BAB 1 PENDAHULUAN. kronis sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat, Stres kerja dijuluki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat. keperawatan sebagai tuntunan utama. Peran perawat professional dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yaitu perawat. Perencanaan tenaga keperawatan merupakan fungsi organik

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. satu yang harus diperhatikan oleh pihak rumah sakit yaitu sistem keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang memilki peran dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Rumah sakit di

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan program pembangunan. Salah satu program pemerintah dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengurus anak, dan kerap kali harus berhubungan dan bergaul dengan anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit lainnya. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup. Di Indonesia jumlah penduduk lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. B yang berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut permenkes no. 147 (2010), Rumah Sakit adalah institusi

BAB 1 PENDAHULUAN. karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. advokat klien, edukator, koordinator, kolaborator, peneliti/pembaharu

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. bangsal rawat inap. Pekerjaan seorang perawat tidak terlepas dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

BAB I PENDAHULUAN. keperwatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-pisiko-sosio-spritual komprehensif

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus. diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berkemih adalah pengeluaran urin dari tubuh, berkemih terjadi

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia melakukan aktivitas terutama pada siang hari dan. beristirahat tidur di malam hari. Kehidupan seperti ini mengikuti pola

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman globalisasi dan pasar bebas WTO (World Trade Organization)

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

A. Latar Belakang Masalah

keluarga. Disamping itu perawat juga dituntut untuk mencurahkan segala pengetahuan, pikiran dan perasaannya kepada pasien selama 24 jam serta

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN GANGGUAN KESEHATAN PERAWAT DI IRD RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan dan kekuatan tubuh yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh

BAB I PENDAHULUAN. stress yang mungkin ia sudah tidak mampu mengatasinya (Keliat, 1998). Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja (Muttaqin, 2008). Corwin (2009) menyatakan dalam Buku Saku

BAB I PENDAHULUAN. mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara akan menjadi kawasan perdagangan bebas dan tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar penyakit yang menyebabkan penderita mencari pertolongan

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber: diakses pada 25/04/2014 pukul WIB)

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN (1, 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan rawat inap merupakan kegiatan yang dilakukan di ruang rawat inap

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. gagal bisa juga berakibat buruk. Hal ini sangat tergantung kapan, bagaimana,

BAB I PENDAHULUAN. menambah tingginya biaya perawatan dan angka kesakitan pasien (Anonim, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya mutu pelayanan dengan berbagai kosekuensinya. Hal ini juga yang harus dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. pada fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. jam kerja secara bergilir biasa disebut dengan kerja shift.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar spesialistik dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, padat profesi dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat. Salah satu fasilitas

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

dilihat dari beberapa penelitian. Berdasarkan penelitian, (Anik, 2013), keinginan keluar perawat di Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI pada tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup tinggi diantara rumah sakit baik rumah sakit swasta maupun pemerintah.

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Stres kerja berhubungan langsung dengan masalah kesehatan akut dan kronis sehingga dalam laporan pemerintah Amerika Serikat, Stres kerja dijuluki sebagai Penyakit abad ke-20.selain itu, jumlah klaim untuk kompensasi pekerja yang berkaitan dengan stres menjolak tajam dari angka yang dilaporkan satu dekade lalu (National Safety Council, 2004:6). Menurut WHO (2011:42), beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia, ditemukan fakta perawat yang bekerja di rumah sakit menjalani peningkatan beban kerja dan masih mengalami kekurangan jumlah perawat. Perawat Indonesia yang bekerja diempat provinsi sebanyak 50,9 % mengalami streskerja, sering merasa pusing, lelah tidak ada istirahat karena beban terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji rendah tanpa insentif yang memadai. Perawat yang bekerja di rumah sakit swasta dengan gaji yang lebih baik mengalami streskerja yang lebih besar dibandingkan perawat yang bekerja di rumah sakit pemerintah dengan penghasilan yang lebih rendah (PPNIdalam Prismayanti, 2012:2). Menurut Cooper (dalam Saam, 2012:134), sumber stres kerja adalah kondisi pekerjaan, masalah peran, hubungan interpersonal kesempatan pengembangan karir, dan struktur organisasi.kondisi pekerjaan yang berpotensi sebagai sumber stresadalah: (1) Kondisi kerja yang buruk seperti ruang kerja yang sempit, tidak nyaman, panas, gelap, kotor, pengap, berisik, dan padat; (2) Kelebihan beban (Over load).kelebihan beban dikategorikan secara kuantitatif dan kualitatif. 1

Kelebihan beban secara kuantitatif artinya beban atau volume pekerjaan melebihi kapasitas kemampuan perawat, sehingga perawat mudah lelah dan tegang. Kelebihan beban secara kualitatif artinya pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan kemampuan perawat sehingga ia merasa kesulitan menyelesaikannya yang menyita kemampuan kognitif dan teknis; (3) Pekerjaan yang tidak lagi menantang, tidak lagi menarik bagi yang bersangkutan sehingga timbul kebosanan, ketidakpuasaan dan ketidaksenangan; (4) Pekerjaan beresiko tinggi, artinya berbahaya bagi keselamatan. Ketenagaan keperawatan merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Selama dua puluh empat jam perawat menjadi tuan rumah yang harus siap melayani kebutuhan pasien. Implikasi 24 jam ini mengharuskan perawat disuatu ruang rawat bekerja dalam shift. Dengan demikian, harus ada pengelolaan yang baik dalam ketenagaan keperawatan.standar tenaga keperawatan adalah penetapan kebutuhan tenaga keperawatan baik jumlah, kualifikasi maupun kualitas untuk melaksanakan pelayanan keperawatan yang telah ditetapkan (Depkes RI dalam Hariyati, 2014:5). Perawat merupakan petugas pelayanan kesehatan di rumah sakit yang bekerja secara shift. Shift kerja di rumah sakit yang ada di Indonesia secara umum terdiri dari tiga shift yaitu: shift pagi bekerja selama 7 jam mulai dari jam 07.00-14.00, shift sore bekerja 7 jam mulai jam 14.00-21.00, dan shift malam bekerja 10 jam mulai jam 21.00-7.00 (Wijaya dalam Saftarina, 2014:30). Faktor jumlah pasien dan kategori pasien menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah tenaga perawat.untuk itu, setiap 2

shift perawat harus mengidentifikasi dan mencatat jumlah pasien yang dikelola oleh ruangan. Disamping mencatat jumlah pasien, perawat juga harus mampu mengidentifikasi jenis kebutuhan apa yang dibutuhkan oleh pasien dan berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien (Hestya, 2012:2). Hal ini diperkuat oleh Prismayanti (2010:1), yang meneliti tentang Hubungan Shift Kerja pada Perawat,hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara shift kerja dengan streskerja pada perawat rawat inap dengan p= 0,05. Dari seluruh jumlah tenaga kesehatan di Indonesia pada tahun 2013, perawat yang bertugas di rumah sakit sebanyak 163.309 orang, dengan rata-rata 74 perawat per rumah sakit (Profil Kesehatan Indonesia, 2013:12). Pada tahun 2012, jumlah perawat di Provinsi Gorontalo yaitu berjumlah 1.160 orang yang tersebar di delapan rumah sakit (Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2012: 6). RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo merupakan salah satu rumah sakit tertua dan terbaik serta menjadi rumah sakit pusat rujukan. Jumlah perawat di Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo tahun 2015, Interna bawah berjumlah 28 orang perawat dan interna atas 24 orang perawat. Sedangkan, jumlah pasien 278 orang pada bulan Februari sampai dengan Maret 2015. Hasil observasi yang didapatkan di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo pada bulan Februati 2015, diperoleh dari 14 responden terdapat 11 responden mengatakan mengalami stres akibat pembagian shift kerja perawat 3

yang tidak teratur, dan beberapa responden sering mengatakan pembagian shift kerja tidak sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, penulistertarik melakukan penelitiandengan judul Hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja pada Perawat di Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Berdasarkan data dari ruang Interna RSUD. Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo didapatkan lebih banyak perawat yang shift kerja tidak tetap dibandingkan dengan shift tetap. 2. Berdasarkan hasil wawancara terdapat 11 responden yang mengatakan mengalami stres akibat shift kerja. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada hubungan Shift Kerja dengan Stres Kerja pada Perawat di Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui Hubungan ShiftKerja dengan Stres Kerja pada Perawat di Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk Mengidentifikasi gambaranshiftkerja di Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 4

2. Untuk mengidentifikasi tingkat stres yang dialami perawat di Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 3. Untuk menganalisis hubungan antara shiftkerja dengan stres kerja pada perawat di Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama manajemen kesehatan khususnya yang berkaitan tentang hubungan shift kerja terhadap stres kerja pada perawat pada penelitian selanjutnya. 1.5.2 Manfaat praktis 1. Bagi Rumah Sakit Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan serta wawasan baru bagi tenaga keperawatan dalam mengatur pola shift kerja dengan baik sehingga stres kerja yang timbul akibat pelaksanaan shift kerja yang buruk pada perawat dapat teratasi dengan baik. 2. Bagi Institusi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai hubungan shift kerja dengan stres kerja pada perawat. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini memberikan wawasan dan pengalaman yang baru bagi peneliti dalam menyusun laporan penelitian mengenai hubungan shift kerja dengan streskerja pada perawat. 5