Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 )

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

PENGARUH TANGGAPAN DETEKTOR KAMERA GAMMA SPECT PADA PEMERIKSAAN GINJAL

MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN NODUL TIROID

Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

RENOGRAF DUAL PROBES Berbasis komputer personal Akurat Aman, dan Ekonomis

PENENTUAN BIODISTRIBUSI DAN UPTAKE TIROID DARI Tc 99m PERTEKNETAT PADA PASIEN HIPERTIROID MENGGUNAKAN TEKNIK IN VIVO

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

METODE KALIBRASI MONITOR GAS MULIA MENGGUNAKAN SISTEM SUMBER GAS KRIPTON-85 STATIS

ANALISIS AKUMULASI RADIOFARMAKA Tc-99m MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PERANGKAT LUNAK PELATIHAN PENCITRAAN PADA PERALATAN KAMERA GAMMA

BAB IV PERBANDINGAN DATA DAN ANALISIS JUMLAH MONITOR UNIT OUTPUT SOFTWARE ISIS DENGAN OUTPUT SIMULASI MONTE CARLO

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

Analisis Pengaruh Faktor Eksposi terhadap Nilai Computed Tomography Dose Index (CTDI) pada Pesawat Computed Tomography (CT) Scan

IMPLEMENTASI COMPLIANCE TEST PESAWAT DENTAL INTRAORAL PADA SALAH SATU KLINIK GIGI DI KOTA PADANG

Unnes Physics Journal

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Tomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 780/MENKES/PER/VIII/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RADIOLOGI

DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

ANALISA TINGKAT KONTAMINASI DOSIS NUKLIR DAN LAJU PAPARAN RADIASI PADA INSTALASI KEDOKTERAN NUKLIR

Estimasi Penyebaran Kanker Paru pada Bagian Tulang Belakang (Vertebra) dengan Menganalisis Nilai Uptake Tc 99m MDP

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Sistem Pencacah dan Spektroskopi

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1202, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Kedokteran Nuklir. Radiasi. Keselamatan.

ANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60. Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

UNIVERSITAS INDONESIA UJI QUALITY CONTROL DETEKTOR PESAWAT SPECT DENGAN PROTOKOL IAEA DAN AAPM. Naskah Ringkas Skripsi

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR

TANGGAPAN THERMOLUMINESCENT DOSIMETER CaSO 4 :Dy TERHADAP MEDAN RADIASI CAMPURAN BETA, GAMMA DAN MEDAN RADIASI CAMPURAN BETA GAMMA

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

PENGARUH EFEK GEOMETRI PADA KALIBRASI EFISIENSI DETEKTOR SEMIKONDUKTOR HPGe MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB IV Alat Ukur Radiasi

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

Perbandingan Mode Live Time Clock (LTC) dan Zero Dead Time (ZDT) pada Pengukuran Radioaktivitas Umur Paruh Pendek

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

RANCANG BANGUN SISTEM TOMOGRAFI TRANSMISI-EMISI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN KULIT PADA PASIEN THORAX TERHADAP DOSIS RADIASI DI UDARA DENGAN SUMBER RADIASI PESAWAT SINAR-X

bahwa semakin besar jarak ukur maka dosis serap yang diterima semakin kecil. Kata kunci :Kalibrasi, survei meter, dosis serap, faktor kalibrasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN RADIASI DALAM KEDOKTERAN NUKLIR

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

Analisis tingkat kontaminasi permukaan daerah kerja dan laju paparan radiasi pada Instalasi Kedokteran Nuklir

PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X VEETHA ADIYANI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Dosis Keluaran Radiasi Dengan Sumber Cs-137 Pada Proses Kalibrasi Pendosimeter. Muhijrah 1,Wira Bahari Nurdin, Bannu Abdul

Transkripsi:

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY I 131 Yosi Sudarsi Asril 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) BATAN, Jakarta e-mail : 1 yosisudarsi@yahoo.com, 1 d_milvita@yahoo.com, 2 niningadel@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai studi awal pengujian perangkat kamera gamma dual head model pencitraan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) menggunakan sumber radiasi high energy I 131 di bidang Teknik Nuklir Kedokteran (TNK) Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta Selatan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian dengan mencacah I 131 dan melihat pengaruh yang dihasilkan dari perubahan sudut terhadap laju cacahan menggunakan kolimator High Energy General Purpose (HEGP), tanpa kolimator, phantom linier, dan phantom jaszczak. Selain itu dilakukan analisa akumulasi sumber radiasi menggunakan teknik Region of Interest (ROI). Dari hasil pengujian didapatkan nilai laju cacahan pada saat tanpa kolimator lebih tinggi dibandingkan saat menggunakan kolimator HEGP, serta didapatkan bahwa detektor kamera gamma menangkap paparan sumber radiasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan pada detektor Kata kunci: kamera gamma dual head, SPECT, kolimator HEGP, phantom linier, phantom jaszczak. ABSTRACT Preliminary study on the performance of a dual head Single Photon Emission Computed Tomographic (SPECT) gamma camera at PTKMR-BATAN has been examined by using high energy radiation from I 131. The performance was investigated from the influence of angle change on count rate for the system with High Energy General Purpose (HEGP) collimator, without any collimator, and with linier and jaszczak phantoms. Moreover, the accumulation of radiation was analyzed by using the Region of Interest (ROI) technique. It was found that the count rate for the measurement without any collimator was larger than the measurement with HEGP collimator. In addition, the result showed that the gamma camera detector captures the radiation exposure well, indicating that no damage occurs in the detector. Keywords: dual head gamma camera, HEGP collimator, I 131, jaszczak phantom, linier phantom, SPECT. I. PENDAHULUAN Kesehatan sangat penting dalam kehidupan setiap orang, oleh karena itu perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) khususnya di bidang kesehatan berkembang sangat pesat. Dalam bidang kedokteran, pemanfaatan sumber radiasi sudah menjadi bidang khusus tersendiri yang mempunyai peranan sangat penting dalam menunjang diagnostik dan terbagi menjadi tiga bidang keilmuan, yaitu radiodiagnostik, radioterapi dan kedokteran nuklir. Pada bidang kedokteran nuklir telah disediakan alat pencitraan non invasif untuk mendeteksi berbagai penyakit, salah satunya adalah kamera gamma. Dewasa ini, varian kamera gamma mulai dari yang portabel sampai yang dipasang biasa dengan model pencitraan planar dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) berbagai head yaitu; single head, dual head, dan triple head. Dalam pemanfaatan sumber radiasi terbuka di kedokteran nuklir, kamera gamma bertindak sebagai detektor yang menangkap pancaran radiasi gamma yang dipancarkan dari dalam tubuh pasien. Pentingnya kamera gamma dalam kedokteran nuklir memicu banyaknya rumah sakit, baik milik pemerintah maupun swasta untuk memiliki instalasi kedokteran nuklir dengan berbagai tipe kamera gamma. Sebagai salah satu pusat penelitian milik pemerintah, bidang Teknik Nuklir Kedokteran (TNK) pada Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) BATAN juga memiliki kamera gamma sebagai salah satu alat penelitian. 156

Menurut aturan yang dikeluarkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) tahun 1984, kamera gamma apapun baik planar maupun SPECT harus diuji dengan kalibrasi yang sesuai dengan standar yang telah dikeluarkan oleh IAEA melalui TECDOC-317 khusus mengenai instrumentasi kedokteran nuklir. Metode yang dikerjakan untuk perangkat kamera gamma dual head ini bisa memakai dua model pencitraan, yaitu dengan model pencitraan planar dan SPECT dengan radiasi sumber terbuka yang dapat menggunakan energi rendah, sedang, ataupun tinggi sesuai dengan kolimator yang akan digunakan dalam berbagai pemeriksaan. Pengujian kamera gamma baik yang dengan menggunakan model pencitraan planar dan SPECT jika ditinjau dari azas manfaatnya, data yang diperoleh dapat menjadi acuan ada atau tidaknya gangguan pada kerja alat. Jika perawatan kamera gamma terus menerus dilakukan, manfaat lainnya adalah menjaga ketepatan dan kestabilan yang menjamin masa pakai lebih lama. Pada pengujian perangkat kamera gamma dual head ini, peneliti memilih sumber radiasi I 131 dikarenakan kolimator yang digunakan adalah High Energy General Purpose (HEGP), dimana kolimator ini menangkap energi gamma yang cukup tinggi dari sumber. Dewaraja, dkk (2000) telah melakukan penelitian tentang akurasi sumber radiasi I 131 menggunakan pencitraan SPECT dengan membandingkan kolimator ultra-high-energy dan high energy menggunakan simulasi monte carlo. Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi tangkapan energi pada kolimator yang digunakan, tipe gambar akan memperlihatkan peningkatan kontras dan tidak terdapat efek visualisasi hole pada kolimator. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti akan menguji dan menganalisis tanggapan perangkat kamera gamma dual head menggunakan kolimator high energy model pencitraan SPECT dengan sumber radiasi I 131. Penelitian ini pertama kalinya dilakukan di Indonesia sehingga diharapkan menjadi informasi dan acuan bagi instalasi kedokteran nuklir yang ada di setiap rumah sakit di Indonesia dalam melakukan perawatan terhadap perangkat kamera gamma. II. METODE Pengujian perangkat kamera dual head model pencitraan SPECT ini dilakukan dengan mencacah sumber radiasi high energy I 131 menggunakan kolimator High Energy General Purpose (HEGP) dan tanpa kolimator HEGP, phantom linier tanpa kolimator, dan phantom jaszczak menggunakan kolimator. Akuisisi dilakukan dengan pengaturan energi 364 kev sesuai dengan energi sumber radiasi I 131, windows 20%, dan matrik 256x256. Setelah diposisikan detektor kamera gamma, sumber radiasi I 131 diletakkan di atas tempat tidur pemeriksaan. I 131 lalu dicacah hingga 64 cuplikan selama 32 menit dalam 1 putaran rotasi detektor kamera gamma (360 ), dimana selang 5,625 detektor kamera gamma menangkap aktivitas radiasi selama 30 detik. Untuk standar pertama, uji perangkat ini hanya mengambil 4 titik sudut dikarenakan sumber radiasi yang digunakan tidak dapat dicampurkan dengan air. Pengujian menggunakan SPECT yang radionuklidanya dicampur dengan air hingga merata bertujuan agar citra yang dihasilkan dapat lebih jelas dan fokus (Zanzonico, 2008). III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Pencacahan I 131 menggunakan kolimator HEGP dan tanpa kolimator Uji awal perangkat kamera gamma dual head diawali dengan melihat pengaruh yang dihasilkan dari perubahan sudut terhadap laju cacahan saat menggunakan kolimator HEGP dan tanpa kolimator. Hasil data dapat dilihat pada Tabel 1 dan grafik korelasi dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 diperoleh hubungan antara sudut terhadap laju cacahan tanpa kolimator diperoleh persamaan garis y= 270,747597-0,416848265x, dimana setiap penambahan nilai x akan terjadi pengurangan nilai y sebesar 0,416848265. Sedangkan hubungan sudut terhadap laju cacahan menggunakan kolimator HEGP diperoleh persamaan garis y= 4,32554256+0,0355966475x, dimana setiap penambahan nilai x akan terjadi pengurangan nilai y sebesar 0,0355966475. Hubungan antara sudut terhadap laju cacahan tanpa kolimator memiliki regresi yang tidak begitu kuat dengan nilai r sebesar -0,3358, dengan probabilitas terjadinya kesalahan sebesar 66,42% sehingga didapatkan kebermaknaan data sebesar 33,58%. 157

Sementara hubungan antara antara sudut terhadap laju cacahan menggunakan kolimator HEGP memiliki regresi yang cukup kuat dengan nilai r sebesar 0,8606, dengan probabilitas terjadinya kesalahan sebesar 13,94% sehingga didapatkan kebermaknaan data sebesar 86,06%. Tabel 1 Data uji pengaruh perubahan sudut terhadap laju cacahan menggunakan parameter kolimator dan tanpa kolimator Laju Cacahan (kcpm) No. Sudut Tanpa Kolimator Dengan Kolimator 1 5,625 434,7700938 4,4464375 2 106,875 49,75990625 6,371625 3 258,75 21,69525 18,209625 4 360 271,9448438 14,30453125 Gambar 1 Grafik hubungan antara sudut terhadap laju cacahan dalam uji perangkat kamera gamma menggunakan kolimator dan tanpa kolimator Secara garis besar, grafik pada Gambar 1 menunjukan tidak ada hubungan antara sudut dan laju cacahan. Hal ini dikarenakan sumber radiasi tidak homogen dengan air, sehingga saat SPECT bekerja didapatkan laju cacahan yang besarnya tidak merata. Sehingga berdasarkan teori, intesitas awal saat melewati suatu bahan lebih besar dibandingkan dengan intensitas akhir (Akhadi, 2000), sehingga foton dari sumber radiasi yang terpancar ke segala arah, intensitasnya tidak akan sama setelah berinteraksi dengan permukaan detektor pada sudut yang berbeda. Saat foton dari sumber berinteraksi dengan detektor, terjadi peristiwa efek compton. Hal itu juga salah satu penyebab yang mempengaruhi tinggi rendahnya laju cacahan yang didapatkan saat tanpa kolimator dan menggunakan kolimator pada sudut yang berbeda. Selain itu, pemasangan kolimator juga mempengaruhi banyaknya partikel yang masuk, dimana saat detektor tidak dipasang kolimator, detektor tidak hanya menangkap partikel dari sumber radiasi yang digunakan, tetapi juga menangkap semua partikel yang ada di sekitar detektor, sedangkan saat detektor dipasangkan kolimator, penangkapan partikel oleh detektor lebih diarahkan. Perbandingan lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2 terlihat perbandingan citra hasil pengujian dengan berbagai sudut. Pencitraan cukup jelas saat posisi detektor tegak lurus dengan sumber, seperti terlihat pada pencitraan pada sudut 5,625 dan 360. Seperti yang dilakukan oleh Dewaraja, dkk (2000), kolimator HEGP yang digunakan hanya menangkap dalam rentang energi tinggi yang dipancarkan oleh sumber radiasi I 131. Hasil yang didapatkan membuktikan bahwa semakin 158

tinggi tangkapan energi pada kolimator yang digunakan, tipe gambar akan memperlihatkan peningkatan kontras dan tidak terdapat efek pada visualisasi hole pada kolimator. Gambar 2 Perbandingan citra hasil pengujian menggunakan kolimator HEGP dan tanpa kolimator pada sudut (a) 5,625 (b) 106,875 (c) 258,75 (d) 360 3.2 Pencacahan I 131 menggunakan phantom linier Uji awal perangkat kamera gamma dual head selanjutnya yaitu melihat pengaruh yang dihasilkan dari perubahan sudut terhadap laju cacahan saat menggunakan phantom linier. Hasil data dapat dilihat pada Tabel 2 dan grafik korelasi dapat dilihat pada Gambar 3. Tabel 2 Data uji hasil laju cacahan menggunakan phantom linier No. Sudut Laju Cacahan Phantom Linier 1 5,625 451,9715938 2 106,875 507,838375 3 258,75 506,0277188 4 360 452,1254375 Gambar 3 Grafik hubungan antara sudut terhadap laju cacahan dalam uji perangkat kamera gamma menggunakan phantom linier 159

Dari Gambar 3 diperoleh hubungan antara sudut terhadap laju cacahan menggunakan phantom linier diperoleh persamaan garis y= 479,7619-0,001483x, dimana setiap penambahan nilai x akan terjadi pengurangan nilai y sebesar 0,001483. Hubungan antara sudut terhadap laju cacahan menggunakan phantom linier memiliki regresi yang sangat lemah dengan r bernilai - 0,0074 dengan probabilitas terjadinya kesalahan sebesar 99,26% sehingga didapatkan kebermaknaan data sebesar 0,74%.. Gambar 4 Perbandingan citra hasil pengujian menggunakan phantom linier terhadap sudut (a)5,625 (b) 106,875 (c) 258,75 (d) 360 Gambar 4 menunjukkan perbandingan hasil pencitraan detektor pada tiap sudut terhadap laju cacahan menggunakan phantom linier, dimana detektor menangkap laju cacahan yang cukup tinggi untuk semua citra. Pencitraan dikatakan baik, apabila terbentuk garis-garis yang menggambarkan bahwa detektor kamera gamma menangkap paparan sumber radiasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan pada detektor. Pencitraan dikatakan tidak baik apabila bentuk garis-garis pada hasil citra tidak terbentuk sempurna, yang dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 Hasil citra pengujian menggunakan phantom linier yang terjadi kerusakan. 3.3 Pencacahan I 131 menggunakan phantom jaszczak Uji awal perangkat kamera gamma dual head selanjutnya yaitu melihat pengaruh yang dihasilkan dari perubahan sudut terhadap laju cacahan saat menggunakan phantom jaszczak. Hasil data dapat dilihat pada Tabel 3 dan grafik korelasi dapat dilihat pada Gambar 6. Tabel 3 Data uji pengaruh perubahan sudut terhadap laju cacahan menggunakan phantom jaszczak No. Sudut Laju Cacahan Phantom Jaszczak 1 5,625 6,8395 2 106,875 4,58934375 3 258,75 15,008625 4 360 21,001 160

Gambar 6 Grafik hubungan antara sudut terhadap laju cacahan dalam uji perangkat kamera gamma phantom jaszczak Gambar 7 Perbandingan hasil citra menggunakan phantom jaszczak untuk variasi sudut (a) 5.625 (b) 106.875 (c) 258.75 (d) 360 Dari Gambar 6 diperoleh hubungan antara sudut dengan kamera gamma menggunakan phantom jaszczak diperoleh persamaan garis y= 3,7416+0,0444x, dimana setiap penambahan nilai x akan terjadi penambahan nilai y sebesar 0,0444. Hubungan antara sudut terhadap laju cacahan menggunakan phantom jaszczak memiliki regresi yang sangat kuat dengan nilai r sebesar 0,9243 dengan probabilitas terjadinya kesalahan sebesar 7,57% sehingga didapatkan kebermaknaan data sebesar 92,43%. Terlihat pada Gambar 7 bahwa semakin berubah posisi sudut kamera gamma, semakin besar cacahan yang didapat. Sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Walaupun begitu, hasil pencitraan yang didapat menunjukkan bahwa detektor kamera gamma menangkap paparan sumber radiasi dengan baik dan tidak terjadi kerusakan pada detektor. Gambar 8 SPECT Images menggunakan phantom jaszczak menggunakan sumber radiasi Tc 99m 161

IV. KESIMPULAN Untuk standar pertama, uji perangkat ini hanya mengambil 4 titik sudut dikarenakan sumber yang digunakan tidak dapat dicampurkan dengan cairan air, sehingga mengakibatkan laju cacahan yang didapatkan, besarnya tidak merata. Pengujian juga membuktikan bahwa kamera gamma dapat menangkap cacahan dengan baik dan tidak terdapat distorsi pada hasil citra. DAFTAR PUSTAKA Akhadi, M., 2000, Dasar-dasar Proteksi Radiasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta Dewaraja, Yuni K., Ljungber, M., dan Kenneth F.K., 2000, Accuracy Of I131 Tumor Quantification in Radioimmunotherapy Using SPECT Imaging with an Ultra-High- Energy Collimator: Monte Carlo Study, The Jurnal Of Nuclear Medicine, Vol. 41, No. 10, hal 1760-1767. Zanzonico, P., 2008, Routine Quality Control of Clinical Nuclear Medicine Instrumentation: A Brief Review, The Journal of Nuclear Medicine, Vol. 49, No. 7, hal 1114-1131 162