Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering

dokumen-dokumen yang mirip
PENUMBUHAN FILM TIPIS SEMIKONDUKTOR

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

STUDI KELAYAKAN PENGGUNAAN SEL SILIKON SEBAGAI PENGUBAH ENERGI MATAHARI MENJADI ENERGI LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dikawasan Asia

PENGARUH KLOROFIL TERHADAP P-N JUNCTION PADA SUSUNAN LAPISAN TIPIS Ag/CuInSe/SiP. Nugroho Tri Sanyoto 1, Giri Slamet 2. Abstrak

DEPOSISI LAPISAN TIPIS A&,CuInSe-SiP PADA SUBSTRAT KACA UNTUK MENGHASILKAN SAMBUNGAN P-N

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Karakterisasi XRD. Pengukuran

Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul

JOBSHEET SENSOR CAHAYA (SOLAR CELL)

FOTOVOLTAIK PASANGAN ELEKTRODA CUO/CU DAN CUO/STAINLESS STEEL MENGGUNAKAN METODE PEMBAKARAN DALAM BENTUK TUNGGAL DAN SERABUT DENGAN ELEKTROLIT NA2SO4

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PREPARASI LAPISAN TIPIS SAMBUNGAN p-n ZnO DAN CuInSe MENGGUNAKAN PENYANGGA LAPISAN CdS UNTUK APLIKASI SEL SURYA

HASIL KELUARAN SEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN SUMBER CAHAYA LIGHT EMITTING DIODE

BAB I PENDAHULUAN. Sel surya merupakan alat yang dapat mengkonversi energi matahari menjadi

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DI ATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS

DEPOSISI LAPISAN TIPIS (CdS) TIPE-N DIATAS LAPISAN TIPIS (CuInSe 2 ) TIPE-P SEBAGAI PENYANGGA UNTUK SEL SURYA CIS

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

Gambar Semikonduktor tipe-p (kiri) dan tipe-n (kanan)

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Henni Eka Wulandari Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar sumber energi yang dieksploitasi di Indonesia berasal dari energi fosil berupa

F- 1. PENGARUH PENYISIPAN LOGAM Fe PADA LAPISAN TiO 2 TERHADAP PERFORMANSI SEL SURYA BERBASIS TITANIA

Tenaga Surya sebagai Sumber Energi. Oleh: DR. Hartono Siswono

BAB I PENDAHULUAN. kita terima bahwa pemakaian energi berbahan dasar dari fosil telah menjadi salah

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

STRUKTUR CRISTAL SILIKON

ELEKTRONIKA. Bab 2. Semikonduktor

STRUKTUR DAN KOMPOSISI KIMIA LAPIS TIPIS BAHAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,2 S 0.8 ) HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang yang kaya akan radiasi matahari yang tinggi,

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT GELAS UNTUK JENDELA SEL SURYA

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

PEMBUATAN KONDUKTOR TRANSPARAN THIN FILM SnO2 DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SPRAY PYROLYSIS

Uji Kekerasan Material dengan Metode Rockwell

OPTIMALISASI TEGANGAN KELUARAN DARI SOLAR CELL MENGGUNAKAN LENSA PEMFOKUS CAHAYA MATAHARI

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KARAKTERISTIK PANEL SURYA BERDASARKAN MATERIAL PENYUSUN DAN INTENSITAS CAHAYA. Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Analisis Performa Modul Solar Cell Dengan Penambahan Reflector Cermin Datar

KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN SEL SURYA

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

12/18/2015 ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi peradaban

KARAKTERISASI SIFAT OPTIK LAPISAN TIPIS a-si:h:b UNTUK BAHAN SEL SURYA

Pengaruh Optis Kontak Belakang terhadap Parameter Optis Lapisan a-si:h

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PABRIKASI

PERKEMBANGAN SEL SURYA

Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik

LAMPU TENAGA SINAR MATAHARI. Tugas Projek Fisika Lingkungan. Drs. Agus Danawan, M. Si. M. Gina Nugraha, M. Pd, M. Si

PENGARUH KONSENTRASI BORON TERHADAP SIFAT LISTRIK LAPISAN TIPIS (a-si:h:b)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

PANEL SURYA dan APLIKASINYA

Dioda Semikonduktor dan Rangkaiannya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hampir seluruhnya dilakukan di laboratorium Gedung Fisika Material

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

PEMBUATAN LAPISAN TIPIS SILIKON AMORF TERHIDROGENASI (a-si:h) UNTUK BAHAN SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin maju dalam beberapa dekade ini

I. PENDAHULUAN. Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik,

DAFTAR ISI. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... v. HALAMAN MOTO...

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

Physical Aspects of Solar Cell Efficiency Light With Too Little Or Too Much Energy

ENERGI SURYA DAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA. TUGAS ke 5. Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Managemen Energi dan Teknologi

4 FABRIKASI DAN KARAKTERISASI SEL SURYA HIBRID ZnO-KLOROFIL

PENGARUH KANDUNGAN In PADA LAPISAN TIPIS TCO (ZnO:In) TERHADAP TEGANGAN FOTOVOLTAIK SEL SURYA CIS. Uminingsih Fakultas Sains Terapan IST AKPRIND

SIFAT-SIFAT OPTIK DAN LISTRIK BAHAN SEMIKONDUKTOR SnS LAPISAN TIPIS HASIL PREPARASI DENGAN TEKNIK VAKUM EVAPORASI UNTUK APLIKASI SEL SURYA ABSTRAK

12/18/2015 ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN ENERGI BARU TERBARUKAN

Logo SEMINAR TUGAS AKHIR. Ana Thoyyibatun Nasukhah Pembimbing : Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

Oleh: Tyas Puspitaningrum, Tjipto Sujitno, dan Ariswan

PENGARUH DAYA PLASMA PADA STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT OPTIK FILM TIPIS CdTe YANG DITUMBUHKAN DENGAN DC MAGNETRON SPUTTERING

DEPOSISI LAPISAN TIPIS ZnO:Al PADA SUBSTRAT ALUMINA UNTUK BAHAN SENSOR GAS

Rekayasa Bahan untuk Meningkatkan Daya Serap Terhadap Gelombang Elektromagnetik dengan Matode Deposisi Menggunakan Lucutan Korona

PENGARUH TEKANAN DAN WAKTU DEPOSISI PADA TEKNIK SPUTTERING TERHADAP TAHANAN DAN REFLEKSIVITAS LAPISAN TIPIS a-si DAN Ag

Pengukuran Arus dan Tegangan pada Sistem Pembangkit Listrik Hybrid (Tenaga Angin dan Tenaga Matahari) Menggunakan Atmega 8535

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi saat ini yang melanda dunia masih dapat dirasakan terutama di

BAB II LANDASAN TEORI Defenisi Umum Solar Cell

Karakteristik dan Rangkaian Dioda. Rudi Susanto

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM

PENGEMBANGAN SISTEM PENGUKUR KARAKTERISTIK I-V SEL SURYA DALAM KEADAAN PENYINARAN DAN TANPA PENYINARAN

INTENSITAS CAHAYA MATAHARI TERHADAP DAYA KELUARAN PANEL SEL SURYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wida Lidiawati, 2014

PENUMBUHAN LAPISAN TIPIS SILIKON MIKROKRISTAL (µc Si:H) TIPE-P DENGAN METODE HOT WIRE PLASMA ENHANCED CHEMICAL VAPOR DEPOSITION (HW-PECVD)

STUDI PENGARUH SUHU SUBSTRAT TERHADAP SIFAT LISTRIK DAN OPTIK BAHAN SEMIKONDUKTOR LAPISAN TIPIS SnSe HASIL PREPARASI TEKNIK VAKUM EVAPORASI

LAPORAN EKSPERIMEN FISIKA 2 FOTOKONDUKTIVITAS. Zudah Sima atul Kubro G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Zeniar Rossa Pratiwi,2013

BAB I PENDAHULUAN. energi cahaya (foton) menjadi energi listrik tanpa proses yang menyebabkan

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

III. METODE PENELITIAN

Asisten : Robby Hidayat / Tanggal Praktikum :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEL SURYA FOTOELEKTROKIMIA DENGAN MENGGUNAKAN NANOPARTIKEL PLATINUM SEBAGAI ELEKTRODA COUNTER GROWTH

pusat tata surya pusat peredaran sumber energi untuk kehidupan berkelanjutan menghangatkan bumi dan membentuk iklim

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

Transkripsi:

Pembuatan Sel Surya Film Tipis dengan DC Magnetron Sputtering Desty Anggita Tunggadewi 1, Fitria Hidayanti 1 1 Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional dtunggadewi@yahoo.co.id, fitriahidayanti@gmail.com ABSTRAK. Divais photovoltaic, atau yang umum disebut modul sel surya, menggunakan material semikonduktor untuk mengubah cahaya matahari secara langsung menjadi listrik. Semakin meningkatnya permintaan akan sumber energi terbarukan, maka pembuatan sel surya menjadi sangat penting. Pembuatan sel surya dengan DC Magneton Sputtering mampu menghasilkan performansi yang bagus. Lapisan tipis sel surya dibuat dari sambungan p-n silikon dengan kombinasi multilayer Ag / SiB / SiP dan dideposisi oleh DC Magnetron Sputtering secara bertahap. Deposisi layer SiB dan SiP dengan memperhatikan parameter tekanan chamber sebesar 6 x 10-8 mbar, tekanan gas Argon 2 x 10-2 mbar, dan waktu deposisi SiB and SiP selama 16 menit dan 10 menit. Arus dan tegangan dari lapisan tipis sel surya yang telah difabrikasi, selanjutnya diuji dengan rangkaian seri dan paralel, kemudian dianalisis menggunakan program Logger Pro 3.8. Hasil kurva tampilan program sesuai dengan kurva karakteristik dioda. Efisiensi untuk sel surya tanpa kombinasi rangkaian adalah sebesar 6.02%, dengan rangkaian seri sebesar 11.929% dan 8.737% untuk rangkaian paralel. Kata kunci: solar cell, thin film, dc magnetron sputtering, efficiency solar cel. PENDAHULUAN Energi merupakan faktor yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan Negara dan pembangunan ekonomi. Persedian energi fosil yang digunakan untuk energi listrik memiliki cadangan yang terbatas. Ketergantungan Indonesia pada energi fosil membuat produksi minyak bumi dalam negeri menurus drastis sejak tahun 2001. Keadaan ini didorong oleh kebutuhan yang terus naik dan tumbuhnya sektor industri di Indonesia. Ketergantungan energi fosil masih didominasi oleh kebutuhan minyak yang mencapai 41,8 %, batu bara 29% dan gas 23 %. Kebutuhan energi yang besar ini tidak bisa ditopang oleh cadangan energi Indonesia yang semakin menipis. Cadangan minyak di Indonesia hanya cukup untuk 23 tahun lagi, cadangan gas cukup untuk 50 tahun lagi dan cadangan batu bara cukup untuk 80 tahun lagi [1]. Melihat kondisi di Indonesia dimana kebutuhan listrik semakin meningkat maka perlu dikembangkan potensi energi baru dan terbarukan. Potensi energi terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia yaitu angin, air terjun, panas bumi, pasang surut air laut (tidal), biomassa dan radiasi matahari (solar). Pemanfaatan radiasi matahari di Indonesia sangat sesuai karena Indonesia terdiri atas 2 (dua) musim yaitu musim kemaran dan penghujan dimana hampir 9 bulan dalam setahun Indonesia berada dalam musim kemarau. Lama Penyinaran Matahari di Indonesia berkisar antara 5-8 jam perhari. Pembuatan sel surya sangat memungkinkan dengan adanya peralatan seperti DC Magnetron Sputtering. Instrumen ini digunakan untuk pembuatan lapisan tipis pada substrat kaca. Film tipis yang dihasilkan dari bahan semikonduktor, Silikon yang didop dengan Fospor dan Boron akan menghasilkan p-n junction untuk berfungsi untuk menghasilkan aliran electron dari semikonduktor tipe n menuju hole pada semikonduktor tipe p. aliran electron inilah yang menghasilkan arus listrik [2-4]. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sel surya menggunakan DC Magnetron Sputtering. Sel surya yang dihasilkan dirangkai secara seri dan paralel untuk meningkatkan arus yang diperoleh. Semakin banyak sel surya yang dihasilkan, arus yang dihasilkan pun akan semakin meningkat [5]. 38

METODE PENELITIAN Penelitian ini merancang pembuatan sel surya dengan DC Magnetron Sputtering dan karakterisasi sel surya sesuai dengan diagram alir pada gambar 1. GAMBAR 1. Diagram Alir Penelitian Sel surya dirangkai secara seri dan paralel untuk meningkatkan arus yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, bahan yang digunakan sebagai semikonduktor adalah Silikon (Si) yang didop dengan Fospor (P) dan Boron (B). Bahan lainnya yaitu Perak (Ag) digunakan sebagai pengumpul (collector) sinar matahari. DC Magnetron Sputtering (Gambar 2) digunakan dalam pembuatan film tipis sel surya karena menghasilkan lapisan yang seragam (homogen) [1], [7-9]. 39

DC Magnetron Sputtering merupakan proses deposisi uap plasma atau Plasma Vapor Deposition (PVD). Untuk mendapatkan film tipis yang baik diperlukan waktu 10 menit untuk pelapisan Ag dan waktu 16 menit untuk pelapisan SiP dan SiB. Dalam DC Magnetron Sputtering, diperlukan bahan berupa gas Argon. Gas Argon dipilih karena merupakan gas mulia yang tidak bereaksi dengan bahan pelapis dan berfungsi membawa atom bahan pelapis (target) dari katoda menuju anoda. Argon dalam proses ini bermuatan positif. Argon sebagai gas plasma akan dipercepat dengan beda potensial sekitar ratusan hingga ribuan ev dan menumbuk elektroda negatif atau katoda. Akibatnya, atom target akan lepas dari katoda menuju katoda. Deposisi dengan DC magnetron Sputtering menggunakan prinsip medan magnet tertutup untuk mengarahkan atom target bergerak dari katoda menuju anoda. Pada anoda, atom target akan terdeposisi terdeposisi membentuk film tipis sel surya Ag/SiP/SiB [10-11]. Karakterisasi sel surya dilakukan dengan multimeter untuk mendapatkan data arus dan tegangan. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan Software Logger Pro 3.8 untuk mendapatkan nilai efisiensi sel surya. Penelitian ini dilakukan menggunakan DC Magnetron Sputtering di Batan. Data yang diperoleh berupa arus, tegangan, dan efisisensi sel surya. GAMBAR 2. Skema Teknik DC Magnetron Sputtering HASIL DAN PEMBAHASAN Sel surya lapisan tipis p-n silikon susunan Ag/SiB/ SiP telah dibuat dengan metode DC Magnetron Sputtering dengan ketebalan lapisan dalam orde mikro meter. Metode DC Magnetron Sputtering merupakan pengembangan dari metode RF Sputtering, yaitu dengan penambahan sistem magnet dalam konstruksi target serta menggunakan generator DC. Pemasangan sistem magnet ini menyebabkan medan listrik yang terjadi antara kutub katoda dan anoda semakin besar. Lapisan tipis yang dibuat merupakan lapisan sambungan semikonduktor tipe-p (SiB) dan semikonduktor tipe-n (SiP) yang dideposisikan di atas substrat kaca berukuran 30 mm x 25 mm. Kualitas hasil deposisi/penumbuhan lapisan tipis ditentukan oleh parameter konsentrasi dopping, daya generator, tekanan gas sputter, kevakuman chamber dan waktu deposisi. Pada penelitian ini menggunakan parameter tekanan tanpa gas vakum) 10-6 mbar, dengan tingkat vakum tersebut diperoleh hasil deposisi dengan tingkat impurity yang rendah. Gas argon dengan tekanan 2x10-2 mbar dialirkan ke dalam tabung sputtering kemudian terionisasi dan terbentuk plasma. Gas yang terionisasi dipercepat oleh medan listrik serta menghasilkan elektron dan ion-ion positif. Ion-ion positif akan tertarik ke katoda dan menembaki permukaan target dengan energi yang cukup tinggi sehingga atom-atom target terlepas ke 40

segala arah termasuk ke arah substrat. Adanya medan magnet menyebabkan proses pendeposisian material target lebih optimal karena atom-atom target yang terpental akan terkonsentrasi ke substrat oleh gaya magnet pada katoda. Tegangan yang digunakan dari generator DC adalah 300-700 V dan arus 30-80 ma. Pengukuran arus dan tegangan keluaran sel surya dilakukan dibawah pencahayaan sinar matahari dengan daya maksimum 480 mw/cm 2. Hasil pengukuran yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut diperoleh nilai arus dan tegangan dari sel surya tunggal seperti ditunjukkan pada tabel 1. Pengukuran sel surya tunggal menghasilkan nilai tegangan maksimum 343 mv untuk sel surya 3, dan nilai tegangan minimum 225 mv untuk sel surya 4. Sedangkan hasil pengukuran arus diperoleh nilai arus maksimum 0,02 µa untuk semua sel surya, dan nilai arus minimum 0,01 µa untuk sel surya 4. TABEL 1. Hasil Pengukuran Arus dan Tegangan Sel Surya Tunggal Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Sel Luxmeter Luxmeter Luxmeter surya V(mV) I(µA) V(mV) I(µA) V(mV) I(µA) (lux) (lux) (lux) 1 998 313 0,02 900 228 0,02 900 322 0,02 2 980 322 0,02 900 280 0,02 907 270 0,02 3 1000 326 0,02 1000 343 0,02 996 315 0,02 4 990 315 0,01 912 323 0,02 907 225 0,01 Besarnya arus dan tegangan untuk setiap sel surya berbeda serta mengalami perubahan setiap hari. Faktor penyebabnya antara lain intensitas cahaya yang tidak stabil. Semakin besar intensitas cahaya, arus dan tegangan yang terukur akan semakin besar. Hal ini dikarenakan adanya cahaya (foton) akan membebaskan elektron dan menghasilkan hole. Hole akan disapu ke lapisan p dan elektron akan di sapu ke lapisan n. Elektron dan hole akan bergabung kembali melalui divais di luar material karena adanya potensial barrier yang menghalangi hole dan elektron berekombinasi melalui sambungan p-n, sehingga besarnya daya (I.V) dapat dihasilkan dari sel di bawah kekuatan pencahayaan. Selain intensitas cahaya terdapat beberapa faktor yaitu, temperatur lingkungan, kondisi lapisan tipis sel surya yang mudah rusak sehingga mempengaruhi kinerja masing-masing sel surya. Arus dan tegangan keluaran dari sel surya yang dirangkai seri dan paralel diukur menggunakan multimeter dengan hasil pengukuran ditunjukkan pada tabel 2 dan tabel 3. TABEL 2 Hasil Pengukuran Tegangan Sel Surya Rangkaian Seri Hari ke Luxmeter (lux) Rangkaian Seri V(mV) I(µA) 1 1011 1272 0,02 2 980 1100 0,02 3 968 1112 0,02 TABEL 3 Hasil Pengukuran Tegangan Sel Surya Rangkaian Paralel Hari ke Luxmeter (lux) Rangkaian Paralel V(mV) I(µA) 1 1011 1272 0,02 2 980 1100 0,02 3 968 1112 0,02 Hasil pengukuran tegangan sel surya yang dirangkai secara seri diperoleh nilai maksimum 1272 mv untuk hari pertama dan nilai minimum 1100 mv untuk hari kedua, sedangkan nilai arus maksimum 0,02 µa. Hasil pengukuran tegangan sel surya yang dirangkai secara paralel diperoleh nilai maksimum 322 mv untuk hari kedua dan nilai tegangan minimum 313 mv untuk hari pertama, sedangkan nilai arus maksimum 0.08 µa untuk hari kedua dan nilai arus minimum 0,07 µa untuk hari pertama dan ketiga. 41

Hasil pengukuran arus dan tegangan sel surya baik dirangkai seri atau paralel kurang optimal. Hal ini disebabkan faktor sambungan antara sel surya yang belum portable sehingga menyebabkan kerusakan saat dirangkai. Selain faktor tersebut, terdapat penyebab lain yaitu intensitas cahaya yang kurang optimal saat pengambilan data. Intensitas cahaya matahari maksimal yang terukur adalah 1011 lux. Semakin besar intensitas matahari semakin besar arus yang dihasilkan. Cahaya (foton) yang mempunyai energi lebih besar dari energi gap akan mengeksitasi elektron-elektron dari pita valensi ke pita konduksi sehingga akan menghasilkan pasangan elektron dan hole yang lebih banyak dan menghasilkan arus yang lebih besar. Temperatur berpengaruh terhadap nilai arus dan tegangan yang dihasilkan sel surya. Semakin tinggi temperatur sel surya, daya yang dihasilkan akan semakin rendah. Meningkatnya temperatur sel surya menjadikan lapisan bertambah panas, sehingga elektron dan hole mempunyai energi thermal yang lebih besar dan berlawanan dengan arus dioda yang dibangkitkan dari pencahayaan. Nilai temperatur lingkungan yang terukur saat pengambilan data adalah 26 0 C. Selain faktor-faktor di atas terdapat factor yang lain, diantaranya homogenitas lapisan yang berbeda akan mempengaruhi kinerja masing-masing sel surya, rentang waktu setelah pendeposisian sampai pengukuran arus dan tegangan yang cukup lama memungkinkan lapisan tipis bereaksi dengan lingkungan dan menurunkan stabilitas sel surya. Stabilitas sel surya yang kurang baik dapat disebabkan oleh reaksi kimia dengan lingkungan terutama O2 dan uap air. KESIMPULAN Kurva karakteristik arus dan tegangan (I-V) sel surya lapisan tipis p-n silikon yang dihubungkan secara seri dan paralel menyerupai kurva karakteristik dioda yaitu berbentuk eksponensial. Besarnya arus dan tegangan maksimum dari sel surya yang dihubungkan secara seri adalah 0,02 µa dan 1271 mv dan untuk sel surya yang dihubungkan secara paralel 0,08 µa dan 322 mv. Nilai Efisiensi dari sel surya pada intensitas matahari maksimum baik dirangkai seri dan paralel mengalami peningkatan dari efisiensi sel surya tunggal. Efisiensi sel surya tunggal adalah (6,02±0,27) %, nilai efisiensi sel surya yang dirangkai secara seri adalah (11,929±0,480) % dan untuk sel surya yang dirangkai secara paralel adalah (8,737±0,026) %. REFERENSI [1] B. Grew,et. al., Energy Procedia: Advanced Materials and Characterization Techniques for Solar Cells II 60, 14-155 (2014). [2] Arakelova, E. R., et al. Journal of Contemporary Physics (Armenian Academy of Sciences) 46, 293-299 (2011). [3] Breitenstein, O., Opto-Electronics Review 21, 259-282 (2013). [4] He, YangYang, et al. Science China Physics, Mechanics and Astronomy 55, 2070-2075 (2012). [5] Liu, Jing, et al. Applied Physics A 114, 1175-1179 (2014). [6] Mintairov, M. A., et al. Semiconductors 48, 653-658 (2014). [7] Pandian, Ramanathaswamy, et al., Applied Physics A 116, 1905-1913 (2014). [8] Song, Sang-Woo, et al.., Journal of the Korean Physical Society 65, 308-311 (2014). [9] Andreev, V. M. "Application Of III V Compounds In Solar Cells." Photovoltaic and Photoactive Materials Properties, Technology and Applications. Springer Netherlands, 131-156 (2002). [10] Jacobi, Karl. of Book: Handbook of Thin Film Process Technology. Institute of Physics Publishing, (2001). [11] Szyszka, B. "Magnetron sputtering of ZnO films." Transparent Conductive Zinc Oxide. Springer Berlin Heidelberg, 187-233 (2008). 42