KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Dusun Bauluang termasuk salah satu Dusun di Desa Mattirobaji. Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dan

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

V. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 3, September 2014 (19 28)

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA BAROWA KECAMATAN BUA KABUPATEN LUWU

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

6 ASSESMENT NILAI EKONOMI KKL

BAB I PENDAHULUAN. dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Hutan mangrove yang dikenal sebagai hutan payau merupakan ekosistem hutan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. pada iklim tropis dan sub tropis saja. Menurut Bengen (2002) hutan mangrove

V. GAMBARAN UMUM Gambaran Lokasi Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai,

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III. METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Lampung Timur dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 12 tahun

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Oleh. Firmansyah Gusasi

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

BAB IV GAMBARAN UMUM

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

Bab III Karakteristik Desa Dabung

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

I. PENDAHULUAN. alam memberikan kontribusi cukup besar bagi kesejahteraan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari diakses

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TADULAKO 2016

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

I. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

HASIL DAN PEMBAHASAN Penilaian Masyarakat di sekitar Sungai Terhadap Keberadaan Ekosistem Sungai Siak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga

REKLAMASI PANTAI DI PULAU KARIMUN JAWA

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL PEDOMAN INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS MANGROVE

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

DOKUMEN POTENSI DESA SEGAMAI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan sehingga perlu dijaga kelestariannya. Hutan mangrove adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Wilayah Pelaksanaan Zakat Tambak Udang di Desa. Sedayulawas Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. km dari pusat pemerintahan kecamatan. Desa Talang Mulya mempunyai luas 654

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

TINGKAT PENERAPAN SISTEM BUDIDAYA MANGROVE PADA MASYARAKAT PULAU UNTUNG JAWA, KEPULAUAN SERIBU

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Keadaan Umum Hutan Mangrove di Pesisir Pantai Tlanakan

Transkripsi:

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Wilayah Dusun Bauluang termasuk salah satu Dusun di Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dan merupakan sebuah pulau yang terpisah dari wilayah dusun yang lainnya. Di desa Mattirobaji terdapat 6 dusun, yakni: 1. Pulau Satangga 2. Dusun Lantangpeo 3. Pulau Rewatayya, 4. Dusun Kalukuang 5. Pulau Dayang-Dayang 6. Pulau Bauluang Adapun batas-batas Pulau Bauluang sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bontonompo 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Polongbangkeng Selatan 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Manggarabombang 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Sedangkan secara Geografis Pulau Bauluang berada pada posisi 5 26 48 LS - 5 27 41 LS dan 119 13 50 BT - 119 14 11 BT. Bentuk pulau ini memanjang dari utara ke selatan dimana pada sisi barat pulau ditumbuhi oleh mangrove yang sangat tebal dan lebat. Sedangkan sisi timur terbuka dari pengaruh angin timur dan pada sisi ini dijadikan wilayah pemukiman oleh penduduk

sepanjang garis pantai. Luas Pulau Bauluang 215 Ha dengan luas hutan mangrove sekitar 149 Ha. (Pirzan et al, 2004). Pulau bauluang dapat dicapai melalui jalur angkutan laut dari daratan pantai Kabupaten Takalar (muara sungai Kecamatan Mappakasunggu Takalar Lama), dengan waktu perjalanan ±2 jam. Kapal angkutan laut yang relatif besar, setiap harinya beroperasi regular dari dan ke Dusun tompotana - Pulau Tanakeke. Dusun Tompotana - pulau Tanakeke merupakan lokasi transit, selanjutnya perjalanan selanjutnya kepulau-pulau terdekat dengan kapal yang relatif lebih kecil. Dari Dusun Tompotana - Pulau Tanakeke ke Pulau Bauluang membutuhkan waktu tempuh sekitar setengah jam. 4.2. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk Pulau Bauluang sebanyak 497 orang dengan Kepala Keluarga sebanyak 105. 4.3. Mata Pencaharian Pokok Dalam pemenuhan kebutuhan mata pencaharian, masyarakat Pulau Bauluang pada umumnya mereka adalah nelayan, namun mereka juga mengelolah sawah tadah hujan pada musim hujan dengan menanam padi dan pada musim kemarau mereka menanam kacang tanah, ubi jalar dan sayuran. 4.4. Sarana Pendidikan Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemajuan masyarakat, tingkat pendidikan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi keberhasilan masyarakat dalam melaksanakan usaha baik untuk petani ataupun sebagai 32

nelayan. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk yang ada di Pulau Bauluang, berdasarkan tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1. Tingkat Pendidikan Penduduk di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar No Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase % 1 2 3 4 5 6 Tidak Pernah Sekolah SD SMP SMA Akademi ( D1 - D3) Sarjana (S1 S2) 192 187 56 53 4 5 38.63 37.62 11.26 10.66 0.80 1.00 Jumlah 497 100.00 Sumber : Hasil Sensus Penduduk Desa Mattirobaji Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan rata-rata tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan hutan mangrove sangat rendah. Hal ini ditandai dengan rasio yang cukup tinggi antara jumlah penduduk yang memiliki tingkat pendidikan SD hingga SMA. 4.5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena amat berhubungan dengan berbagai segi kehidupan jasmani maupun rohani. Ketersediaan sarana dan prasarana tersebut tentu akan memperlancar kegiatan masyarakat. Tabel 2 menunjukkan sarana dan prasarana di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji. 33

Tabel 2. Sarana dan Prasarana di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 2 3 4 Sekolah Masjid Posyandu Rumah Kerja Kelompok Tani 1 2 1 1 Total 4 Sumber : Hasil Sensus Penduduk Pulau Bauluang Desa Mattirobaji, 2015 Tabel 2 menjelaskan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar memiliki sarana dan prasarana yang sangat minim. Terutama untuk sekolah yang hanya tersedia satu sekolah dasar saja. 4.6. Agama Bidang kepercayaan, masyarakat di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar memeluk agama Islam 99,9%. Sarana peribadatan yang tersedia adalah 2 bangunan masjid untuk sebuah pulau yang tdk terlalu luas. 34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Identitas Responden Identitas petani menggambarkan kondisi atau keadaan serta status orang yang menjadi responden. Identitas responden ini meliputi umur, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan keluarga. 5.1.1. Umur Berdasarkan hasil penelitian dari 35 orang, umur responden berkisar antara 28-68 tahun yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Klasifikasi Umur Responden di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase % 28-35 5 15,67 36-43 4 13,33 44-51 8 26,67 52-60 7 23,33 61-68 6 20,00 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data primer setelah diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa dari 30 orang responden, yang berumur 44-51 tahun sebanyak 8 orang atau 26,67%, umur 52-60 sebanyak 7 orang atau 23,33%, umur 61-68 tahun sebanyak 6 orang atau 20,00%, umur 28-35 tahun sebanyak 5 orang atau 15,67% dan umur 36-43 tahun sebanyak 4 orang atau 13,33 %. Dari hasil data diketahui bahwa umur responden yang tergolong 44-68 lebih banyak dibandingkan usia yang relatif lebih muda. 5.1.2. Pendidikan Responden Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan pola pikir masyarakat dalam mengembangkan usahanya terutama dalam pemanfaatan

ekonomi di hutan mangrove untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh masyarakat semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam mengelola hutan mangrove. Tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Responden di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak Sekolah 10 33,33 SD 9 30,00 SMP 6 20,00 SMA 3 10,00 S1 2 6,67 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data primer setelah diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah masyarakat yang tidak sekolah sebanyak 10 orang atau 33,33%, SD sebanyak 9 orang atau 30%, SMP sebanyak 6 orang atau 20%, SMA sebanyak 3 orang atau 10% dan STRATA 1 sebanyak 2 orang atau 6,67%. Tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah masyarakat yang tinggat pendidikannya hanya samapai sekolah dasar, tentunya pemahaman dan ilmu yang dimiliki sangat berpengaruh terhadap usaha dalam mengelola hutan mangrove. 5.1.3. Jumlah Tanggungan Keluarga Tanggungan keluarga adalah semua orang yang menjadi tanggungan kepala rumah tangga yang tinggal dalam rumah tersebut. Jumlah keluarga juga mempengaruhi besarnya biaya yang dikeluarkan, tentunya juga dapat mempengaruhi responden untuk terus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.jumlah tanggungan keluarga responden dapat dilihat pada Tabel 5. 36

Tabel 5. Jumlah Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga. Tanggungan Keluarga Jumlah (KK) Persentase (%) 0-3 4-7 11 19 36,67 63,33 Jumlah 30 100,00 Sumber : Data primer setelah diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa masyarakat yang memiliki tanggungan keluarga 0-3 sebanyak 11 KK atau 36,67% dan 4-7 sebanyak 19 orang atau 63,33%. Sehingga dapat diketahui bahwa nelayan yang memiliki tanggungan keluarga yang banyak tentunya memerlukan biaya yang banyak pula untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. 5.2. Identifikasi Manfaat Tidak Langsung Hutan Mangrove 5.2.1. Nilai Manfaat Penahan Abrasi Manfaat tidak langsung dari hutan mangrove sebagai penahan abrasi dapat tergantikan dengan membangun beton pemecah gelombang ( Water Breaker). Metode ini disebut metode proyek bayangan, Misalkan jika tidak ada ekosistem mangrove sebagai zona penahan gelombang, maka berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membangun tanggul dari beton disepanjang pantai. Acuan yang dipakai untuk menghitung berapa besaran biaya yang dikeluarkan untuk membangun tanggul guna pencegah abrasi dan penahan gelombang dari Proyek Pembangunan Pengaman Abrasi Pantai Cikoang Kecamatan Manggarabombang Kabupaten Takalar sepanjang 500 meter yang dikerjakan pada tahun 2014 yang dikerjakan oleh PPK Sungai Dan Pantai 1 dengan biaya sebesar Rp. 7.968.480.000. Panjang garis pantai Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yang dilindungi hutan mangrove yaitu sepanjang 1.320 meter. Sehingga manfaat tidak langsung 37

mangrove sebagai penahan abrasi adalah sebesar Rp. 21.036.787.200 Nilai tersebut kemudian dibagi 10 guna untuk mendapatkan nilai per tahunnya. Dengan demikian manfaatnya adalah sebesar Rp. 2.103.678.720/tahun. Menurut hasil penelitian Setiawan (2015) di hutan mangrove Delta Mahakam, manfaat hutan mangrove sebagai penahan abrasi dengan panjang pantai 53.501,68 meter sebesar Rp. 126.381.921.260/tahun dengan daya tahan 10 tahun. Perbedaan nilai pada penelitian Setiawan (2015) ini disebabkan lokasi dan panjang pantai yang diteliti. 5.2.2. Nilai Manfaat Penyedia Pakan Alami. Keberadaan hutan mangrove disuatu satuan wilayah pesisir pantai dapat menyediakan pakan secara alami bagi berbagai jenis makhluk hidup yang berdiam daerah tersebut termasuk pakan untuk udang. Ketersediaan pakan ini dapat menjamin kelangsungan hidup populasi udang disekitar hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar ini ditandai oleh banyaknya udang yang dapt ditangkap oleh masyarakat setempat. Penghitungan nilai manfaat pilihan hutan mangrove sebagai penyedia pakan alami dapat dihitung berdasarkan sumber daya yang menggantikannya (Direct Subsitute Approach) diestimasi dengan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk setiap kilogramnya benur udang yang dipelihara ditambak hinggah dapat dipanen kemudian dikalikan dengan harga pupuk yang digunakan untuk memupuk lumut dan mikrooraganisme kecil lainnya sebagai pakan udang didaerah tersebut. Selengkapnya data responden penangkap udang disajikan dalam Tabel 6. 38

Tabel 6. Responden nelayan penangkap udang di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar. Responden Intensitas Penangkapan (Minggu) Hasil Tangkapan (Kg/Tahun) A1 2 78.56 A2 3 176.76 A4 1 117.84 A6 2 78.56 A7 2 39.28 A10 1 78.56 B1 3 117.84 B2 1 78.56 B3 1 117.84 B7 1 78.56 B9 2 157.12 B10 3 58.92 C2 3 353.52 C3 1 78.56 C5 1 58.92 C6 2 117.84 C7 3 235.68 C8 2 157.12 C9 1 78.56 JUMLAH 35 2.258,61 Sumber : Data primer setelah di olah, 2016 Dari Tabel 6. di ketahui bahwa hasil tangkapan udang oleh responden disekitar hutan mangrove Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar sebanyak 2.258,61 kg setiap tahunnya dengan 9 bulan aktif kegiatan pencarian yaitu dari bulan 4 sampai bulan 12, sementara untuk bulan 1 sampai bulan 3 tidak dapat dilakukan pencarian karena intensitas hujan yang sangat tinggi. Menurut data hasil wawancara dengan salah seorang penambak udang di pulau tersebut untuk 1 Ha tambak butuh benur 180.000 ekor/tahun dengan 3 kali masa panen dengan kebutuhan pakan sekitar 1.800 kg sementara harga pakan 2.600/kg. Maka untuk setiap ekor benur membutuhkan pakan sekitar 10 gram atau 39

seharga Rp.260/ekor. Dengan metode Direct Substitute Approach maka dengan luas hutan mangrove Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar 149 Ha yang menghasilkan 2.258,61 kg/tahun atau 90.344,4 ekor jika dalam 1 kilogram udang mencapai 40 ekor. Total nilai manfaat hutan mangrove Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar sebagai penyedia pakan udang alami telah memberikan pakan sekitar 903,44 kg atau seharga Rp.2.348.954,4/tahun. 5.2.3. Nilai Manfaat Pencegah Intrusi Air Laut Salah satu manfaat besar yang diberikan oleh hutan mangrove terhadap masyarakat Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar adalah Pencegahan intrusi air laut. Ini dibuktikan dengan banyaknya masyarakat dari pulau sekitarnya yang mengambil air tawar dari pulau ini. Termasuk masyarakat dari pulau Tanakeke dan pulau Satangnga yang menjadi pulau terdekat dari Pulau Bauluang. Manfaat ini dapat diukur dengan metode biaya pengganti, pendekatan ini merupakan suatu metode valuasi ekonomi berdasarkan pengeluaran potensial. Biaya pengganti adalah jumlah pengeluaran untuk memperoleh kembali barang atau jasa yang sama (Harahap, 2010). Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. 40

Tabel 7. Responden Pengguna Air Tawar Berdasarkan Jumlah Keluarga Di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar No. Respo nden Umur Pekerjaan Jumlah keluarga Total kebutuhan air (liter/hari) Total kebutuhan air (liter/tahun) Nilai air (biaya pengganti). 1 A1 42 Nelayan 4 139 50.735 5.073.500 2 A2 47 Petani 5 171 62.415 6.241.500 3 A3 28 Guru 3 118 43.070 4.307.000 4 A4 32 Nelayan 4 144 52.560 5.256.000 5 A5 63 Guru 5 177 64.605 6.460.500 6 A6 45 Petani 7 216 78.840 7.884.000 7 A7 58 Nelayan 6 204 74.460 7.446.000 8 A8 65 IRT 2 81 29.565 2.956.500 9 A9 55 IRT 2 86 31.390 3.139.000 10 A10 49 Nelayan 5 157 57.305 5.730.500 11 B1 45 Nelayan 5 167 60.955 6.095.500 12 B2 30 Petani 3 118 43.070 4.307.000 13 B3 53 Nelayan 3 113 41.245 4.124.500 14 B4 66 IRT 4 150 54.750 5.475.000 15 B5 60 Nelayan 4 150 54.750 5.475.000 16 B6 61 Nelayan 5 167 60.955 6.095.500 17 B7 32 Petani 4 140 51.100 5.110.000 18 B8 68 Nelayan 4 140 51.100 5.110.000 19 B9 47 Nelayan 3 103 37.595 3.759.500 20 B10 36 Nelayan 4 130 47.450 4.745.000 21 C1 62 Petani 3 118 43.070 4.307.000 22 C2 47 Nelayan 5 162 59.130 5.913.000 23 C3 52 Nelayan 6 194 70.810 7.081.000 24 C4 44 IRT 2 76 27.740 2.774.000 25 C5 28 Nelayan 3 98 35.770 3.577.000 26 C6 37 Nelayan 4 125 45.625 4.562.500 27 C7 42 Nelayan 3 108 39.420 3.942.000 28 C8 50 Petani 3 108 39.420 3.942.000 29 C9 55 Nelayan 4 145 52.925 5.292.500 30 C10 52 Nelayan 4 150 54.750 5.475.000 Total 119 4155 1.516.575 151.657.500 Rata-rata 3.9 138.5 50.552,5 5.055.250 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2016 41

Jumlah KK di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar sebanyak 105 dengan jumlah penduduk 497 orang. Jika rata-rata penggunaan air per KK/hari sebanyak 138,5 liter atau 50.552,5 liter pertahun dengan harga Rp. 5.055.250/KK/tahun. Jika dikalikan dengan jumlah KK 105 maka didapatkan total Rp. 151.657.500 -, Berdasarkan hasil penelitian ini maka nilai manfaat hutan mangrove sebagai pencegah intrusi air laut di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar sebesar Rp. 151.657.500-, 5.3. Identifikasi Manfaat Pilihan dari Hutan Mangrove 5.3.1. Nilai Pemeliharaan Keanekaragaman Hayati (Biodiversity) Nilai manfaat ini dapat dihitung berdasarkan besarnya biaya untuk merehabilitasi hutan mangrove. Besaran biaya ini mengacu pada anggaran biaya dari Peraturan Direktur Jenderal Bina PBDASPS Sulawesi Selatan Tentang Ancar-Ancar Harga Satuan Pokok Kegiatan Pembangunan Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dan Perhutanan Sosial Tahun 2014. Untuk setiap hektar dengan total tanaman 3.300 batang/ha membutuhkan biaya sebesar Rp. 6,440,000. Luas hutan mangrove Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yaitu 149 Ha. sehingga nilai manfaat pilihan hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar yaitu sebagai pemelihara keanekaragaman hayati sebesar Rp. 959.560.000. 42

5.4. Total Nilai Manfaat Ekonomi Hutan Mangrove Nilai ekonomi total hutan mangrove diperoleh dengan menjumlahkan semua nilai yang terkandung dalam nilai manfaat tidak langsung. nilai manfaat ekonomi dari nilai manfaat tidak langsung sebagai penahan abrasi, nilai manfaat penyedia pakan alami, nilai manfaat pencegah intrusi air laut. Hasil penjumlahan dari ketiga manfaat tidak langsung tersebut diperoleh nilai total manfaat tidak langsung hutan mongrove. Secara lengkap nilai manfaat tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 18. Total Nilai Manfaat Ekonomi Hutan Mnagrove No Nilai Manfaat Ekonomi Nilai total (Rp) 1 2 3 4 Penahan Abrasi Penyedia Pakan Alami Pencegah Intrusi Air Laut Pemeliharaan keanekaragaman hayati 2.103.678.720 2.348.954,4 151.657.500 959.560.000 Total 3.217.245.174,4 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 8. diketahui bahwa total nilai manfaat ekonomi hutan mangrove sebagai penahan abrasi memiliki nilai terbesar dengan nilai total Rp. 2.103.678.720 pertahunnya dengan panjang garis pantai yang ditumbuhi hutan mangrove 1.320 meter. Kemudian manfaat ekonomi hutan mangrove sebagai pemelihara keanekaragaman hayati sebesar Rp. 959.560.000 dengan luas hutan mangrove 149 Ha.. Kemudian manfaat ekonomi hutan mangrove sebagai pencegah intrusi air laut dengan total nilai Rp. 151.657.500. Sedangkan nilai manfaat hutan mangrove sebagai penyedia pakan alami hanya sebesar Rp. 2.348.954,4. 43

Nilai manfaat total dari hutan mangrove merupakan penjumlahan dari manfaat-manfaat hutan mangrove yang telah diidentifikasi dan dikuantifikasi. Total nilai manfaat ekonomi hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Presentase Total Nilai Mnafaat Ekonomi Hutan Mangrove No Nilai Manfaat Ekonomi Nilai total (Rp) Presentase (%) 1 2 Manfaat tidak langsung Manfaat pilihan 2.257.685.174 959.560.000 70,17 29,83 Total 3.217.245.174 100,00 Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2016 Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa total nilai manfaat ekonomi hutan mangrove dari manfaat tidak langsung dan manfaat pilihan di dapatkan hasil bahwa manfaat pilihan lebih besar nilainya jika dibandingkan dengan manfaat tidak langsung. Hal ini membuktikan bahwa hutan mangrove memiliki intangible benefit (nilai jasa dan lingkungan) yang sangat tinggi sehingga pentingnya estimasi nilai ekonomi hutan mangrove kedalam nilai rupiah agar masyarakat mengetahui betapa besarnya nilai ekologi hutan mangrove yang selama ini diabaikan oleh masyarakat karena dianggap tidak memiliki nilai pasar. Hasil penelitian Benu, Timban, Kaunang dan Ahmad (2011) di hutan mangrove Desa Palaes, Kecamatan Likupang Barat, Kabupaten Minahasa Utara menunjukkan nilai ekonomi total sebesar Rp. 10.888.218.122,00 per tahun dengan nilai guna tak langsung sebesar 97,99% atau Rp. 10.671.627.482,00 per tahun. Artinya hutan mangrove Desa Palaes mempunyai manfaat dan fungsi yang penting sebagai sumberdaya ekonomi maupun sumberdaya ekologi bagi kehidupan masyarakat yang berada di sekitarnya. Begitu pula dengan hasil penelitian. Sofian (2012), nilai ekonomi total hutan mangrove di Desa Penunggul, 44

Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan sebesar Rp 5.195.443.820,00 per tahun dengan nilai guna tak langsung sebesar 61,93% atau Rp 3.217.760.180,00 per tahun. 45

VI. PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian nilai manfaat ekonomi hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar dapat disimpulkan bahwa : 1. Manfaat hutan Mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar terdiri atas manfaat tidak langsung dan manfaat pilihan. Manfaat tidak langsung meliputi manfaat sebagai penahan abrasi, sebagai penyedia pakan alami, dan sebagai pencegah intrusi air laut. Sedangkan manfaat pilihan berupa pemeliharaan keanekaragaman hayati (Biodiversity). 2. Nilai manfaat ekonomi tidak langsung hutan mangrove dari manfaat sebagai penahan abrasi sebesar Rp. 2.103.678.720, nilai manfaat sebagai penyedia pakan sebesar Rp. 2.348.954,4, dan nilai manfaat sebagai pencegah intrusi air laut sebesar Rp. 151.657.500 3. Nilai manfaat pilihan hutan mangrove sebagai pemelihara keanekaragaman hayati adalah sebesar Rp. 959.560.000 Nilai tersebut kemudian diestimasikan dengan biaya rehabilitasi hutan mangrove perhektar. Dengan luas hutan mangrove Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar 149 hektar.

6.2. Saran Dengan memperhatikan nilai ekonomi total yang diperoleh dari ekosistem hutan mangrove di Pulau Bauluang Desa Mattirobaji Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar, ternyata hutan mangrove mempunyai manfaat dan fungsi yang penting sebagai sumberdaya ekologi bagi kehidupan masyarakat yang berada disekitarnya. 47