BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

JURNAL. Oleh: SUYATI NPM Dibimbing oleh : 1. Dra. Budhi Utami, M.Pd. 2. Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd.

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk merubah suatu bangsa ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

BAB I PENDAHULUAN. diorganisasikan dan diarahkan pada pencapaian lima pilar pengetahuan: belajar

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pendidikan di Indonesia masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Suyati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

meningkatkan hasil belajar. Pengertian belajar itu sendiri menurut Morgan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

NASKAH PUBLIKASI. Strata 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: ATIK SETYAWAN NIM : A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Fariyani Eka Kusuma Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. cerdas sehingga dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lainya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. semakin baiknya kualitas bangsa tersebut. Di Indonesia pendidikan sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan meningkatnya tuntutan masyarakat untuk dapat memperoleh pendidikan yang memenuhi kebutuhan hidup dan laju pembangunan yang dewasa ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. Mempersiapkan peserta didik sebelum memasuki dan menghadapi era globalisasi merupakan tautan yang tercantum dalam sistem pendidikan nasional, dimana di dalamnya terdapat tuntutan untuk bisa meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia untuk menjadi manusia seutuhnya, yaitu pribadi yang integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan berwawasan keilmuan sebagai warga negara yang bertanggungjawab, serta mengembangkan program pendidikan yang mampu mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi masyarakat yang maju dimasa yang akan datang. Sesuai dengan fungsi dan tujuan sistem pendidikan nasional yang tercantum dalam UUD No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3 yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis 1

2 dan bertanggungjawab. Dalam mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Terkait dengan kegiatan pendidikan pada umumnya dilaksanakan melalui kegiatan belajar mengajar antara guru dengan peserta didik. Oleh karena itu, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) antara lain yaitu kurikulum, buku atau sumber pelajaran, guru, metode, sarana dan prasarana, yang mana semua komponen-komponen tersebut akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Kemampuan peserta didik dalam menyerap atau memahami suatu bahan yang telah diajarkan dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru. Salah satu upaya mengukur hasil belajar peserta didik dilihat dari hasil belajar peserta didik itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam proses belajar adalah hasil belajar yang diukur melalui tes. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ahmadi (1984, h. 35) bahwa Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar peserta didik yang dilihat pada setiap mengikuti tes. Keberhasilan suatu pembelajaran di kelas tidak lepas dari upaya

3 yang dilakukan guru, seperti yang dikemukakan Yasmi (2008, h. 72) dan Sanjaya (2008, h. 51) Keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat ditentukan oleh upaya guru dan peserta didik, apabila satu sama lain saling berupaya dengan baik niscaya akan mencapai suatu keberhasilan yang diinginkan. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam suatu lembaga pendidikan dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Hasil belajar tersebut merupakan prestasi belajar peserta didik yang dapat diukur dari nilai peserta didik setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada saat evaluasi dilaksanakan. Keberhasilan peserta didik dalam belajar dapat dipengaruhi oleh dari beberapa faktor. Mengingat bahwa peserta didik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pendidikan, perlu diupayakan adanya pembenahan terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan optimalisasi peserta didik. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1988, h. 62) berpendapat bahwa: Terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar peserta didik. Pertama faktor internal, merupakan faktor di dalam diri peserta didik yang meliputi faktor fisik misalnya kesehatan dan psikologis, misalnya motivasi, kemampuan awal, kesiapan, bakat, minat, dan lain-lain. Kedua, faktor eksternal, merupakan faktor yang ada di luar diri peserta didik, misalnya keluarga, masyarakat, sekolah dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut dapat memberikan dukungan yang positif dalam belajar, namun dapat juga menghambat proses belajar. Hambatan-hambatan yang terjadi berakibat pada hasil belajar individu yang mengalami proses belajar tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Keadaankeadaan tersebut berdampak pada timbulnya masalah proses belajar selanjutnya, yang akan mengakibatkan peserta didik sulit memahami suatu materi pelajaran

4 dan hasil belajar rendah. Selain itu, faktor yang sangat dominan dalam menghambat hasil belajar peserta didik adalah gaya belajar yang terkesan membosankan yang biasanya disebut dengan metode ceramah, yang kebanyakan dilakukan oleh guru. Selama ini sebagian besar guru masih melaksanakan pengajaran dengan menggunakan metode ceramah dengan pengertian bahwa guru lebih mengetahui daripada peserta didik. Padahal jika melihat pada era sekarang bukan tidak mungkin peserta didik lebih mengetahui apa yang belum diketahui oleh guru berkat kemajuan teknologi yang mudah diakses oleh siapa pun. Dibutuhkan guru kreatif yang mampu mengembangkan potensi hasil belajar peserta didik, karena pendidikan yang nanti akan berhadapan langsung dan menangani peserta didik itu sendiri. Guna meningkatkan hasil belajar peserta didik perlu dihadirkan metode atau model pembelajaran yang lebih bervariasi. Model mempunyai makna lebih luas daripada strategi, metode dan teknik. Model pembelajaran merupakan salah satu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan peserta didik berinteraksi sehingga terjadinya perubahan/perkembangan pada diri peserta didik. Proses kegiatan belajar mengajar haruslah menarik dan melibatkan peserta didik. Upaya guru untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar agar terwujudnya tujuan di dalam kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik yaitu dengan mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan, model pembelajaran tradisional kini mulai ditinggalkan dan berganti dengan model pembelajaran yang lebih modern. Salah

5 satu model pembelajaran yang modern dan kooperatif adalah dengan menggunakan model Group Investigation. Group Investigation adalah salah satu model pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol peserta didik daripada menerapkan teknikteknik pengajaran diruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar yang demokratis dimana peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran. Kelebihan model Group Investigation yaitu dapat digunakan dalam pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar peserta didik selain itu dalam proses belajarnya peserta didik dapat bekerja secara bebas, memberi semangat untuk berinisiatif, kreatif, dan aktif, peserta didik belajar untuk memecahkan menangani suatu masalah, meningkatkan belajar bekerjasama, belajar berkomunikasi baik dengan teman sendiri maupun dengan guru. Adapun kelebihan-kelebihan dilihat dari langkah-langkah dalam melakukan model pembelajaran Cooperative Learning Group Investigation menurut Robert E Slavin, (1995): Pertama, adanya tahap pengelompokan yang dimaksudkan untuk mengelompokan peserta didik berdasarkan keterampilan dan heterogen. Kedua, adanya tahap perencanaan, yaitu tahap dimana peserta didik merencanakan penyelidikan terhadap materi yang telah diberikan oleh guru. Ketiga, adanya tahap penyelidikan, yaitu tahap pelaksanaan proses investigasi peserta didik. Keempat, adanya tahap pengorganisasian, yaitu tahap persiapan laporan akhir. Kelima, adanya tahap presentasi, dimana tiap kelompok menyajikan laporan akhir mereka di depan kelas. Keenam, adanya tahap evaluasi, yaitu tahap penilaian proses kerja dan hasil proyek peserta didik.

6 Berdasarkan kelebihan model pembelajaran Group Investigation diatas, kiranya dapat memecahkan masalah-masalah yang di temukan oleh peneliti dalam penelitian ini, yang mana masalah yang ditemukan dalam penelitian ini berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 April 2016, dengan cara mengamati dan bertanya langsung/wawancara kepada wali kelas mengenai proses pembelajaran IPA pada materi sistem pernapasan manusia, mendapatkan hasil bahwa dalam proses pembelajaran guru lebih banyak menjelaskan, sedangkan peserta didik kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya dalam sebuah kelompok belajar, walaupun dalam prosesnya guru menggunakan alat peraga yang cocok dengan materi tersebut. Namun, dengan tidak dilibatkannya langsung peserta didik dalam menggunakan alat peraga, tingkat pemahaman peserta didik akan berbeda jika dibandingkan dengan pembelajaran yang menerapkan kegiatan diskusi antar peserta didik dalam sebuah kelompok. Perbedaaan tersebut akan terlihat pada proses pembelajaran sedang berlangsung ataupun ketika dilakukan evaluasi di akhir pembelajaran. Selain itu, anggapan tentang tidak menyenangkan belajar IPA masih mendominasi pemikiran sebagian besar peserta didik, sehingga banyak diantara mereka yang kurang berminat untuk mempelajari IPA. Masalah-masalah yang ditemukan diatas akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik yang rendah, hal ini terlihat pada hasil ulangan harian mata pelajaran IPA khususnya pada konsep sistem pernapasan manusia yang mencapai KKM hanya 8 orang peserta didik dari 26 peserta didik. Sesuai dengan kelebihan model Group Investigation, model ini sangat cocok diterapkan untuk

7 memecahkan permasalahan pembelajaran pada mata pelajaran IPA yang masih bersifat teacher centered, karena dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irna Tristianti mahasiswi Universitas Pasundan Bandung (2013) dalam skripsinya yang berjudul meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA tentang sistem pernapasan manusia melalui pendekatan Quantum Teaching di kelas V. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran pada sistem pernapasan manusia dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui pendekatan Quantum Teaching dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan kegiatan sebelumnya. Selaras dengan studi literatur terhadap jurnal penelitian yang dilakukan oleh Sukusna Dwi Anggraini (2014) yang berjudul penerapan model Quantum Teaching untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas v Sekolah Dasar. Hasil analisis data penelitian diperoleh kesimpulan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching hasil belajar peserta didik dapat tercapai sesuai KKM. Selain itu terdapat juga fakta dari jurnal penelitian yang dilakukan oleh Ferawati L (2012) yang berjudul penerapan pembelajaran kooperatif Group Investigation untuk meningkatkan hasil belajar ipa struktur bumi dan matahari pada siswa kelas V SDN 04 Ngringo Jaten Karanganyar. Penelitian ini membuktikan bahwa dengan menggunakan model Group Investigation dapat meningkatnya hasil belajar siswa aspek kognitif yang diiringi dengan aspek afektif dan aspek psikomotor.

8 Uraian dan hasil penelitian di atas menunjukan model sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Namun, di sekolah yang menjadi tempet penelitian peneliti belum pernah menggunakan model-model pembelajaran tersebut, maka dari itu peneliti tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik di SDN 4 Cikopo kelas V dengan penelitian berjudul Penerapan Model Cooperative Learning Type Group Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diutarakan di atas, maka permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Hasil belajar peserta didik SDN 4 Cikopo masih rendah. Hal tersebut dikarenakan peserta didik belum diberikan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengamatan secara langsung atas objek materi pembelajaran. 2. Peserta didik kurang terlibat aktif dalam pembelajaran meskipun guru sudah menggunakan alat dan media pembelajaran yang cocok berdasarkan materi sistem pernapasan pada manusia. Hal tersebut dikarenakan peserta didik SDN 4 Cikopo kurang dilibatkan dalam kegiatan diskusi, praktik, sehingga kurang memiliki sikap antusias, aktif, kreatif, terampil, kerja sama selama proses pembelajaran berlangsung.

9 3. Pembelajaran berpusat pada peserta didik tidak berlangsung sebagaimana seharusnya. Hal tersebut dikarenakan model, metode dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru lebih menekankan pada pembelajaran yang berpusat pada guru. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pengidentifikasian masalah awal yang telah dilakukan oleh peneliti sebagaimana telah dijabarkan di atas, maka peneliti akan menentukan rumusan masalahnya. 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah sebagaimana telah diutarakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan utama yang akan dikaji melalui penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: Apakah penggunaan model pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya pada materi sistem pernapasan manusia? 2. Pertanyaan Penelitian Mengingat rumusan masalah utama di atas masih terlalu luas sehingga belum secara spesifikasi menunjukan batas-batas mana yang harus diteliti, maka rumusan masalah utama tersebut akan dijabarkan dalam bentuk pertanyaanpertanyaan penelitian sebagai berikut: a. Bagaimana hasil belajar peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation?

10 b. Bagaimana respon peserta didik selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Group Investigation? c. Bagaimana aktivitas belajar peserta didik selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Group Investigation? d. Bagaimana dokumen pembelajaran yang disampaikan oleh guru, apakah sudah sesuai atau tidak dengan model pembelajaran Group Investigation? e. Bagaimana aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Group Investigation? f. Bagaimana hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Group Investigation? D. Batasan Masalah Masalah-masalah dalam penelitian ini yang dirasakan sangat luas, maka dari itu perlu adanya batasan masalah agar pembahasan dalam penelitian ini tidak melenceng dari materi yang diajarkan. Batasan pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation. 2. Subjek penelitian adalah peserta didik kelas V SDN 4 Cikopo Kabupaten Purwakarta tahun ajaran 2016-2017. 3. Materi pembelajaran yang dijadikan sebagai bahan penelitian yaitu tentang sistem pernapasan manusia.

11 4. Proses pembelajaran yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar secara kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik pada materi sistem pernapasan manusia. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu tujuan secara umum dan tujuan secara khusus, dimana keduanya merupakan garis besar hasil yang hendak dicapai. Tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini yaitu untuk mengetahui seberapa besar peranan model Cooperative Learning Type Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V SDN 4 Cikopo pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam mengenai sistem pernapasan pada manusia. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui permasalahan yang menjadi pertanyaan dalam penelitian. Tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut: a. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation. b. Untuk mengetahui respon peserta didik selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Group Investigation.

12 c. Untuk mengetahui aktivitas kegiatan belajar peserta didik selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation. d. Untuk mengetahui dokumen pembelajaran yang disampaikan oleh guru, apakah sudah sesuai atau tidak dengan model pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation. e. Untuk mengetahui aktivitas guru selama guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning Type Group Investigation. f. Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat praktis, yang mana kedua manfaat penelitian ini akan dijabarkan lebih jelas sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan peneliti lain dan pembaca tentang strategi dan model pembelajaran terutama dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik dengam menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik yang ada di sekolah dasar.

13 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dalam penelitian ini merupakan manfaat hasil penelitian bagi pengguna ilmu atau teori dalam suatu bidang ilmu, seperti peserta didik, guru, sekolah, peneliti, dan sebagainya. Manfaat praktis ini dijabarkan lebih jelas sebagai berikut: a. Bagi Peserta didik Penerapan model Cooperative Learning Type Group Investigation memberikan pengalaman belajar secara berkelompok dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik khususnya pada pembelajaran IPA tentang sistem pernapasan manusia. b. Bagi Guru Guru dapat mengetahui strategi serta metode atau model yang bervariasi untuk memperbaiki sistem pembelajaran di kelas sehingga permasalahanpermasalahan yang dihadapi guru dan peserta didik di kelas dapat segera diatasi. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan yang terbaik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran dan meningkatkan kualitas pendidikan untuk para peserta didiknya. d. Bagi Peneliti Mendapatkan pengalaman dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan dan mengetahui tingkat hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA mengenai materi sistem pernapasan pada manusia.

14 e. Bagi PGSD FKIP UNPAS Bandung Menambah kepercayaan dan kualitas kelembagaan apabila penelitian ini sukses dan dapat diterima oleh umum, dan dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa tingkat akhir selanjutnya yang akan menulis skripsi PTK. G. Kerangka Pemikiran Berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan di kelas V SDN 4 Cikopo dalam proses pembelajaran IPA, guru lebih banyak menjelaskan, sedangkan peserta didik kurang diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan temannya dalam sebuah kelompok belajar, walaupun dalam prosesnya guru menggunakan alat peraga yang cocok dengan materi tersebut. Seharusnya guru berupaya mengoptimalkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Maka dari itu, solusi terbaik untuk masalah ini yaitu dengan menggunakan model Group Investigation. Model pembelajaran Group Investigation adalah salah satu model pembelajaran yang lebih menekankan pada pilihan dan kontrol peserta didik daripada menerapkan teknik-teknik pengajaran diruang kelas. Selain itu juga memadukan prinsip belajar demokratis dimana peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, baik dari tahap awal sampai akhir pembelajaran. Hasil temuan yang relevan (Ahmad Subki Felayani, 2008). Peranan Model Pembelajaran Group Investigation dalam upaya meningkatkan pemahaman peserta didik dalam materi perubahan wujud zat di kelas IV SDN Sejahtera IV Bandung. Masalah yang ada di SD Sejahtera ini adalah kurangnya motivasi belajar peserta didik yang rendah dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang

15 menimbulkan kurangnya hasil belajar peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran sehingga perlu ditingkatkan dan salah satunya melalui Penelitiian Tindakan Kelas. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pemahaman dan hasil belajar peserta didik dalam perubahan wujud zat sehingga hasil pembelajarannya sangat memuaskan. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK dengan menggunakan model Hopkins. Model ini terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi dengan menggunakan tiga siklus. Instrumen penelitian berupa tes, observasi, dan kamera. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran pembelajaran perubahan wujud zat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam melalui model Group Investigation dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik dibandingkan dengan kegiatan sebelumnya. Setelah menggunakan model pembelajaran Group Investigation rata-rata pencapaian nilai peserta didik menjadi meningkat disetiap siklusnya. Nilai rata-rata peserta didik kelas IV sebesar 61,47% pada siklus I, dan pada siklus II sebesar 79,85% dan tuntas KKM pada siklus II hal ini menunjukan bahwa pembelajaran perubahan zat dengan menggunakan model Group Investigation dapat tercapai dengan baik dan mampu meningkat-kan pemahaman peserta didik. Berdasarkan uraian di atas, bahwa dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation diperkirakan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V SDN 4 Cikopo pada pelajaran IPA materi sistem pernapasan manusia.

16 Kerangka pemikiran atau paradigma penelitian untuk penelitian ini digambarkan pada bagan yang diadaptasi dari Indri Fauzi Gumilar (2015) yaitu sebagai berikkut: Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan pembelajaran Aktifitas siswa pasif dalam pembelajaran berlangsung; Sebagian peserta didik me-nganggap bahwa pelajaran IPA tidak menyenangkan. Guru tidak melibatkan peserta didik secara langsung dalam menggunakan alat peraga; Guru lebih sering menjelaskan Faktor penyebab: Keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran masih kurang, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar dan kurang aktifnya peserta didik dalam belajar. Solusi: Penggunaan model Cooperative Learning Type Group Investigation Nurdin (2009), bahwa Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasidan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau internet. Diantara model-model pembelajaran yang tercipta, Group Investigation merupakan salah satu model pembelajaran yang bersifat demokratif karena siswa menjadi aktif belajar dan melatih kemandirian dalam belajar. Instrumen Wawancara Angket Lembar Tes Lembar Observasi Pengumpulan Data Penentuan kunci jawaban tes untuk free test dan post test, menganalisis angket dan menganalisis lembar observasi. Kondisi Akhir Diperkirakan melalui model pembelajaran Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas V SDN 4 Cikopo pada pelajaran IPA tentang sistem pernapasan manusia. Sumber: Diadaptasi dari Indri Fauzi Gumilar (2015)

17 H. Asumsi Berdasarkan kerangka pemikiran atau paradigma penelitian sebagaimana yang telah diutarakan atau dijelaskan di atas, maka asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Menurut Suprijono (2011) mengemukakan bahwa dalam penggunaan model Group Investigation, setiap kelompok akan bekerja melakukan investigasi sesuai dengan masalah yang mereka pilih. Dalam pembelajaran menggunakan model ini melibatkan aktivitas peserta didik sehingga tentu akan membangkitkan motivasi serta meningkatkan hasil belajar. I. Hipotesis Tindakan Berdasarkan asumsi dan kerangka pemikiran atau paradigma penelitian sebagaimana telah diuraikan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning Type Group Investigation dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada konsep sistem pernapasan pada manusia. J. Definisi Operasional Definisi operasional ini mengemukakan hal-hal yang terdapat dalam variabel penelitian, untuk menghindari terjadinya salah pengertian terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam variabel penelitian ini, maka istilah-istilah tersebut didefinisikan sebagai berikut:

18 1. Standar kompetensi mata pelajaran di Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah (Depdiknas, 2003, h. 2) dinyatakan bahwa IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengamatan langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. didalam pelajaran IPA diarahkan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. 2. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para peserta didik diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan saling berargumentasi, untuk meng-asah kemampuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing (Robert E Slavin, 2010, h. 4). 3. Penerapan model Type Group Investigatian dalam pembelajaran, yaitu: 1) mengidentifikasi topik dan mengorganisasi-kan ke dalam masing-masing kelompok kerja, 2) merencanakan investigasi dalam kelompok, 3) melaksanakan investigasi, 4) mempersiapkan laporan akhir, 5) menyajikan laporan akhir, dan 6) evaluasi (Nur, 2006, h. 63). 4. Engkos Koswara dalam bukunya Belajar dan Pembelajaran (1981, h. 2) mengatakan Hasil belajar itu dapat berupa penugasan, penggunaan, dan

19 penilaian tentang sikap, pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan dasar dalam berbagai pembelajaran. K. Struktur Organisasi Skripsi Gambaran mengenai keseluruhan isi skripsi dan pembahasannya atau struktur organisasi skripsi dapat dijabarkan dalam sistematika penulisan yaitu sebagai berikut: 1. Bagian Awal 2. Bagian Isi a. BAB I Pendahuluan b. BAB II Kajian Teoretis c. BAB III Metode Penelitian d. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan e. BAB V Simpulan, Saran dan Rekomendasi 3. Bagian Akhir a. Daftar Pustaka b. Lampiran-lampiran