PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG PISANG AMBON TERHADAP ELASTISITAS DAN DAYA TERIMA MIE BASAH NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

INDAH KUMALASARI J

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pisang ( Musa paradisiaca L) adalah salah satu buah yang digemari oleh

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

NASKAH PUBLIKASI. KUALITAS BISKUIT DENGAN KOMBINASI TEPUNG PISANG KEPOK PUTIH (Musa paradisiaca forma typica) DAN TEPUNG TEMPE

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA SKRIPSI

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. ubi jalar merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

BAB I PENDAHULUAN. Ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap konsumsi tepung. terigu cukup tinggi. Berbagai produk pangan yang diolah menggunakan

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

PENDAHULUAN. terigu dari negara Timur Tengah seperti Turki, Srilanka, dan Australia. Impor

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. (APTINDO, 2013) konsumsi tepung terigu nasional meningkat 7% dari tahun

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Kerupuk bertekstur garing dan

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG PATI GARUT (Maranta Arundinacea L) PADA DAYA KEMBANG DAN DAYA TERIMA DONAT NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. penganekaragaman produk pangan, baik berupa serealia (biji-bijian), tahun terjadi peningkatan konsumsi tepung terigu di

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. asupan zat gizi makro yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi vitamin A

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

ARTIKEL ILMIAH TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA BOLU KUKUS YANG DIFORMULASI SEBAGIAN DENGAN TEPUNG SUKUN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan terigu oleh masyarakat Indonesia terus meningkat. Berdasarkan data dari APTINDO (2014) dilaporkan bahwa konsumsi tepung

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

repository.unimus.ac.id

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. impor. Volume impor gandum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data APTINDO (2013), Indonesia mengimpor gandum

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

Transkripsi:

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG PISANG AMBON TERHADAP ELASTISITAS DAN DAYA TERIMA MIE BASAH NASKAH PUBLIKASI Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D3 Gizi Disusun Oleh : ERI SETYARINI J 300 101 005 PROGRAM STUDI D3 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i

ii

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG PISANG AMBON TERHADAP ELASTISITAS DAN DAYA TERIMA MIE BASAH Eri Setyarini Program Studi D3 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembuatan pisang menjadi tepung pisang akan mempermudah pemasaran, mengawetkan pisang dan memperluas pemanfaatan dari tepung pisang. Tepung pisang adalah hasil penggilingan buah pisang kering atau gaplek pisang. Pembuatan mie yang berbahan dasar pisang dapat meningkatan keanekaragaman pangan. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakukan yaitu 100:0, 80:20 dan 60:40. Pengolahan data dengan menggunakan uji One Way Anova, dengan taraf signifikan 95% menggunakan program SPSS versi 16. Apabila ada pengaruh disetiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Least Significant Different (LSD). Hasil penelitian menunjukkan elastisitas mie basah pisang ambon antara 3 perlakuan yaitu dengan nilai p = 0,06 (p>0,05) artinya Jenis penelitian adalah penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakukan yaitu 100:0, 80:20 dan 60:40. Pengolahan data dengan menggunakan uji One Way Anova, dengan taraf signifikan 95% menggunakan program SPSS versi 16. Apabila ada pengaruh disetiap perlakuan maka dilanjutkan dengan uji Least Significant Different (LSD).. Hasil uji anova didapatkan nilai signifikan warna p = 0,00 (p < 0,05) dengan demikian dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang nyata, hasil uji anova aroma dengan p = 0,82 (p>0,05) dengan demikian tidak terdapat pengaruh antara ketiga perlakuan, hasil anova rasa dengan nilai p = 0,44 (p>0,05) tidak terdapat perbedaan, hasil anova tekstur p = 0,05 (p>0,05) tidak terdapat perbedaan. Terdapat pengaruh perbandingan tepung pisang ambon dengan tepung terigu terhadap daya terima mie basah pisang ambon dan tidak terdapat pengaruh yang nyata pada elastisitas mie basah. Kata Kunci : Elastisitas, daya terima, tepung pisang ambon. PENDAHULUAN Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena harganya murah dan cara pengolahan sekaligus penyajiannya sederhana. Mie banyak mengandung karbohidrat, yang banyak menyumbang energi pada tubuh sehingga mie dapat dijadikan sebagai makanan pengganti nasi. Penggunaan mie di Indonesia sebagai bahan baku pembuatan soto mie (Bogor), taoge goreng (Jawa Barat), mie telor (Palembang), mie juhi (Betawi), mie goreng, mie pangsit, mie ayam dan ifumi (Astawan, 2008). Kegemaran masyarakat mengkonsumsi mie semakin lama semakin meningkat. Menurut Munarso dan Haryanto (2012), konsumsi mie instan meningkat sekitar 25% per tahun, pada awal tahun 2000-an, angka ini 1

diperkirakan terus meningkat sekitar 15% per tahun. Hal itu dapat menjadi perkembangan peluang bisnis, sehingga perlu peningkatan rasa dan kualitas. Bahan baku pembuatan mie adalah tepung terigu, sehingga hal ini menambah jumlah impor tepung terigu. Penggunaan tepung terigu terus mengalami peningkatan, sehingga tahun 2011 impor tepung terigu mencapai 638.863,48 ton (Disperindag, 2012). Peningkatan impor tepung terigu dapat mengancam ketahanan pangan, sehingga diperlukan alternatif bahan dasar pembuatan mie yang berbasis pangan lokal. Salah satu sumber pangan lokal yang melimpah di Indonesia adalah pisang. Produksi pisang di Indonesia yaitu sebesar 6,20 % (5.755.073 ton) dari total produksi di dunia dan 50 % dari total produksi di Asia (Suyanti dan Supriyadi, 2008; BPS, 2010). Produksi pisang yang melimpah tanpa disertai penanganan pasca panen yang baik secara mekanis, fisiologi, dan mikrobiologi akan menyebabkan banyak pisang yang terbuang (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari pisang yang terbuang ialah dengan pembuatan tepung pisang. Pengolahan pisang menjadi tepung merupakan alternatif diversifikasi komoditas pisang dan mengurangi ketergantungan terhadap terigu serta produk berbahan baku beras. Pembuatan tepung pisang juga bermanfaat untuk meningkatkan masa simpan dan meningkatkan nilai gizi. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Triyono (2010), bahwa kandungan pati pada pisang menjadi maksimal apabila diolah menjadi tepung pisang dengan tingkat ketuaan yang cukup. Banyak jenis pisang yang terdapat di Indonesia. Salah satu pisang yang populer di masyarakat adalah pisang ambon. Menurut Prahasta (2009), pisang ambon mempunyai kulit tipis, daging buah berwarna putih kekuningan dengan rasa manis dan pulen. Pohon pisang ambon termasuk genjah karena pada umur setahun sudah berbuah. Sehingga pisang ambon mudah didapatkan di pasar dan warung makan. Selain mudah didapatkan, pisang ambon kaya akan vitamin A, dibandingkan jenis pisang lainnya. Kandungan vitamin A dalam 100 gram pisang ambon yaitu 146 SI, sedangkan pisang raja uli 79 SI, pisang anggleng (ampyang) 76 SI, pisang mas 79 SI, pisang raja sereh (pisang susu) 112 SI,, pisang lampung 618 SI, dan pisang raja 950 SI (Astawan, 2008). Menurut Aroni (2012), vitamin A mempunyai fungsi penting dalam sistem penglihatan, kekebalan tubuh dan fungsi reproduksi. Pisang juga kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor, dan kalsium, mengandung vitamin A, B6 dan C serta mengandung serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter untuk kecerdasan otak (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Penyerapan zat besi pada buah pisang hampir 100% dapat diserap oleh tubuh, jika dibanding dengan makanan nabati lainnya. Berdasarkan berat kering buah pisang per 100 gram kadar zat besi mencapai 2 mg dan zat seng 0,8 mg (Khomsan dkk, 2008) Pengolahan pisang ambon menjadi tepung pisang meningkatkan kandungan pati yaitu, setiap 100 gram mengandung 61,3-76,5 g dan serat 6,3-15,5 g (Mota dkk, 2000; Juarez-Garcia dkk, 2006). Tepung pisang dapat diolah menjadi produk pangan untuk menambah penganekaragaman pangan, diantaranya mie. Produk pangan dari tepung pisang yang memiliki nilai gizi yang tinggi terutama kandungan vitamin A dan Fe. 2

Kualitas mie ditentukan oleh elastisitas dan tekstur mie. Elastisitas mie sangat dipengaruhi oleh kandungan gluten. Selain itu elastisitas juga dipengaruhi oleh bahan tambahan seperti telur, air, dan garam serta proses pembuatannya. Substitusi pisang ambon terhadap pembuatan mie tentu sangat mempengaruhi faktor fisik (elastisitas) dan kualitas mie berdasarkan daya terima meliputi aroma, rasa, warna dan tekstur mie. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan tepung terigu dan tepung pisang ambon dalam pembuatan mie basah terhadap elastisitas dan daya terima mie basah. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pisang Ambon Pisang adalah tanaman buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian menyebar ke Afrika (Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang (Deptan, 2005) Menurut Prahasta (2009), jenis pisang ambon dibagi menjadi 2 macam yaitu : a. Pisang ambon lumut hijau Produksi pisang ambon ini tergolong tinggi. Setiap pohon terdapat 7-10 sisir, dengan jumlah buah 140-200, panjang 20-23 cm, dan berdiameter 4-5 cm. Berbentuk memanjang dengan pangkal buah membengkok, kulit buah tipis, dagingnya putih kekuningan dan rasanya manis. Pohon pisang ambon lumut hijau termasuk genjah karena dalam umur setahun, sudah dapat berbuah (Prahasta, 2009). b. Pisang ambon kuning Pisang ambon kuning berkulit kuning keputihan. Rasanya manis dan beraroma harum. Panjang buah antara 15-20 cm. satu pohon dapat menghasilkan 7-20 sisir dengan jumlah buah 100-150. Bentuk buah melengkung dengan pangkal meruncing. Daging buah berwarna putih kekuningan (Prahasta, 2009). 2. Kandungan Gizi Pisang Buah pisang mempunyai kandungan gizi yang sangat baik, yakni mampu menyediakan energi yang cukup tinggi dibanding dengan buah lainnya. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks sedang dan tersedia secara bertahap sehingga dapat menyediakan energi dalam waktu yang cepat dibanding nasi dan biskuit (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Pisang juga kaya akan mineral seperti kalium, magnesium, besi, fosfor, dan kalsium, mengandung vitamin A, B 6 dan C serta mengandung serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter untuk kecerdasan otak. Kandungan mineral yang unggul dalam buah pisang adalah kalium yakni berkisar 440 mg. Kalium bermanfaat untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh, kesehatan jantung, tekanan darah, dan membantu pengiriman oksigen ke otak, sehingga buah pisang sering digunakan sebagai makanan pemula yang diberikan pada bayi (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Pisang ambon kaya akan vitamin A dibanding dengan pisang lainnya(dkbm, 2005). Vitamin A mempunyai fungsi penting yakni untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup serta sangat penting untuk kesehatan mata (Almatsier, 2001). 3

Tabel 1 Nilai Gizi Pisang Ambon per 100 gr Kandungan gizi Jumlah 99.00 1.20 0.20 25.80 8.00 28.00 0.50 146.00 0.08 3.00 72.00 Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A SI Vitamin B (mg) Vitamin C (mg) Air (g) Sumber : DKBM (2005). Selain dikonsumsi dalam bentuk segar, buah pisang dapat dijadikan bermacam-macam produk yang dapat meningkatkan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan dalam industri rumah tangga yang berbasis pisang, misalnya : keripik pisang, sale pisang, anggur pisang, sari buah pisang, dodol pisang, getuk pisang, selai pisang, tepung pisang, dan pati pisang (Soenardi dan Wulan, 2009). 3. Tepung Pisang Tepung pisang adalah hasil penggilingan buah pisang kering atau gaplek pisang. Dibuatnya pisang menjadi tepung pisang akan mempermudah pemasaran, mengawetkan pisang dan memperluas pemanfaatan dari tepung pisang. Pisang yang akan dibuat tepung adalah pisang dengan tingkat kematangan ¾ matang, yang kulitnya masih hijau dan daging buah masih keras (Prahasta, 2009). Manfaat pengolahan pisang menjadi tepung antara lain : a. Lebih tahan disimpan b. Lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan c. Lebih praktis untuk diversifikasi produk olahan d. Mampu memberikan nilai tambah buah pisang e. Mampu meningkatkan nilai gizi buah melalui proses fortifikasi selama pengolahan f. Menciptakan peluang usaha untuk pengembangan agroindustri pedesaan (Deptan, 2009). 4. Mie Mie adalah masakan yang populer di Asia, khusunya Asia Timur dan Asia Tenggara. Mie dibuat pertama kali di Cina sekitar 2000 tahun yang lalu pada masa pemerintah Dinasti Han. Kemudian perkembangan mie menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan, dan negara di Asia Tenggara termasik Indonesia. Jenis mie yaitu mie segar, mie basah, mie kering dan mie instan. Diantara jenis mie tersebut prinsip pembuatannya sama hanya sentuhan akhirnya yang berbeda (Suyanti,2008). 4

Menurut Harahap (2007), ciri-ciri mie basah yang baik adalah : a. Berwarna kuning terang b. Tekstur agak kenyal c. Tidak mudah putus Tanda-tanda kerusakan mie basah adalah sebagai berikut : a. Berbintik putih atau hitam karena tumbuhnya kapang b. Berlendir pada permukaan mie c. Berbau asam dan berwarna gelap. 5. Sifat Elatisitas Peranan protein dalam produk pangan sebagai pengemulsi, pengikat air, pembentuk gel/tekstur dan kekentalan, penyerap lemak, serta pembentuk buih. Sifat tersebut dapat terjadi dengan adanya interaksi protein dengan pelarut di sekitarnya, serta keberadaan ion protein lain, sakarida atau lemak. Elastisitas adalah jenis reaksi dari ikatan hidrofobil gluten dan ikatan disulfide dalam gel (Kusnandar, 2011). Gel terbentuk ketika sebagian protein unfolded membentuk segmen polipeptida uncoiled yang berkorelasi pada titik tertentu membentuk jaringan dimensi. Kekuatan gel dapat digunakan untuk mengevaluasi protein pangan seperti kualitas bahan pangan terutama tekstur dan mouthfeel (Kusnandar, 2011). Pembuatan mie dipengeruhi oleh kandungan gluten tepung terigu. Gluten adalah protein yang terdapat pada terigu. Gluten bersifat elastis sehingga akan mempengaruhi sifat elastisitas dan tekstur mie yang dihasilkan (Widyaningsih dan Murtini, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas mie ditentukan dari bahan-bahan yang digunakan, yaitu sebagai berikut. a. Tepung terigu yang berfungsi membentuk struktur mie. Protein dalam tepung terigu harus tinggi supaya mie menjadi elastis. b. Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dan karbohidrat, melarutkan garam, dan membentuk sifat kenyal gluten. c. Garam berperan dalam memberi rasa, memperkuat tekstur mie, meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas mie serta mengikat air. Putih telur akan menghasilkan suatu lapisan yang tipis dan kuat pada permukaan mie (Koswara, 2005). METODE PENELITIAN Penelitian dilakasanakan di Laboratorium Ilmu Bahan Makanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan dan Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Taknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari-Maret 2013. Rancanagan penelitian yaitu rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan tingkat perbandingan tepung terigu dengan tepung pisang ambon yaitu sebagai berikut : Perlakuan A : tepung terigu : tepung pisang ambon (100:0) Perlakuan B : tepung terigu : tepung pisang ambon (80:20) Perlakuan C : tepung terigu : tepung pisang ambon (60:40) 5

Jenis Variabel 1. Variabel bebas : tepung pisang ambon dan tepung terigu 2. Variabel terikat : elatisitas dan daya terima 3. Variabel kontrol: jenis pisang ambon, jenis tepung terigu, telur, pengulenan adonan, tebal adonan, ukuran pencetakan mie, garam, waktu perebusan dan waktu penirisan. Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisi Data 1. Pengumpulan Data a. Elatisitas Elastisitas diperoleh dari hasil universal testing machine yang telah distandarkan. b. Daya terima Daya terima diperoleh dari hasil tingkat kesukaan terhadap warna, aroma, rasa, tekstur, dan kesukaan keseluruan yang diperoleh dari penilaian panelis terhadap mie pisang ambon dalam formulir yang telah disediakan. 2. Analisi Data Analisi data daya terima menggunakan metode analisi anova. Data hasil elastisitas mie basah dianalisi dengan uji One Way Anova, dengan taraf signifikan 95% menggunakan program SPSS versi 16. Apabila ada pengaruh disetiap perlakuan terhadap elastisitas mie basah maka dilanjutkan dengan uji Least Significant Different (LSD). 3. Penyajian data Data yang diperoleh, setelah diolah dan dianalisis disajikan dala bentuk tabel dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pisang ambon kuning adalah salah satu pisang yang populer di masyarakat karena rasanya yang manis dan tidak meniggalkan rasa pahit dan getir di lidah serta biasanya digunakan sebagai buah meja. Pisang ambon kaya akan vitamin A yang sangat baik untuk sistem penglihatan, kekebalan tubuh, dan fungsi reproduksi. Tepung pisang adalah hasil penggilingan buah pisang kering atau gaplek pisang. Pembuatan pisang menjadi tepung pisang akan mempermudah pemasaran, mengawetkan pisang dan memperluas pemanfaatan dari tepung pisang. Pembuatan mie yang berbahan dasar pisang dapat meningkatan keanekaragaman pangan. Pada penelitian ini yang diteliti adalah elastisitas dan daya terima mie basah yang disubstitusi dari tepung pisang ambon. Mie basah merupakan mie yang mengalami proses perebusan setelah pemotongan. Hasil Penelitian 1. Elastisitas Mie Basah Tepung Pisang Ambon Penelitian ini data yang akan dideskripsikan adalah data mengenai daya tarik mie basah pisang ambon dengan perbandingan tepung terigu dan tepung pisang ambon sebesar 100:0 sebagai sampel kontrol, 80:20 dan 60:40. Hasil uji mengenai daya tarik pada mie basah pisang ambon dapat dilihat pada tabel 2. 6

Tabel 2 Elastisitas Mie Basah Tepung Pisang Ambon Perlakuan Hasil ulangan analisis Rata-rata Perbandingan (%) hasil ulangan Nilai P TT:TP (g) I (%) II (%) (%) 100:0 38.81 46.45 42.63±5,40 a 0,06 80:20 30.25 35.75 33.00±3,88 a 60:40 12.68 24.48 18.58±8,34 a Keterangan :Semakin besar nilainya menunujukkan mie semakin elastis. TT: tepung terigu dan TP: tepung pisang Faktor-faktor yang mempengaruhi elastisitas mie ditentukan dari bahan-bahan yang digunakan, yaitu tepung terigu, penggunaan air, garam dan putih tekur (Koswara, 2005). Menurut Wikipedia (2008) dalam Permatasari (2009) Tepung terigu banyak mengandung gluten atau protein terigu. Gluten terdiri dari gliadin dan glutenin. Gliadin mempunyai fungsi sebagai perekat dan menjadikan adonan menjadi elastis sedangkan glutenin mempunyai fungsi menjadikan adonan tetap kokoh dan menahan gas CO2 sehingga adonan dapat mengembang serta akan membentuk pori-pori. Berkurangnya jumlah tepung terigu didalam adonan pembuatan mie akan mengakibatkan terjadinya penurunan elastisitas pada produk mie basah. Berdasarkan hasil analisis antara perlakuan perbandingan tepung terigu dengan tepung pisang ambon 100:0, 80:20 dan 60:40 didapatkan nilai P = 0,06 (>0,05) dengan demikian dapat bahwa tidak terdapat perbedaan elastisitas terhadap mie basah pisang ambon. Oleh karena substitusi tepung pisang ambon tidak berpengaruh terhadap elastisitas maka tidak dilakukan uji lanjut LSD. 2. Daya Terima Mie Basah Pisang Ambon Mie basah pisang ambon yang telah dibuat selanjutnya dilakukan uji daya terima untuk mengetahui daya terima panelis terhadap mie basah pisang ambon dengan perlakuan perbandingan 100:0, 80:20 dan 60:40 dengan menggunakan 5 parameter penilaian meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dan kesukaan keseluruhan. Daya terima mie basah pisang ambon dapat dilihat pada Tabel 3. Perlakuan Perbandingan TT:TP (g) Tabel 3 Uji Daya Terima Pada Mie Basah Pisang Ambon Warna Aroma Rasa Tekstur Kesukaan keseluruhan 100:0 4,26 c 3,23 a 3,56 a 3,7 b 3,86 b 80:20 3,03 b 3,16 a 3,3 a 3,43 a,b 3,43 b 60:40 2,53 a 3,13 a 3,56 a 3,2 a 3,3 a Nilai P 0,00 0,82 0,44 0,00 0,00 Keterangan : huruf yang sama menunjukkan tidak ada beda nyata semakin tinggi angka menunjukkan penilaian panelis semakin baik 7

a. Warna Warna yang paling disukai adalah warna pada mie basah dengan perbandingan 100:0. Daya terima terhadap warna pada mie basah dengan perbandingan 100:0 sebesar 34,33% panelis menyatakan sangat suka dan 34,33% panelis menyatakan suka. Daya terima panelis terhadap warna pada mie basah yang paling tidak disukai yaitu perbandingan 60:40 sebesar 33,33% panelis menyatakan tidak suka dan 13,33% panelis menyatakan sangat tidak suka. Warna pada mie basah pisang ambon dipengaruhi oleh substitusi tepung pisang ambon pada mie basah pisang ambon. Pada perlakuan kontrol yaitu pada perbandingan 100:0, warna mie yang dihasilkan kuning sama seperti mie yang berada dipasaran sehingga panelis lebih menyukainya, sedangkan pada perbandingan 80:20 dan 60:40 kurang disukai karena warna yang dihasilkan pada mie basah pisang ambon menjadi hijau pucat. b. Aroma Aroma pada mie basah dengan perbandingan 100:0, 80:20 dan 60:40 yang menyatakan sangat suka sebesar 3,33% panelis dan yang menyatakan suka sebesar 33,33% panelis sehingga tidak terdapat perbedaan aroma antara ketiga perlakuan. Hal tersebut dikarenakan aroma pada mie basah pisang ambon dipengaruhi oleh bahan selain tepung pisang ambon yaitu aroma yang paling dominan adalah aroma dari telur dan tepung terigu sehingga ada tidaknya penambahan tepung pisang ambon kurang mempengaruhi aroma dari mie pisang ambon sehingga dari tiga perlakuan aromanya sama. c. Rasa Rasa mie basah pisang ambon yang paling disukai adalah perbandingan 60:40. Daya terima terhadap rasa pada mie basah dengan perbandingan 60:40 yang menyatakan sangat suka sebesar 13,33% panelis dan yang menyatakan suka sebesar 40% panelis. Daya terima terhadap rasa pada mie basah yang paling tidak disukai adalah perbandingan 80:20 sebesar 26,66% panelis menyatakan tidak suka. d. Tekstur Tekstur mie basah pisang ambon yang paling disukai adalah perbandingan 100:0 sebesar 53,33% panelis menyatakan suka dan 10% panelis menyatakan sangat suka sedangkan tekstur mie basah pisang ambon yang paling tidak disukai yaitu perbandingan 60:40 sebesar 16,66% panelis menyatakan tidak suka. Tekstur pada mie basah pisang ambon dipengaruhi oleh penambahan tepung pisang ambon pada mie basah pisang ambon. Pada perlakuan kontrol yaitu pada perbandingan 100:0, tekstur mie yang dihasilkan lebih kenyal dari pada mie basah dengan campuran tepung pisang ambon, sedangkan pada perbandingan 80:20 dan 60:40 kurang disukai karena tekstur yang dihasilkan pada mie basah pisang ambon menjadi lebih keras dan padat. Menurut Anonim (2006) dalam permatasari (2009) berkurangnya tepung terigu dan digantikannya tepung terigu dengan tepung lain akan menyebabkan kandungan gluten dalam 8

tepung terigu berkurang, sehingga adonan akan berkurang elastisitasnya dan produk tersebut akan semakin keras apabila dibanding dengan mie basah tanpa substitusi tepung pisang ambon. e. Keseluruhan Kesukaan keseluruhan mie basah pisang ambon yang paling disukai adalah perbandingan 100:0 sebesar 16,66% panelis menyatakan sangat suka dan 53,33% panelis menyatakan suka. Daya terima mie basah pisang ambon secara keseruhan yang paling tidak disukai pada perbandingan 80:20 dan 60:40 sebesar 10% panelis menyatakan tidak suka. Tingkat kesukaan panelis yang paling tinggi adalah perbandingan 100:0 karena mie yang dihasilkan berwarna kuning dan teksturnya lebih kenyal dari pada mie dengan perbandingan tepung pisang ambon dalam pembuatan mie basah pisang ambon, sehingga daya terimanya lebih baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil pengukuran elastisitas mie basah pisang ambon pada perlakuan tepung terigu dibanding tepung pisang ambon diperoleh rata-rata dari dua ulangan yaitu pada perbandingan 100:0 sebesar 42,63%, 80:20 sebesar 33% dan 60:40 sebesar 18,58%. 2. Tidak ada pengaruh perbandingan tepung terigu dengan tepung pisang ambon terhadap elastisitas mie basah. 3. Ada pengaruh perbandingan tepung terigu dengan tepung pisang ambon terhadap daya terima pada warna, tekstur dan kesukaan keseluruhan, tetapi pada aroma dan rasa tidak terdapat pengaruh. 4. Mie basah yang paling disukai adalah mie tanpa penambahan tepung pisang ambon. Saran 1. Pembuatan mie basah tanpa substitusi tepung pisang ambon lebih digemari dari pada mie dengan penambahan tepung pisang ambon, sehingga perlu dilakukan penelitian dengan membuat mie kering tepung pisang ambon untuk mengetahui daya terimanya. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kandungan zat besi mie basah pisang ambon melihat pisang ambon kaya akan zat besi yang mudah diserap tubuh. 3. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang kandungan zat gizi Vitamin A dan Vitamin C. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pusta Utama. Andriani, D. 2012. Studi Pembuatan Bolu Kukus Tepung Pisang Raja (Musa Paradisiaca L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar. Aroni, H. 2012. Pentingnya Vitamin A pada Ibu Nifas. Artikel Ilmiah. Poltekkes Kemenkes Malang. Malang. 9

Astawan, 2008. Membuat Mi dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta. Azizah, N. 2012. Quality Evaluation of Steamed Wheat Bread Substituted with Green Banana Flour. International Food Research Journal 19 (3): 869-876 (2012). Badan Standardisasi Nasional. 1992. Standar Nasional Indonesia: Syarat Mutu Mie Basah (SNI 01-2987-1992). BSN. Jakarta. Deptan. 2009. Standar Prosedur Operasional Pengolahan Pisang. Deptan. Jakarta. Deptan. 2005. Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pisang. Deptan. Jakarta. Harahap, N. A. 2007. Pembuatan Mie Basah dengan Penambahan Wortel (Daucus Carota L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. Iksanudin,A. 2010. Laporan Magang di PT. Indofood Sukses Makmur.Tbk Bogasari Flour Mills Divisi Tanjung Priok. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta.Surakarta. Khomsan, A dan Anwar. 2008. Sehat itu Mudah Wujud Hidup Sehat dengan Makanan Tepat. Penerbit Hikmah : PT Mizan Publika Koswara, S. 2005. Teknologi Pengolahan Mie. E bookpangan.com. Kumalasari, Indah.2010. Perbedaan Penambahan Rumput Laut Eucheuma Cottonii Pada Mie Basah Terhadap Kekuatan Regangan (Tensile), Kadar Serat Kasar (Crude Fiber), Dan Daya Terima. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Kusnandar, F. 2011. Kimia Pangan : Komponen Makro. Cet-1. Jakarta : PT. Dian Rakyat. Mahatama dan Afrianto. 2012. Tinjauan Pasar Tepung Terigu. Jakarta: Disperindag Edisi : 03/TRG/TKSPP/2012 Munarso dan Haryanto. 2012. Perkembangan Teknologi Pengolahan Mie. jurnal Teknologi Pangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Ningrum, Dewi F. 2009. Kadar Kalsium, Kemekaran Linier, dan Daya Terima,Kerupuk Udang yang Dibuat dari Udang Putih (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Permatasari, S., Widyaatuti, S.,Suciyati. 2009. Pengaruh Rasio Tepung Talas dan Tepung Terigu Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptik Mie 10

Basah.Prosiding Seminar Nasional FTP UNUD. Denpasar. 978-602-8659-02-4. Prahasta, A. 2009. Agribisnis Pisang. CV PUSTAKA GRAFIKA. Bandung. Purwani, E.Y., Y. Setiawaty, H. Setianto, N. Richana, Sunarmani, S. J. Munarso, D. Amiarsi dan Misgiyarta. 2003. Pengembangan Teknologi Pangan Tradisional Prospektif Sebagai Alternatif Pangan Pokok. Laporan Akhir Tahun. Balai Penelitian Pascapanen Pertanian. Jakarta. Putri, Ardini S.2011. Pengaruh Perbandingan Tepung Terigu dan Tepung Jamur Tiram (Pleurotus SP) Pada Pembuatan Mie Basah Terhadap Kadar Protein, Kadar Serat Kasar dan Daya Terima. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Soenardi dan Wulan bekerja sama dengan departemen pertanian RI. 2009. Hidangan Nikmat Bergizi dari Bumi Indonesia Aneka Sajian Mi dan OlahanLlain. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Suprapto,H. 2006. Pengaruh Perendaman Pisang Kepok (Musa acuminax balbisianas Calla) dalam Larutan Garam Terhadap Mutu Tepung yang Dihasilkan. Samarinda: Jurnal Teknologi Pertanian 1(2) : 74-80, Maret 2006 Sutomo, B. 2008. Variasi Mi dan Pasta.Cet-1. Kawan Pustaka. Jakarta. Suyanti dan Supriyadi. 2008, Pisang, Budidaya, Pengolahan dan Prospek Pasar. Cet.19 (edisi revisi). Penebar Swadaya. Jakarta. Suyanti. 2008. Membuat Mie Sehat Bergizi dan Bebas Pengawet. Penebar Swadaya. Jakarta. Triyono, A. 2010. Pengaruh Maltodekstrin dan Substitusi Tepung Pisang (Musa paradisiaca) Terhadap Karakteristik Flakes. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Yogyakarta, 26 Januari 2010. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 11