BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan Lawangwangi Creative Space

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, persaingan dunia bisnis semakin ketat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Keterangan Jumlah kendaraan yang masuk via gerbang tol 1. Jumlah pengun jung melalui gerban.

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat menjadi tantangan maupun ancaman bagi para pelaku bisnis. Agar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau pelaku bisnis adalah mempertahankan pelanggannya. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. GAMBAR 1.1 Ganesha Mocktail Cafe Bandung Sumber: Dokumen Ganesha Mocktail Cafe, 2017.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelanggan baru. Strategi strategi tersebut mengharuskan perusahaan

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP REVISIT INTENTION WISATAWAN SAUNG ANGKLUNG UDJO

BAB I PENDAHULUAN. Memperoleh pelanggan-pelanggan yang setia adalah cita-cita terbesar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam organisasi yang berhadapan langsung dengan pelanggan. Individu tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada pasar dan harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri Pastry yang semakin meningkat memicu pelaku bisnis untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sampai besar seperti cafe, rumah makan maupun restoran. Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi kepada pelanggan atau konsumen. Di dalam perekonomian yang kreatif ini,

BAB I PENDAHULUAN. konsep pemasaran tradisional yang berfokus pada keistimewaan dan manfaat dari produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi terus berkembang kearah yang lebih baik. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor - faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. objek wisata menjadi kebutuhan primer sebagai penyeimbang kesibukan. mereka tersebut. Tempat hiburan maupun objek wisata mampu

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Restoran dan Kafe di Kota Bandung dari tahun TAHUN PERTUMBUHAN (%) , , ,33

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak besar terhadap pemasaran perusahaan. berbagai produk dan jasa yang semakin hari semakin homogen.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bidang usaha yang terjadi di era globalisasi adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan pelanggannya. Perusahaan berlomba-lomba menerapkan strategi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis kafe di Indonesia saat ini khusunya dikota-kota besar semakin

diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang seksama dan dicermati semua pihak tak terkecuali oleh perusahaan,

BAB 1 PENDAHULUAN Gambaran Umum Lazada Berikut ini adalah logo dari lazada :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini bisnis makanan dan minuman berkembang dengan pesat di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profile Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan ataupun ancaman bagi para pelaku bisnis. Pelaku bisnis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Konsep pemasaran terus berkembang dan berubah, dari konsep pemasaran. konvensional menuju konsep pemasaran modern. Faktor-faktor seperti

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah experiential marketing. Konsep ini berusaha menghadirkan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini bisnis makanan berkembang dengan semakin banyaknya. dalam industri ini demi mencapai tujuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan inovatif untuk menciptakan suatu bisnis yang berkelas dan bisa bersaing dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Bangunan Wiki Koffie Bandung

BAB I PENDAHULUAN. disuguhkan para pengusaha bisnis kepada konsumen. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dikelola sendiri yang biasa disebut sebagai guet house. Menurut AHMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran tradisional menuju konsep pemasaran modern. Perkembangan dunia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era perdagangan bebas dan persaingan global memaksa setiap

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri jasa restoran di Indonesia saat ini bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Congo Café and Resto

BAB I PENDAHULUAN. bisnis di Indonesia sudah semakin berkembang. Perkembangan bisnis tersebut

UKDW BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah. Dunia bisnis retail saat ini mengalami persaingan yang sangat ketat, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah kemajuan komunikasi dan teknologi informasi, serta perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. kaitannya dengan sikap masyarakat yang semakin kritis dalam memilih makanan. Makan

2014 ANALISIS MEAL EXPERIENCE TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan meningkatnya edukasi yang berhubungan dengan pemasaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambar 1.1 Suasana Little White Cafe

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Fruitea Holic Sumber: Data Internal Fruitea Holic

BAB I PENDAHULUAN. sekarang telah meluas ke dalam segmen yang lebih muda. pelanggan. Terlebih lagi dalam menghadapi Coffe Shop lainnya, minimal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. memasuki situasi dimana persaingan telah menjadi menu utama yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perlu mencermati perilaku konsumen dan faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki kota ini, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar, kota pariwisata dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha dihadapkan pada tantangan-tantangan yang baru agar dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kegiatan-kegiatan usaha dewasa ini bergerak dengan pesat. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang dimulai dari skala kecil seperti warung-warung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Observasi Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia. Kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Berusaha bangkit dari krisis ekonomi tahun 1998, Indonesia mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia saat ini adalah cafe. Pada tahun 2016 ini banyak bisnis cafe

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini banyak sekali kemajuan dan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan suatu bisnis tergantung pada ide, peluang dan pelaku bisnis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Lawangwangi Creative Space Lawangwangi Creative Space adalah sebuah Cafe dan gallery yang merupakan tempat asik untuk bersantai yang bertemakan art. Berada di Jl. Dago Giri No.99A, Mekarwangi, Jawa Barat 40135 menjadi cafe yang cukup terkenal dikalangan masyarakat khususnya remaja dan dewasa. Pertama kali tempat ini berdiri hanya ada gallery yang digunakan sebagai tempat pameran lukisan dan mahakarya lainnya yang tertata apik di dalam bangunan yang bernuansa putih. Seiring berjalannya waktu, banyak permintaan dari pengunjung dan keinginan untuk Lawangwangi Creative Space ini menghadiri sebuah tempat makan atau cafe sebagai tempat bersantai dan menikmati keindahan dari nuansa alam sekitar dan karya-karya yang berada di gallery. Berdasarkan pertimbangan dan permintaan pengunjung maka pihak Lawangwangi Creative Space menghadirkan cafe sesuai permintaan dari para pengunjung yang bertempat di lantai dua gedung Lawangwangi Creative Space. Dengan makanan dan minuman yang menarik membuat para pengunjung yang datang menikmati makanan dan minuman sambil bersantai menikmati suasana yang masih cukup asri dan menyegarkan. Cafe di tempat ini menyediakan berbagai macam makanan mulai dari nasi goreng, soup, salad, spaghetti hingga macam-macam steak. Menu minuman juga beragam dengan berbagai pilihan seperti coffe, chocolate, mocktail, hingga minuman tradisional seperti bandrek dan bajigur tersedia di cafe plus galeri ini dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 65.000. Dengan range harga tersebut, pengunjung bisa menikmati hidangan sambil menikmati live music yang ditampilkan di akhir pekan, dan melihat karya-karya seni dan desain kontemporer. Jika sedang digelar perlombaan seni, pengunjung bebas menghadiri artist talk dan menikmati aneka karya seni dan desain kontemporer dengan gratis. Letaknya yang cukup jauh dan jalan yang mulai rusak tidak menyulitkan bagi para pengunjung untuk datang dan bersantai, karena semua hal yang didapat selama perjalanan akan terbayar ketika sesampainya di Lawangwangi Creative Space.

1.1.2 Logo Perusahaan Logo Lawangwangi Creative Space terdiri dari tulisan Lawangwangi Creative Space yang berada dalam kotak persegi panjang berbentuk tiga dimensi, semua garis dan tulisan berwarna ungu. GAMBAR 1.1 Logo Lawangwangi Creative Space Sumber: Lawangwangi, 2016 1.1.3 Visi dan Misi Lawangwangi Creative Space Adapun Visi dan Misi dari Lawangwangi Creative Space sebagai berikut : a. Visi Menjadi pemimpin dalam pengembangan destinasi wisata dimana unsur Beautiful Nature, Art & Design, serta Local Heritage tidak hanya dapat terlihat, namun juga terasa dan teralami. b. Misi Tiga pilar utama yang akan hadir dalam destinasi kami: 1. Properti Residensial, Villa, Bangunan Komersil, Hotel 2. Kuliner, Café, Restoran 3. Seni dan Desain Galeri, Toko Desain, Butik 1.2 Latar Belakang Penelitian Kontribusi produk domestik bruto (PDB) industri perdagangan, hotel dan restoran setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Dalam periode tahun 2010-2015 peningkatan yang signifikan ini terbilang tinggi setiap tahunnya.

Perdagangan, Hotel dan Restoran 1800000 1600000 1400000 1200000 1000000 800000 600000 400000 200000 0 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2010 2011 2012 2013 2014 2015 882487,2 1023724,8 1138791 1301175 1473559,71575779,2 GAMBAR 1.2 Produk Domestik Bruto Industri Perdagangan, Hotel dan Restoran, Tahun 2010-2015 Sumber: bps.go.id, Data diolah Peneliti, 2017 Pada gambar 1.2 dapat disimpulkan bahwa kontribusi produk domestik bruto (PDB) industri perdagangan, hotel dan restoran setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Sehingga hal ini dapat dijelaskan bahwa industri tersebut berperan sangat penting dalam kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB). Perkembangan industri perdagangan, hotel dan restoran di Kota Bandung juga pada saat ini berkembang dengan sangat pesat, khususnya industri resto atau café. Hal ini dapat dilihat dari menjamurnya industri kuliner yang berupa resto atau café di beberapa wilayah di Kota Bandung. Perkembangan bisnis rumah makan baik resto maupun café di kota Bandung pada saat ini membuat terjadinya persaingan yang semakin ketat di industri kuliner untuk merebut perhatian konsumen dan memuaskan konsumen. Asosiasi café dan Restoran Bandung (AKAR), menyatakan bahwa terdapat 3.000 café dan restoran yang ada di kota Bandung, namun hanya ada 627 tempat usaha yang tercatat dan memiliki izin usaha (Sumber: www.sebandung.com, 2016). Seperti terlihat pada Tabel 1.1 sebagai berikut:

TABEL 1.1 Pertumbuhan Rumah Makan Berizin di Kota Bandung 2008-2014 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah 415 431 439 512 627 627 647 Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, 2016 Hal itu dapat dilihat dari Tabel 1.2 di atas yang menunjukkan pertumbuhan rumah makan maupun café di Kota Bandung yang tiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Dari tahun 2008 hingga tahun 2013 pertumbuhan rumah makan berizin di Kota Bandung terus mengalami peningkatan. Dari pernyataan AKAR tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan resto atau Cafe di kota Bandung sangat tinggi. Sehingga membuat pelaku usaha harus mampu melakukan diferensiasi terhadap resto atau café yang dimilikinya agar usaha yang dilakukannya mampu untuk terus berjalan. Melihat dari Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa perkembangan usaha pada industri resto atau café berjalan dengan sangat pesat. (Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, 2016) Dari sumber diatas kita bisa lihat bahwa perkembangan dunia bisnis saat ini semakin pesat, persaingan yang ketatpun menjadi rintangan dan ancaman bagi para pelaku bisnis. Agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan, setiap bisnis dituntut harus selalu peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada pasar dan harus mampu menciptakan ide-ide yang kreatif agar produk yang ditawarkan dapat menarik bagi konsumen, sehingga apa yang diinginkan oleh konsumen atau pasar dapat dipenuhi dengan baik dan perusahaan dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Pada era kompetisi yang semakin ketat ini keberhasilan menciptakan persepsi positif dibenak konsumen adalah faktor penting dalam kesuksesan penjualan suatu produk, maka dari itu perusahaan perlu menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk dengan menyentuh sisi emosional konsumen yang akan berpengaruh pada minat konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, Bern Schmitt mencetuskan konsep Experiental marketing. Schmitt (2012) menyatakan bahwa esensi dari konsep experiental marketing adalah pemasaran dan manajemen yang didorong oleh pengalaman. Menurutnya, menawarkan produk dengan cara mengutamakan fungsional semata, hanya akan membiarkan strategi perusahaan dicuri oleh pesaing. Experiental marketing telah diterapkan di banyak tempat, salah satunya adalah di sektor industri kuliner. Para pebisnis yang terjun dalam sektor industri kuliner berlomba lomba untuk

menarik konsumen dengan menawarkan berbagai produk dengan desain cafe dan restoran yang menarik, berkualitas dan harga yang kompetitif. Ketika sebuah resto atau cafe menawarkan hal yang berbeda kepada konsumennya, maka akan menimbulkan rasa puas kepada konsumen itu sendiri yang berujung pada keputusan pembelian terhadap resto atau cafe tersebut. Salah satu hal yang bisa ditawarkan kepada konsumen adalah dengan memberikan sentuhan interior dan exterior resto atau cafe agar mampu memenangkan persaingan dalam bidang kuliner khususnya di kota Bandung. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, kuliner Indonesia terbukti memiliki daya tarik yang besar. Kementrian Pariwisata mencatat pada 2013 sektor kuliner memberikan kontribusi nilai tambah bruto sebesar Rp 208,6 triliun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,5 persen dari tahun 2012-2013 (www.industri.bisnis.com, 2017). Oleh karena itu, kompetitifnya persaingan industri kuliner membuat pebisnis harus memutar otak untuk melakukan diferensiasi produk, sehingga konsumennya terfragmentasi menjadi ceruk (niche). Didasarkan pada keinginan untuk melakukan diferensiasi itulah maka restoran yang bertema unik dan spesifik ini mulai bermunculan membidik kaum niche. Ditambah lagi dengan penggunaan sosial media yang saat ini menjadi barometer kuliner, bahkan ada yang beranggapan makanan tidak perlu terlalu enak yang penting bisa menimbulkan kesan pathable atau instagramgenic. Kebiasaan berdoa sebelum makan kini telah tergantikan dengan foto sebelum makan. Dimana saat ini rasa dipandang sebagai suatu yang penting namun tidak melupakan penampilan, oleh karena itu ambience restaurant saat ini sangat diperlukan, apabila diibaratkan restauran itu nampak cantik luar dan dalam (www.culinary-outlook-2016.com, 2017). Di samping itu, menurut Pengamat Kuliner dan Food Blogger Ellyna Tjohnardi, masyarakat saat ini mencari resto dan kafe yang memiliki konsep unik dan berbeda dari segi menu, interior, dan suasana. Salah satu cafe yang menonjolkan experiental marketing adalah Lawangwangi Creative Space cafe di Bandung. Cafe Lawangwangi Creative Space ini memiliki design, interior dan exterior yang juga memiliki konsep art gallery sehingga dapat menciptakan pengalaman baru untuk pengunjung yang datang ke cafe tersebut. Dengan kata lain Lawangwangi telah menerapkan strategi experiental marketing. Lawangwangi Creative Space terletak di Jl. Dago Giri No. 99A, Mekarwangi, Bandung 40135. Sebenarnya konsep utama dari tempat ini adalah galeri seni yang awalnya diciptakan untuk memamerkan karya dari seniman-seniman Indonesia. Namun karena permintaan para pengunjung yang kesulitan untuk mencari tempat makan, akhirnya pihak dari Lawangwangi memutuskan untuk membuat cafe di lantai 2 tempat tersebut.

berikut: Exterior Lawangwangi Cafe and Creative Space dapat dilihat pada Gambar 1.3 sebagai GAMBAR 1.3 Exterior Lawangwangi Creative Space Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017 Pada gambar 1.3 menunjukan exterior dari Lawangwangi Creative Space. Sedangkan interior dari Lawangwangi Creative Space dapat dilihat pada Gambar 1.4 sebagai berikut: GAMBAR 1.4 Interior Lawangwangi Creative Space Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017

Pada Gambar 1.4 menunjukan interior dari Lawangwangi Creative Space yang mengusut tema tentang alam. Selain harus memiliki desain interior dan exterior, suatu resto atau cafe harus memiliki satu konsep unggulan agar dapat menciptakan pengalaman tersendiri bagi konsumen. Berikut data resto dan cafe yang memiliki konsep Art Gallery dapat dilihat pada Tabel 1.2, sebagai berikut: TABEL 1.2 Data Resto dan cafe berkonsep Art Gallery di Bandung No. Nama Resto atau Cafe Alamat 1. Lawangwangi Creative Space Jl. Dago Giri No. 99 Bandung, Jawa Barat 2. Lumiere Bistro & Art Gallery Jl. Purnawarman No. 49, Tamansari, Bandung, Jawa Barat 3. Selasar Sunaryo Art Space Bukit Pakar Timur No. 100, Bandung,Jawa Barat Sumber: www.sebandung.com, 2017 Pada Tabel 1.2 menunjukkan resto dan café dengan konsep art gallery di Bandung. Konsep tersebut adalah salah satu hal yang dapat menciptakan pengalaman bagi konsumen yang mengunjungi resto atau café tersebut. Sehingga resto atau cafe tersebut sudah mampu untuk menciptakan experiential marketing bagi konsumen. TABEL 1.3 Data Ulasan Setiap Cafe No. Nama Resto atau Cafe Ulasan 1. Lawangwangi Creative Space 302 Ulasan 2. Lumiere Bistro & Art Gallery 9 Ulasan 3. Selasar Sunaryo Art Space 29 Ulasan Sumber: www.google.com, 2017 Pada Tabel 1.3 menunjukan beberapa banyak ulasan dari para pengunjung yang menulis tanggapannya terhadap cafe yang sudah mereka kunjungi. Dari data ulasan tersebut dapat dilihat berbagai macam tanggapan positif dari para konsumen setelah berkungjung ke cafe tersebut.

Lawangwangi memiliki keunggulan dalam hal desain interior dan exterior serta memiliki konsep yang berbeda dengan memunculkan konsep art gallery yang mampu untuk menciptakan experiential marketing, diharapkan mampu untuk bersaing hingga memenangi persaingan dalam industri resto dan café khususnya yang ada dikota Bandung. GAMBAR 1.5 Art Gallery Lawangwangi Creative Space Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017 Pada Gambar 1.5 menunjukkan art gallery yang terdapat pada Lawangwangi Café sangat menarik sehingga mampu untuk meningkatkan minat wisatawan baik domestik ataupun luar negeri untuk berkunjung. Selain menonjolkan art gallery, Lawangwangi Café juga memberikan sentuhan design yang unik dengan membuat sebuah anjungan yang menyerupai dermaga kapal persiar atau yang biasa disebut Dermaga Langit. GAMBAR 1.6 Anjungan di Lawangwangi Cafe Sumber: Dokumentasi Penulis, 2017

Pada Gambar 1.6 memperlihatkan bahwa anjungan tersebut menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung yang datang ke Lawangwangi Creative Space dikarenakan pada anjungan tersebut pengunjung dapat melihat pemandangan kota Bandung dan sekitarnya, dan jika malam hari pengunjung akan dapat melihat keindahan dari city light di kota Bandung. Lawangwangi Creative Space menggunakan strategi experiential marketing, hal ini dilakukan agar Lawangwangi mampu untuk memberikan pengalaman baru yang tidak terlupakan bagi konsumennya sehingga mampu mendorong konsumen untuk melakukan keputusan pembelian saat berkunjung ke café tersebut serta mampu untuk memenangi persaingan khususnya dalam industri resto dan café di kota Bandung. Selain itu juga, dengan menggunakan strategi experiential marketing diharapkan dapat menjadi café terdepan di kelasnya dengan menawarkan konsep dan tempat yang nyaman dan inovatif. Menggunakan strategi experiential marketing ini maka produsen akan mampu menawarkan pengalaman emosi hingga menyentuh hati. Menerapkan strategi experiential marketing memberikan pengalaman emosional yang unik, positif dan mengesankan kepada customer untuk mendorong melakukan keputusan pembelian. Menurut Kotler dan Keller (2016:195), keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk yang sudah dikenal masyarakat. Dalam strategi experiential marketing, konsumen tidak saja melakukan permintaan barang berkualitas, tapi juga menginginkan ada manfaat emosional, berupa memorable experience yaitu adanya pengalaman yang mengesankan tidak terlupakan, ada pengalaman unik yang positif, pengalaman holistic melalui seluruh panca inderanya (Alma, 2011 : 267). Strategi experiential marketing ini akan menggeser pendekatan tradisional marketing yang menekankan pada features dan benefit dari produk, dan konsumen bersifat rasional. Keberhasilan dari Experiental Marketing dapat diukur melalui lima tahapan, yaitu: sense, feel, think, act, dan relate. Berdasarkan fenomena yang dijelaskan sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam satu karya ilmiah berupa Laporan Tugas Akhir yang berjudul: Pengaruh Experiental Marketing Terhadap Keputusan Pembelian di Lawangwangi Creative Space Cafe di Bandung Tahun 2016 (Studi Kasus Masyarakat Kota Bandung).

1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disebutkan dalam latar belakang, maka yang menjadi perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana experiental marketing berdasarkan persepsi pelanggan pada Lawangwangi Creative Space? 2. Bagaimana proses keputusan pembelian berdasarkan persepsi pelanggan pada Lawangwangi Creative Space? 3. Bagaimana pengaruh experiental marketing terhadap keputusan pembelian pada Lawangwangi Creative Space? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tanggapan konsumen berdasarkan persepsi pelanggan terhadap experiental marketing pada Lawangwangi Creative Space 2. Untuk mengetahui tanggapan konsumen terhadap proses keputusan pembelian berdasarkan persepsi pelanggan pada Lawangwangi Creative Space 3. Untuk mengetahui pengaruh experiental marketing terhadap keputusan pembelian pada Lawangwangi Creative Space 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Penelitian ini untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah dipelajari diperkuliahan ke dalam situasi yang sebenarnya, menambah wawasan experiental marketing pada Lawangwangi Creative Space, serta penyusunan laporan Tugas Akhir yang merupakan wujud kontribusi penulis sebagai mahasiswa Telkom University. b. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan masukan bagi Lawangwangi Creative Space untuk mengetahui efektifitas experiental marketing perusahaan. c. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada para pembaca dalam bidang pemasaran khususnya promosi dan memberikan referensi untuk penulis yang lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan Sitematika penulisan ini disusun untuk memberikan gambaran umum tentang penelitian yang dilakukan yaitu: BAB I Pendahuluan Bab ini merupakan penjelasan secara umum, ringkas, dan padat yang menggambarkan dengan tepat mengenai objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan observasi, kegunaan observasi dan sistematika penulisan BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini mengemukakan dengan jelas ringkas, dan padat tentang hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan topik dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar bagi penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis. Kajian kepustakaan harus mencakup teori-teori yang sudah baku dalam buku teks, maupun temuan-temuan terbaru yang ditulis dalam Jurnal yang terpercaya. Bab ini akan meliputi uraian tentang: Rangkuman Teori, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian BAB III Metode Penelitian Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian, meliputi uraian tentang: Jenis Penelitian, Variabel Operasional,Tahapan Penelitian, Populasi dan Sampel, Pengumpulan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas, serta Teknik Analisis Data. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil penelitian dan pembahasannya harus dijelaskan secara sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian. Sistematika pembahasan ini akan lebih tampak jelas luas cakupan, batas dan benang merahnya apabila disajikan dalam sub-judul tersendiri, yaitu Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian. BAB V Kesimpulan dan Saran Di dalam bab ini disajikan penafsiran dan pemikiran penulis terhadap hasil observasi yang disajikan dalam bentuk kesimpulan dan kesimpulan merupakan jawaban dari perumusan masalah. Serta saran merupakan solusi kesimpulan dan berhubungan dengan deskripsi atau eksplorasi dari observasi.