BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Desti Fatin Fauziyyah, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

DAFTAR PUSTAKA. Abdulhak, Ishak Metodologi Pembelajaran pada Pendidikan Orang Dewasa. Bandung: Cipta Intelektual.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional seperti dinyatakan dalam Pasal 3 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB III METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun ajaran 2011/2012.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan observasi atau studi pendahuluan yang penulis

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dalam melakukan pengajaran di dalam kelas. Oleh sebab, itu guru harus

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DENGAN MEDIA KARTU PELENGKAP DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERITA ANAK

PENERAPAN TEKNIK SILANG CERITA PADA PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA KARTIKA XIX-2 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

KEEFEKTIFAN MEDIA KARTU DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

2015 KEEFEKTIFAN TEKNIK EXAMPLE NON EXAMPLE BERMEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS NEGOSIASI

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. membaca, menulis, menyimak, berbicara. Setiap keterampilan erat sekali kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari sains yang menekankan pembelajaran yang

2014 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBELAJARAN CERITA PENDEK BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis di

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut pendapat dari para ahli, bahwasanya matematika merupakan ilmu yang menekankan pada pola berfikir dan nalarnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Apalagi di zaman modern ini ketika

BAB I PENDAHULUAN. baik, di antaranya disebabkan oleh kurangnya minat dan motivasi siswa. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir siswa. atau kaidah kebahasaan. Selain itu, Mahsun (2014:97) berpendapat:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mendatangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Yanti, 2013

Berdasarkan Kurikulum 2013 Pembelajaran Bahasa Indonesia bermula. pada pengembangan kompetensi dalam ranah sikap (KI-1 dan KI-2), pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dipelajari sebelum memasuki jenjang sekolah, sedangkan menulis

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah X X X Total 88

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mardwitanti Laras, 2014 Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180 Derajat berbeda dalam pembelajaran

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Debby Agita Viantiputri,2014

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 dalam pelajaran bahasa Indonesia bagi siswa menengah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu keterampilan bersastra adalah keterampilan menulis. Selain

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi

BAB I PENDAHULUAN. dan persaingan kualitas dalam dunia pendidikan. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kreatifitas manusia untuk mencapai hasil maksimal dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pengajaran puisi di sekolah terkesan sangat membosankan. Akibatnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Media pembelajaran telah terbukti berperan aktif untuk meningkatkan motivasi dan intelektual anak dalam proses kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu pengembangan media pembelajaran diperlukan sebagai penunjang pembelajaran sesuai empat rekomendasi pilar yang dicetuskan oleh UNESCO, yaitu 1) learning to know (belajar untuk mengetahui), 2) learning to do (belajar melakukan atau mengerjakan), 3) learning to live together (belajar untuk hidup bersama), 4) learning to be (belajar untuk menjadi/mengembangkan diri sendiri). (Munir, 2010: 2) Pada hakikatnya guru adalah tonggak dalam pendidikan. Banyaknya hasil penelitian yang berorientasi pendidikan merupakan ruang khazanah bagi para guru dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Strategi, metode, media, hingga bahan ajar terus diujicobakan untuk meningkatkan hal terbaik bagi para peserta didik. Setelah peneliti melakukan sebuah studi literatur, problematik yang ada pada mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia sebagian besar adalah permasalahan motivasi guru dan siswa dengan pengobatan metode, strategi, bahan ajar, dan media. Semua obat itu terpisah, sejauh ini belum ada yang menyatukan sebuah penelitian dengan bahan ajar, media, hingga evaluasi. Bahan ajar, salah satunya BSE, yang ada saat ini hanya sebatas materi, sedangkan media audio visualnya tidak dilampirkan atau hanya sekadar stimulus media tanpa adanya penyatuan dengan bahan ajar. Padahal pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan sebuah keterampilan berbahasa yang sebaiknya membangkitkan seluruh komponen somatis, audio, visual, dan intelektual. Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian menggunakan multimedia

2 interaktif dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berbasis kecerdasan jamak. Kecerdasan jamak yang lebih populer dengan multiple intelligences telah dikembangkan oleh Thomas Amstrong dalam dunia pendidikan yang menyatakan tidak ada satu pun strategi terbaik untuk sekumpulan siswa. Strategi terbaik untuk siswa adalah strategi yang dapat membangkitkan kecerdasan unggul yang dimiliki oleh siswa. Tekhnologi yang semakin pesat merupakan tantangan bagi guru untuk menciptakan media pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk mengembangkan potensinya. Ada beberapa penelitian yang sudah dilakukan, misalnya oleh mahasiswa pendidikan ilmu komputer yang diteliti oleh Nusuki Fathimah (2011) dengan judul Pengembangan Multimedia Interaktif Pembelajaran Membaca Permulaan Model Drill and Practice Bagi Anak Disleksia Tingkat Sekolah Dasar. Hasil dari penelitian ini dikategorikan baik dan dapat merangsang kerja otak anak disleksia. Lalu Surya Dharma (2012) juga melakukan pengembangan penelitian dengan multimedia interaktif dengan judul penelitian Pengembangan Media Pembelajaran Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pelajaran PKn. Hasil dari penelitian Surya Dharma bahwa pengembangan media pembelajaran multimedia interaktif berkontribusi signifikan terhadap peningkatan minat belajar peserta didik. Dwi Anggraeni (2012) dengan judul Pengembangan Multimedia Interaktif dengan Menggunakan Model ADDIE Untuk Pembelajaran Seni Tari pada Siswa Sekolah Dasar. Hasil uji coba menunjukkan bahwa multimedia interaktif yang dikembangkan efektif untuk pembelajaran dengan tujuan pembelajaran relevan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa, materi dan pertanyaan evaluasi serta operasional penggunaan multimedia interaktif (Silat Pedang) memberikan kemudahan untuk dipahami oleh siswa, pembelajaran lebih menarik dan berkesan, dan mutimedia interaktif (Silat Pedang) ini dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Setelah itu penelitian Diecky Kurniawan Indrapradja (2012)

3 dengan judul Pembelajaran Gamelan Pelog Salendro Berbasis Multimedia Interaktif untuk Siswa Sekolah Menengah Umum dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran gamelan Pelog Salendro melalui multimedia interaktif ini mampu menggiring siswa untuk belajar secara mandiri (active learning) dan belajar secara berkelompok (cooperative learning). Keduanya terintegrasi secara utuh untuk mengasah keterampilan berfikir kritis dalam mengidentifikasi, memecahkan masalah, dan berkreasi melalui multimedia interaktif gamelan Pelog Salendro. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum perekat bangsa. Dalam kurikulum bahasa Indonesia itu sendiri, dibutuhkan pengembangan multimedia interaktif untuk guru maupun siswa yang dapat mempermudah proses pembelajaran dan meningkatkan kecerdasan siswa sesuai dengan tujuan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Melihat perkembangan dunia digital yang terus melesat, seyogyanya kita sebagai guru mampu membuat sebuah pengembangan multimedia interaktif berbasis kecerdasan jamak. Melihat penelitian terdahulu yang sebagian berpusat ke dalam pembelajaran sastra, maka peneliti akan menitikberatkan pengembangan multimedia interaktif ini pada materi menulis cerpen. Mengapa materi cerpen? Peneliti telah melakukan observasi, studi lapangan, dan studi literatur untuk proses perencanaan dan pengembangan yang akan peneliti lakukan. Kurangnya minat siswa terhadap cerpen merupakan salah satu sebab tidak adanya prestasi yang dihasilkan dari ajang perlombaan hingga pemuatan karya baik di media sekolah hingga media koran dan majalah. Penelitian untuk meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek telah banyak dilakukan baik dengan media visual, audio, dan audio visual dan terbukti efektif dan dapat meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek siswa. Irsa Meilawati (2009) Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Rekaman Televisi Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Bandung. Androni (2007) Penggunaan Media Gambar Bagi Peningkatan Keterampilan Menulis Kreatif

4 Cerita Pendek: Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VIII A SMP Negeri 1 Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Provinsi Riau. Reka Yuda (2012) Keefektifan Penggunaan Komik Rama dan Sinta Melalui Strategi Pemetaan Pikiran dalam Pembelajaran Menulis Cerpen Berorientasi Nilai Karakter : Penelitian kuasi eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Bina Muda Cicalengka. Penelitian tersebut membuktikan bahwa media dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Maka, pengembangan media diperlukan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek. Sebuah media yang interaktif untuk jembatan guru sebagai fasilitator, agar siswa dapat mandiri dan mengasah ruang kreativitasnya sendiri. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa hal yang bisa diidentifikasi untuk diteliti. Beberapa hal tersebut diantaranya sebagai berikut. 1. Perlu adanya inovasi pengembangan media pembelajaran untuk pembelajaran sastra di sekolah. 2. Pengembangan multimedia interaktif ini dilakukan untuk memberikan solusi media pembelajaran yang sasarannya adalah guru dan siswa. C. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kondisi siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek yang berlangsung di SMA Daarul Quran Bandung? 2. Bagaimanakah rancangan model yang akan dikembangkan dalam multimedia interaktif berbasis kecerdasan jamak untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek?

5 3. Bagaimanakah efektivitas pengembangan multimedia interaktif model tersebut dalam dalam pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek? 4. Bagaimanakah bentuk akhir pengembangan multimedia interaktif berbasis kecerdasan jamak untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek?

6 D. Kerangka Berpikir Penelitian dan pengambangan multimedia interaktif berbasis kecerdasan jamak ini lahir dari adanya kajian empiris di lapangan dan kajian teoretis dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Di zaman yang semakin modern dan di di era digital ini Guru dituntut sebagai fasilitator pembelajaran dan mampu berinovatif dalam media pembelajaran. Dengan kecerdasan jamak yang dimiliki oleh setiap peserta didik, pengembangan multimedia interaktif ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek. Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Kajian Empiris Pembelajaran Pembelajaran Bahasa Indonesia Kajian Teoretis Pembelajaran Guru Kecerdasan Jamak Pengembangan Multimedia Interaktif Materi Cerpen Peserta Didik Kemampuan Menulis Cerpen Hasil Belajar (Kemampuan Menulis Cerpen)

7 E. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan tujuan penelitian ini adalah untuk a. mengetahui kebutuhan siswa sekarang dalam pembelajaran menulis cerita pendek. b. merancang rancangan model pengembangan multimedia interaktif berbasis kecerdasan jamak untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek. c. mengetahui efektivitas model pengembangan multimedia interaktif berbasis kecerdasan jamak dalam pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek. d. merancang bentuk akhir pengembangan multimedia interaktif berbasis kecerdasan jamak dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. a. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam mengembangkan multimedia interaktif untuk materi bahasa dan sastra Indonesia. Penelitian ini pun akan menguatkan berbagai teori menulis, media serta pengetahuan baru mengenai tahapan pengembangan multimedia interaktif. Sehingga keterampilan menulis cerpen siswa dapat bermanfaat, diterima dan diserap dengan baik oleh siswa. b. Manfaat Praktis Secara langsung penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa dan guru. Siswa dapat lebih mudah menciptakan suatu cerpen dengan penggunaan multimedia interaktif. Begitu pula dengan Guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang dapat menggunakan software pengembangan multimedia interakatif ini dalam pembelajaran. Sedangkan bagi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

8 akan menjadi lebih kaya dengan berbagai media pembelajaran karena melewati proses dan hasil yang teruji melalui sebuah penelitian. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran mengenai istilah yang digunakan, maka penulis kemukakan definisi operasional untuk istilah yang digunakan. 1. Multimedia interaktif berbasis kecerdasan jamak dalam pembelajaran inkuiri adalah media pembelajaran yang berupa perangkat lunak (software) dengan rancangan desain berawal dari tes kecerdasan lalu setiap siswa distimulus sesuai kecerdasan unggul hasil tes, di dalamnya terdapat teks, audio, visual, animasi, grafis dalam sebuah tampilan yang dapat berintregasi dan interaktif untuk menciptakan penemuan dalam proses pembelajaran yang mandiri. Selanjutnya dalam penelitian ini multiple intelligence disebut dengan kecerdasan jamak. 2. Menulis cerita pendek adalah sebuah proses kreatif siswa dalam mengonstruksi ide atau gagasan menjadi cerita yang memenuhi kelengkapan aspek formal cerpen (memuat judul, nama pengarang, dialog, narasi), kelengkapan unsur intrinsik cerpen (memuat alur, tokoh, latar, sudut pandang, penceritaan, gaya bahasa, dan pengembangan tema yang relevan dengan judul.), keterpaduan unsur/struktur cerpen (kaidah alur, dimensi tokoh, dan dimensi latar), serta kesesuaian penggunaan bahasa cerpen (menggunakan kaidah EYD, keajekan penulisan, dan ragam bahasa yang disesuaikan dengan dimensi tokoh dan latar.). G. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini, yaitu pengembangan multimedia interaktif berbasis kecerdasan jamak efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek siswa.