowaty, 2005). Di Indonesia kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, AKI di Singapura 14 per 100.000 kelahiran hidup, di Malaysia 62 per 100.000 kelahiran hidup di Thailand 110 per 100.000 kelahiran hidup, di Vietnam 150 per 100.000 kelahiran hidup dan Myanmar 380 per 100.000 kelahiran hidup (WAD, 2009). Di ruang bersalin RSUD KRT Setjonegoro tahun 2012 ibu dengan PEB/PER/eklamsia sekitar 18,91%,post term 16,98%, IUFD 16,21%, presbo 14,51%,KPD 13,33%, dan perdarahan post partum 5,64%. Sedangkan presentas tindakan yang dilakukan di ruang bersalin RSUD KRT Setjonegoro paling tinggi tindakan persalinan spontan 33,98%, induksi 23,31%, SC 22,34%, vakum ekstraksi 5,53%, dan bracht/manual aid 3,36%. Hermiyanti (2010), mengatakan penyebab langsung kematian ibu terkaitdan persalinan adalah perdarahan (28%). Sebab lain, yaitu eklamsi 1

2 (24%), infeksi (11%), partus lama (5%), dan abortus (5%). Penyebab perdarahan pasca persalinan yaitu karena gangguan pada rahim, pelepasan plasenta, ruptur jalan lahir, dan gangguan pembekuan darah. Resiko akan meningkat pada ibu hamil yang menderita anemia dan rahim teregang terlalu besar karena bayi besar. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis pada wanita hamil. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010; h.125). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala dalam waktu 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan tidak selalu normal tetapi bisa menjadi patologi walaupun pemeriksaan ANC dan riwayat kesehatan ibu dalam keadaan normal. Faktor asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih, aman dan mencegah komplikasi. Paradigma pencegahan, episiotomy tidak dilakukan karena penolong persalinan akan mengatur kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya ruptur minimal pada perineum (Wiknjosastro, 2008). Rupture perineum merupakan salah satu trauma yang sering diderita perempuan saat persalinan (Oxorn, 2010). Rupture perineum adalah luka pada perineum diakibatkan rusaknya jaringan karena proses penurunan kepala janin atau bahu saat persalinan (Hamilton, 2012). Ruptur perineum umumnya terjadi digaris tengah dan biasanya menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Ruptur perineum dibagi menjadi 4 (empat) tingkat, tingkat pertama ruptur hanya terjadi pada kulit perineum dan

3 mukosa vagina, tingkat kedua ruptur terjadi pada dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang menghubungkan otot- otot diafragma rogenitalis, ruptur tingkat tiga dari perineum sampai muskulus sfingter ani, sedangkan ruptur tingkat empat mengenai mukosarektum (Prawirohardjo, 2006; h. 432). Ruptur perineum merupakan komplikasi pada persalinan. Ruptur perineum terjadi di garis tengah dan meluas apabila kepala janin lahir terlalu cepat dan sudut arkus pubis lebih kecil dari normal, sehingga kepala janin lahir lebih kebelakang dari pada melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dari pada sikum ferensi asuboksipito-brekmatika. Ruptur perineum disebabkan oleh faktor ibu dan janin. Ruptur perineum dari faktor ibu meliputi inpartus presipitatus, mengejan yang tidak efektif, dorongan fundus yang berlebih, edema dan kerapuhan pada perineum, varikositas vulva, arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit, serta perluasan episiotomy. Sedangkan faktor dari janin yaitu bayi besar, posisi kepala yang abnormal, presentasi bokong, ekstraksi forceps, dystocia bahu, hidrochepalus (Harry dan William, 2010; h. 112-115) Ruptur perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. Ruptur spontan yaitu luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi) harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik forcep ekstraksi maupun vacum ekstraksi. Apabila episiotomi tidak dilakukan atas indikasi, maka akan menyebabkan peningkatan kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat.

4 Umumnya distosia bahu terjadi pada bayi besar (makrosomia), yakni suatu keadaan yang ditandai oleh ukuran badan bayi yang relatif lebih besar darinormal. Bayi besar (giant baby), yaitu bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4000 gr (Saifuddin, 2002). Kesulitan melahirkan bahu tidak selalu dapat diduga sebelumnya. Bahu yang lebar selain dijumpai pada janin besar juga dijumpai pada anensefalus. Apabila kepala sudah lahir sedangkan bahu sulit dilahirkan, hendaknya dilakukan episitomi mediolateral yang cukup luas (Winkjosastro, 2006). Kesukaran yang ditimbulkan karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan kemungkinan perdarahan pasca partum akibat atonia uteri dan robekan jalan lahir (Sastrawinata.et al, 2003). B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran faktor-faktor penyebab rupture perineum pada persalinan pervaginam? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuanumum Guna mengetahui gambaran faktor-faktor penyebab rupture perineum pada persalinan pervaginam. 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui kejadian ruptur perineum bedasarkan faktor paritas yaitu primipara dan multipara. b. Untuk mengetahui penyebab rupture perineum berdasarkan faktor tindakan episiotomi.

5 c. Untuk mengetahui penyebab ruptur perineum berdasarkan faktor bayi besar. d. Untuk mengetahui penyebab ruptur perineum berdasarkan faktor distosia bahu. e. Untuk mengetahui penyebab rupture perineum berdasarkan faktor ekstraksi vakum. D. ManfaatPenelitian 1. Manfaat Teoritis Memperkuat konsep atau teori yang mendukung perkembangan pengetahuan tentang kebidanan khususnya yang terkait dengan faktorfaktor penyebab rupture perineum pada persalinan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat Memberikan pengetahuan pada ibu tentang faktor-faktor penyebab rupture perineum pada persalinan pervaginam. E. Temapat dan Waktu Penelitian Sehubungan dengan penelitian yang akan saya lakukan, maka peneliti akan mengambil data di RSUD KTR SETJONEGORO yang akan mengambil data dari bulan Agustus 2014 hingga Oktober 2014. F. Keaslian Penelitian Berikut ini penelitian yang bersangkutan dengan penelitian tentang gambaran faktor- faktor penyebab rupture perineum pada persalinan normal. 1. Suprida (2012) Judul penelitian: hubungan berat badan janin dan paritas dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal di BPS Husniyati ZR

6 Palembang tahun 2012. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 14 (16,5%) yang mengalami rupture perineum, 39 (45,9%) dengan berat badan janin berisiko dan 41 (48,2%) dengan paritas rendah, Melalui analisis data dengan Uji Statistik Chi-Square didapatkan ada hubungan yang bermakna berat badan janin dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal dimana nilai p. value= 0,003 < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara berat badan janin dengan kejadian rupture perineum persalinan normal. Perbedaan dengan penelitian yang akan saya lakukan adalah hubungan terhadap derajad robekan yang bisa terjadi pada faktor-faktor penyebab rupture perineum. 2. Rosmawar Cut (2012) Judul faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya laserasi pada persalinan normal di Puskesmas Tanah Jambo Aye Panton Labu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 6 responden dengan jarak kelahiran yang beresiko terdapat 5 orang (83,3%) yang pernah mengalami laserasi dan dari 30 responden dengan jarak kelahiran yang tidak beresiko terdapat 22 orang (70%) yang pernah mengalami laserasi. Secara statistik tingkat laserasi perineum dengan jarak kelahiran yang beresiko tidak ada pengaruh. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Depkes, (2004) bahwa jarak kelahiran kurang dari dua tahun tergolong resiko tinggi karena dapat menimbulkan komplikasi pada persalinan.

7 3. Nunung Istianawati, et al, (2011) Judul hubungan badan bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal. Hasil penelitian menunjukan ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat 2500-4000 gram dan perineum 71,43%. Sebaliknya ibu multigravida yang melahirkan bayi dengan berat <2500 gram mayoritas tidak mengalami rupture perineum 59,1%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan berat bayi lahir dengan kejadian rupture perineum pada persalinan normal. 4. Pravetasari Seva., (2009) Judul hubungan berat badan lahir dengan rupture perineum di BPS Ny. Alimah kecamatan Somagede Kabupaten Bayumas tahun 2009. Hasil penelitian menunjukan angka kejadian rupture perineum spontan yang dialami ibu bersalin normal di BPS Ny Alimah Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas bulan Januari tahun 2009 sampai dengan April tahun 2010 masih cukup tinggi yaitu sebanyak 37,5% (30 orang) dari 80 persalinan normal.