BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Analitik Matematis. yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja dan sistematikanya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis. membedakan manusia dari hewan.

Tes Inventory. Pengertian, Kegunaan, dan Metode Tes MBTI. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Tes Inventori. Tes MBTI MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 04

MBTI (Myers Briggs Type Indicator) Mengenali : -Kekuatan, keunikan, motivasi, potensi -Menghargai/berkomunikasi dg mereka yg berbeda dg kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK PROSES BERPIKIR SISWA DALAM MEMPELAJARI MATEMATIKA BERBASIS TIPE KEPRIBADIAN

BAB IV KAJIAN IDENTITAS DIRI PEMAIN DAN AVATAR PADA GAME RAGNAROK ONLINE

BAB II KAJIAN TEORITIK

Tes Kepribadian. Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb. 16, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Faktor Penentu Kesuksesan Agile software development

Myers-Briggs Type Indicator Laporan Interpretatif untuk Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk pada level rendah berdasarkan benchmark internasional

Aplikasi Menentukan Karakter Peserta Didik Menggunakan Teori Myers Briggs Type Indicator

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Menurut NCTM (2000) pemecahan

AUDIT SDM (STUDI KASUS di PT A JAKARTA) Gede Umbaran Dipodjoyo Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI Jakarta

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR PENGENALAN KEPRIBADIAN DIRI DENGAN PENDEKATAN TEORI MYERS-BRIGGS TYPE INDICATOR

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

INDIVIDU. Chapter 13

BAB I PENDAHULUAN. Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003),

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

t u j u a n berpengaruh potensi menghargai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian. lain yang harus dilakukan yaitu : yang akan dicapai.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat

BAB II KAJIAN TEORITIK. mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Adjie (2006) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa, sebab matematika

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I A. Latar Belakang Masalah

PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikerjakan untuk menyelesaikannya. Menurut Shadiq (2004) Suatu

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

Tes Kepribadian. Paulus dachi Tes telah diselesaikan pada: Feb. 16, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Most Energizing. Personal Dewasa

Most Expanding. Personal Dewasa

MBTI. (Myer Briggs Type Indicator) Membaca Kepribadian Menggunakan Tes MBTI (Myer Briggs Type Indicator) e-book by : Nafis Mudrika, S.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak

BAB II KAJIAN TEORI. A. Masalah Matematika. Masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan tujuan yang

Most Reliable. Personal Dewasa

BAB I PENDAHULUAN. penggunanya. Selain keamanan dan kecepatan dalam pengolahan data, dua faktor

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II KAJIAN TEORITIK

Prosiding Seminar Matematika dan Pendidikan Matematika...ISBN: hal November

JURNAL NOMINAL / VOLUME IV NOMOR 1 / TAHUN 2015

BAB II KAJIAN TEORETIK. daya tarik baginya. Menurut Slameto (Djamarah, 2008) minat adalah suatu

Mengapa? Mengapa ada orang yang suka duduk/bermain sendiri berjam-jam sementara ada orang yang selalu ingin mencari teman?

TIPE KEPRIBADIAN DAN TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA (STUDI EMPIRIS PADA UNMAS DENPASAR)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIANRATIONAL DAN ARTISAN

TINJAUAN PUSTAKA. keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi lingkungannya.

BAB III DASAR TEORI. Kepribadian merupakan sebuah indikator non-intellectual, karakterisik

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Dengan PISA (Program for International Student Assessment) dan

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

Most Conceptual. Personal Dewasa

KARAKTERISTIK METAKOGNISI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN TIPE KEPRIBADIAN

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSONAL TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB II KAJIAN TEORITIK

Jurnal Edukasi, Volume 3 No. 1, April 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pembelajaran matematika. Kemampuan. pemecahanmasalahmerupakanhalyang

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...

BAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.

MENINGKATKAN SOFT SKILLS MAHASISWA MELALUI PEMAHAMAN PROSES BERPIKIR DALAM MEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASAR TIPE KEPRIBADIAN

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR MATEMATIS DAN TIPE KEPRIBADIAN

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Bimbingan Konseling Karier

ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN EFEKTIFITAS STRATEGI ABDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENGATASI KESULITANNYA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TERM OF REFERENCE MBTI

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

ANALISIS KESALAHAN SISWA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI KUBUS DAN BALOK BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Masalah pada umumnya merupakan sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Masalah dalam matematika adalah masalah yang berkaitan dengan materi matematika. Masalah dalam belajar matematika biasanya berupa soal/pertanyaan yang harus diselesaikan, tetapi tidak semua soal/ pertanyaan merupakan masalah. Adjie (2006) menyatakan bahwa soal/pertanyaan disebut masalah tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki penjawab. Suatu masalah bagi seseorang dapat menjadi bukan masalah bagi orang lain karena ia sudah mengetahui prosedur untuk menyelesaikannya (Wardhani, 2008). Cooney (Shadiq, 2004) menyatakan bahwa suatu pertanyaan akan menjadi sebuah masalah jika menunjukkan adanya sesuatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan melalui prosedur yang telah diketahui. Hal ini sejalan dengan Adjie (2006) yang menyatakan bahwa suatu soal atau pertanyaan merupakan suatu masalah apabila seseorang tidak mempunyai aturan atau hukum tertentu yang segera dapat digunakan untuk menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pertanyaan atau kondisi yang dihadapi oleh seseorang dikatakan suatu masalah jika orang tersebut tidak bisa menemukan secara 6

7 langsung prosedur atau langkah untuk mendapatkan jawaban atas permasalahannya tersebut. Untuk dapat menyelesaikan suatu masalah, maka diperlukan proses pemecahan masalah.solso (2008) pemecahan masalah merupakan pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan solusi dari suatu masalah yang spesifik. Ormrod (2008) menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah mentransfer pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan yang belum terjawab atau situasi yang sulit. Hal ini sejalan dengan Wardhani (2008) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas disimpulkan pengertian pemecahan masalah yaitu proses untuk mencari penyelesaian dari suatu masalah yang dihadapi menggunakan pengetahuan yang dimiliki. Seseorang harus memahami tahapan yang dapat ditempuh dalam pemecahan masalah agar dapat melakukan proses pemecahan masalah dengan baik. Dalam buku yang berjudul How to Solve It, Polya (1973) menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam memecahkan masalah sebagai berikut: a. Memahami Masalah (Understanding the problem) Memahami masalah dapat dilakukan dengan menyatakan masalah dengan kata-kata sendiri, menentukan apa (data) yang diketahui, dan

8 apa yang tidak diketahui (ditanyakan), serta apakah informasi yang diketahui cukup untuk menjawab apa yang ditanyakan dari masalah tersebut. b. Membuat Rencana Penyelesaian (Devising a plan) Membuat rencana penyelesaian dapat dilakukan dengan menemukan hubungan antara informasi yang diberikan dengan hal yang tidak diketahui, sehingga dapat merencanakan strategi atau langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah. c. Melaksanakan Rencana (Carrying out the plan) Melaksanakan rencana dapat dilakukan dengan melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai dengan rencana penyelesaian yang telah dibuat serta memastikan bahwa setiap langkah penyelesaian telah dilakukan dengan benar. d. Memeriksa Kembali (Looking back) Memeriksa kembali jawaban yang telah diperoleh dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukannya. Memeriksa kembali jawaban yang telah diperoleh dapat dilakukan dengan cara memasukkan hasil yang diperoleh pada strategi yang telah dibuat sebelumnya sehingga kembali diperoleh dengan tepat seperti apa yang diketahui dalam masalah. Memeriksa kembali

9 jawaban juga dapat dilakukan dengan cara memeriksa langkah pemecahan dari langkah awal sampai akhir. Dalam proses pemecahan masalah matematika dibutuhkan sebuah kemampuan, yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis. Menurut Kirkley (2003) kemampuan pemecahan masalah dipandang sebagai suatu ketrampilan yang digunakan untuk memecahkan masalah atau persamaan matematika. Hal ini sejalan dengan Adjie (2006) yang menyatakan bahwa kemampuan dalam pemecahan masalah merupakan suatu keterampilan, karena dalam pemecahan masalah melibatkan segala aspek pengetahuan (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) dan sikap mau menerima tantangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis adalah ketrampilan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah matematika dengan menggunakan metode/strategi tertentu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Berdasarkan tahapan pemecahan masalah Polya tersebut, pada penelitian ini tahapan pemecahan masalah yang ingin diketahui oleh peneliti pada waktu siswa mengerjakan soal pemecahan masalah matematika dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Tahapan Pemecahan MasalahMatematika Tahap I II Tahapan pemecahan masalah Memahami masalah (Understanding the problem) Membuat rencana penyelesaian Langkah langkah pemecahan masalah Siswa dapat menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal Siswa dapat membuat rencana penyelesaian sesuai dengan hal-hal yang

10 III IV (Devising a plan) Menyelesaikan masalah sesuai rencana (Carrying out the plan) Memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian (Looking back) diketahui. Siswa dapat melakukan perhitungan dengan benar, menetapkan hasil, dan menyelesaikan masalah sesuai rencana Siswa dapat melakukan pemeriksaan kembali terhadap hasil yang diperoleh 2. Tipe Kepribadian David Keirsey Yusuf (2007) menyatakan bahwa kata kepribadian digunakan untuk menggambarkan identitas diri dan jati diri seseorang serta kesan umum seseorang tentang diri sendiri atau oranglain. Sementara itu, menurut Alwisol (2009) kepribadian adalah pemahaman tingkah laku, pikiran, perasaan dan kegiatan manusia yang mencerminkan dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Allport (E.Koswara, 1991) yang menyatakan bahwa kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari diri individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran yang khas dari seorang individu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah laku, pikiran, perasaan dan kegiatan seseorang yang mencerminkan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang khas. Pada tahun 1984 David Keirsey, seorang professor dalam bidang psikologi dari California State University, menggolongkan kepribadian menjadi empat tipe, yaitu guardian, artisan, rational dan idealist. Penggolongan ini didasarkan pada bagaimana seseorang memperoleh energinya (extrovert atau introvert), bagaimana seseorang mengambil informasi (sensing atau intuitive), bagaimana seseorang membuat

11 keputusan (thinking atau feeling) dan bagaimana gaya dasar hidupnya (judging atau perceiving).tentunya masing-masing tipe kepribadian tersebut akan mempunyai karakater yang berbeda dalam memecahkan masalah matematika. Seseorang yang lebih memilih untuk menjadi sumber energi dan suka dengan dunia luar cenderung ke arah extrovert, sedangkan mereka yang lebih suka menyendiri untuk membangkitkan energi cenderung ke arah introvert. Hal yang membedakan seseorang yang extrovert dari seorang introvert adalah cara bersosialisasi. Extrovert suka bergaul, menyukai interaksi sosial, dan berfokus pada dunia luar. Sebaliknya, tipe introvert adalah mereka tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang, mampu bekerja sendiri, penuh konsentrasi serta fokus dalam segala hal. Dalam istilah kepribadian, extrovert ditulis sebagai E dan introvert ditulis I. Seseorang yang memiliki kecenderungan sensing (S) mendeskripsikan dirinya sebagai seseorang yang praktis, sedangkan seorang yang memiliki kecenderungan intuitive (N) mendeskripsikan dirinya sebagai seseorang yang inovatif. Dalam memperoleh informasi, sensing berpegang teguh pada hal-hal yang nyata, praktis, realistis dan melihat data apa adanya. Mereka menggunakan pedoman pengalaman, data konkrit serta memilih cara-cara yang sudah terbukti serta fokus pada masa kini (apa yang bisa diperbaiki sekarang). Sementara intuitive memperoleh informasi dengan melihat pola dan hubungan, pemikir abstrak, konseptual serta melihat berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Mereka berpedoman imajinasi,

12 memilih cara unik, dan berfokus pada masa depan (apa yang mungkin dicapai di masa mendatang). Mereka inovatif, penuh inspirasi dan ide unik. Seseorang yang thinking (T), lebih memilih bersikap adil dalam mengambil keputusan. Mereka cenderung menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan, berorientasi pada tugas dan objektif, terkesan kaku serta keras kepala. Mereka menerapkan prinsip dengan konsisten dan bagus dalam melakukan analisa. Sementara feeling (F) adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati serta nilai-nilai sosial yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan. Mereka berorientasi pada hubungan yang harmonis dan subjektif. Mereka akomodatif tapi sering terkesan memihak. Judging (J) diartikan sebagai seseorang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak teratur. Mereka tidak suka hal-hal mendadak dan di luar perencanaan. Mereka ingin merencanakan pekerjaan dan mengikuti rencana itu. Mereka bagus dalam penjadwalan, penetapan struktur, dan perencanaan step by step. Sementara tipe perceiving (P) adalah mereka yang bersikap fleksibel, dan bertindak secara bebas untuk melihat beragam peluang yang muncul. Perubahan mendadak tidak masalah dan ketidakpastian membuat mereka bersemangat. Bagus dalam menghadapi perubahan dan situasi mendadak. Keirsey memberikan nama pada penggolongan tipe kepribadiannya sebagai The Keirsey Temperament Sorter (KTS). KTS adalah

13 penggolongan kepribadian dengan tujuan membantu manusia untuk lebih memahami dirinya sendiri, yang pertama kali dikenalkan lewat buku karangan David Keirsey dan Marilyn Bates dengan judul Please Understand Me pada tahun 1984. Keempat tipe kepribadian tersebut jika dilihat dari gaya belajarnya menurut Keirsey dan Bates (1984) sebagai berikut: a. Tipe Guardian Tipe guardian adalah tipe yang penuh tanggung jawab, dapat diandalkan, serta selalu menunaikan tugas dan kewajibannya. Tipe ini menyukai kelas dengan model tradisional dengan pengajar yang menjelaskan materi secara terstruktur dan sangat jelas. Sebelum mengerjakan tugas, tipe guardian menghendaki instruksi yang mendetail termasuk kegunaan dari tugas tersebut. Tipe guardian mempunyai kebiasaan belajar yang baik yaitu mengerjakan tugas dengan teliti dan tepat waktu. Tipe ini merasa nyaman jika menggunakan hafalan untuk menguasai materi sehingga dapat dikatakan tipe ini mempunyai ingatan yang kuat. Meskipun tidak selalu berpartisipasi dalam kelas diskusi, tetapi tipe ini menyukai tanya jawab dan biasanya menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan tulisan. b. Tipe Artisan Tipe artisan menginginkan kebebasan dalam bertindak. Artisan selalu aktif dalam segala keadaan dan selalu ingin menjadi perhatian

14 dari semua orang. Tipe ini menyukai kompetisi dan suka mengambil resiko. Bentuk kelas yang disukai adalah kelas dengan media presentasi, karena dengan demikian tipe ini dapat menunjukkan kemampuannya. Artisan akan bekerja dengan keras apabila dirangsang dengan suatu konteks. Segala sesuatunya ingin dikerjakan dan diketahui secara cepat, bahkan sering cenderung terlalu tergesa-gesa. Artisan akan cepat bosan, apabila pengajar tidak mempunyai teknik yang berganti-ganti dalam mengajar karena pada dasarnya tipe ini menginginkan perubaahan dan tidak tahan terhadap kestabilan. c. Tipe Rational Tipe rational adalah tipe yang menginginkan sebuah prestasi atau kemampuan. Tipe ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Mereka menyukai materi yang didasarkan pada logika dan akan mencari informasi sebanyak-banyaknya jika mendapat materi yang belum paham. Tipe ini cenderung menyukai segala sesuatu yang dapat memunculkan idenya dan berusaha mencari pendapat oranglain untuk memperkuat ide yang dimiliki. Setelah diberikan materi oleh guru, biasanya rational mencari tambahan materi melalui membaca buku. Rational menyukai guru yang dapat memberikan tugas tambahan secara individu setelah pemberian materi. Tipe ini berusaha menemukan aturan, prinsip serta pola untuk digunakan dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi sehingga

15 tipe ini menyukai cara belajar yang terkait dengn penemuan dan pemecahan masalah. Tipe ini cenderung mengabaikan materi yang dirasa tidak perlu atau membuang waktu dan lebih memilih mencari informasi baru yang lebih bermanfaat. Dengan demikian, tipe ini sering dijuluki sebagai ahli pengetahuan muda. d. Tipe Idealist Tipe idealist adalah tipe yang selalu ingin meningkatkan kegunaan diri. Tipe ini menyukai untuk menyelesaikan tugas secara pribadi daripada diskusi kelompok, serta memandang persoalan dari berbagai perspektif. Tipe Idealist menyukai membaca dan menulis. Oleh karena itu, idealist kurang cocok dengan bentuk tes objektif, karena tidak dapat mengungkap kemampuan dalam menulis. Kreativitas menjadi bagian yang sangat penting bagi seorang idealist. Kelas besar sangat mengganggu idealist dalam belajar, sebab lebih menyukai kelas kecil dimana setiap anggotanya mengenal satu dengan yang lain. Penggolongan tipe kepibadian David Keirsey berdasarkan 16 tipe kepribadian Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) menurut Keirsey dan Bates (1984) sebagai berikut: Tabel 2.2Jenis Pengelompokkan Tipe Kepribadian Jenis Pengelompokkan ISTJ, ISFJ, ESTJ, ESFJ ISTP, ISFP, ESTP, ESFP INTP, INTJ, ENTP, ENTJ INFP, INFJ, ENFP, ENFJ Tipe Kepribadian David Keirsey Guardian Artisan Rational Idealist Keterangan : 1) E = Extrovert

16 3. Materi 2) I = Introvert 3) S = Sensing 4) N = Intuitive 5) T = Thinking 6) F = Feeling 7) P = Perceiving 8) J = Judging Materi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah materi segiempat dan segitiga. Standar kompetensi dan kompetensi dasar disesuaikan dengan silabus KTSP dalam BSNP (2006). Standar Kompetensi: 6. Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentuka ukurannya. Kompetensi Dasar: 6.3 Menghitung keliling dan luas bangun setiga dan segi empat serta Indikator : menggunakannya dalam pemecahan masalah. 6.3.1 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangun datar segitiga 6.3.2 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar segitiga 6.3.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangun persegi panjang 6.3.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun persegi panjang, trapesium dan layang - layang

17 B. Penelitian Relevan Penelitian Wardani dan Lambang (2014) menyimpulkan bahwa perbedaan profil kemampuan pemecahan masalah SPLDV ditinjau dari perbedaan jenis kelamin yaitu terletak pada tahap melaksanakan rencana dan memeriksa kembali. Siswa laki-laki tidak mampu melaksanakan rencana dan memeriksa kembali, sedangkan siswa perempuan mampu melaksanakan rencana dan memeriksa kembali meskipun kurang lengkap. Persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti hal yang sama, yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Perbedaannya adalah penelitian ini bukan didasarkan pada perbedaan jenis kelamin, tetapi ditinjau dari tipe kepribadian. Penelitian Pertiwi,dkk (2014) menyimpulkan bahwa dengan mengacu pada kriteria kemampuan komunikasi matematis yakni kemampuan: 1) menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan sesuai permasalahan, 2) menuliskan jawaban sesuai dengan maksud soal, 3) menuliskan alasan-alasan dalam menjawab soal, 4) membuat gambar yang relevan dengan soal, 5) menuliskan istilah-istilah dan simbol-simbol matematika, dan 6) membuat simpulan secara tertulis menggunakan bahasa sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Guardian menguasai kriteria kemampuan 1), 2), 3), 4), dan 5), namun kurang menguasai kriteria kemampuan 6). Artisan menguasai kriteria kemampuan 1), 2), 3) dan 4), namun kurang menguasai kriteria kemampuan 5) dan 6). Rational menguasai keenam kriteria kemampuan. Idealist menguasai kriteria kemampuan 1), 2), dan 4), namun kurang menguasai kriteria kemampuan 3), 5), dan 6). Persamaan dengan penelitian ini adalah

18 meneliti tentang salah satu kemampuan matematis yang ditinjau dari tipe kepribadian. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada Pertiwi, dkk (2014) kemampuan matematis yang diteliti adalah kemampuan komunikasi dan terdapat model yang digunakan dalam pembelajaran, sedangkan pada penelitian ini adalah meneliti tentang kemampuan pemecahan masalah matematis dan tidak menggunakan model pembelajaran. Penelitian Yuwono (2010) menyimpulkan bahwa tipe kepribadian guardian, artisan, rational, dan idealist mempunyai cara yang berbeda dalam memahami permasalahan matematika, sedangkan dalam merencanakan proses pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah serta memeriksa kembali jawaban masing-masing siswa dalam tipe kepribadian yang berbeda memiliki kemampuan yang sama. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kemampuan pemecahan masalah matematis yang ditinjau dari tipe keprihadian. Perbedaan dengan penelitian ini yaitu Yuwono (2010) juga melakukan penelitian tentang proses berpikir siswa yaitu asimilasi dan akomodasi didalam proses pemecahan masalah, sedangkan pada penelitian ini akan diteliti hanya kemampuan pemecahan masalah matematis yang ditinjau dari tipe kepribadian. Berdasarkan beberapa penelitian yang relevan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa ditinjau dari tipe kepribadian David Keirsey.

19 C. Kerangka Pikir Salah satu kemampuan penting dalam pembelajaran matematika adalah kemampuan pemecahan masalah matematis. Siswa perlu memahami beberapa tahapan pemecahan masalah untuk dapat menguasai kemampuan pemecahan masalah matematis. Tahapan yang dapat ditempuh siswa dalam pemecahan masalah yaitu memahami masalah (understanding the problem) membuat rencana penyelesaian (devising a plan), menyelesaikan masalah sesuai rencana (carrying out the plan), dan memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian (looking back). Pada dasarnya setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda dalam pembelajaran. Karakteristik inilah yang mungkin memunculkan perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Perbedaan karakteristik setiap siswa salah satunya dipengaruhi oleh kepribadian. Kepribadian merupakan seperangkat asumsi tentang kualitas yang mencerminkan sesuatu yang khas pada diri seseorang. Keirsey dan Bates (1984) menggolongkan kepribadian menjadi empat tipe yaitu guardian, artisan, rational, dan idealist. Siswa dengan tipe guardian menyukai kelas dengan model tradisional, siswa dengan tipe artisan menyukai bentuk kelas dengan media presentasi, siswa tipe rational menyukai pembelajaran penemuan dan pemecahan masalah, sedangkan siswa dengan tipe idealist menyukai penyelesaian tugas secara individu. Karaktersitik siswa yang berbeda-beda tersebut, membuka kemungkinan bahwa kemampuan pemecahan matematis siswa akan berbeda pula.

20 Mengetahui karakeristik yang dimiliki masing-masing siswa adalah hal yang penting bagi seorang guru. Selain sebagai pertimbangan untuk memilih metode pembelajaran yang tepat, karakteristik ini juga dapat digunakan untuk mengetahui cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika. Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap kepribadian siswa dan kemampuan pemecahan masalah. Melalui penelitian ini akan diketahui bagaimana gambaran kemampuan pemecahan masalah yang ditinjau dari tipe kepribadian siswa.