BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas. harus hati-hati dalam mengelola kegiatan operasionalnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pertama kali yang berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat dapat membuktikan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain untuk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah:

II. TINJAUAN PUSTAKA Bentuk Hukum, Permodalan dan Kepemilikan Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata syariah berasal dari bahasa Arab, dari kata syara a, yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum dalam teori stakeholders menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Aktiva bank terdiri dari aktiva produktif (earning assets) dan aktiva

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Terbukti dengan bermunculannya bank umum syariah lainnya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB II. pendapatan total perusahaan dengan biaya totalnya. Menurut Kusnadi dkk (2004),

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Kebijakan perbankan di Indonesia sejak tahun 1992 berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB II LANDASAN TEORI. meminimalkan risiko dan menjamin tersedianya likuiditas yang cukup.

Prinsip prinsip Islam

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TUJUAN PUSTAKA. dikembangkan berlandaskan pada Al Qur an dan Al-Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat dan stabil. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri dari tiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Pengertian Bank Syariah Berdasarkan Undang Undang No 21 Tahun 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki peran sebagai lembaga perantara antara unit-unit yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

PENDAHULUAN. usaha yang dibiayainya. Risiko ini dapat diatasi dengan cara memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Walaupun kerjasama ini dapat menjadi peluang untuk menyetarakan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembiayaan dalam perbankan syariah menurul Al-Harran (dalam Ascarya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari sistem perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga umum.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terlihat dari tindakan bank bank konvensional untuk membuka

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Banking atau disebut juga Interest Free Banking. Menurut Muhammad. produknya dikembangkan berdasarkan Al-Qur an dan Hadist.

BAB I PENDAHULUAN. perbankan nasional. Bank Islam telah berkembang pesat pada dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank syariah sesuai dengan prinsip syariah mengedepankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman pada dunia perbankan dan inilah yang terjadi pada perekonomian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perbankan secara umum menurut Undang-Undang No.10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa peran perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. pelayanan jasa yang ditawarkan oleh bank.

II. LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 10

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. (riba), serta larangan untuk berinvestasi pada usaha usaha berkategori terlarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP. independen yang berupa Return On Asset (ROA), BOPO, Financing to Deposit Ratio

BAB II DASAR TEORI. Fungsi utama bank yakni sebagai financial intermediary atau

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (Financial intermediary institution),yakni. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB VI PENUTUP. Bab sebelumnya, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama (H 1 ) diketahui bahwa

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai prinsip-prinsip syariah dengan berpedoman pada Al Quran

BAB I PENDAHULUAN. Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu instrumen penilaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bank Syariah Pada dasarnya fungsi utama Bank Syariah tidak jauh beda dengan bank konvensional yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat. Dalam prakteknya bank syariah menyalurkan dana yang diperolehnya dalam bentuk pemberian pembiayaan, baik itu pembiayaan modal usaha maupun untuk komsumsi. Pada dasarnya, pendirian Bank Syariah mempunyai tujuan yang utama. Yang pertama yaitu menghindari riba dan yang kedua yaitu mengamalkan prinsip-prinsip syariah dalam perbankan. Di dalam Al-Qur an, beberapa ayat yang menyinggung tentang pelarangan riba, di antaranya QS. Ar-Rum 39 yang artinya : Dan sesuatu Riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka Riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). 2.2 Fungsi dan Peranan bank syariah Fungsi dan peranan Bank Syari ah Bank syari ah mempunyai fungsi secara umum meliputi: 1. Bertanggung jawab terhadap penyimpanan dana nasabah 2. Mengelola investasi dari dana yang diperoleh 3. Penyedia transaksi keuangan 4. Pengelola zakat, infaq dan shadaqoh. Agar berhasil menjadi pendorong terwujudnya pembangunan ekonomi nasional maka bank Syari ah memiliki peranan sebagai perekat nasionalisme yang berpihak pada

ekonomi kerakyatan, beroperasi secara transparan, berfungsi sebagai pendorong penurunan investasi spekulatif, pendorong peningkatan efisiensi, mobilisasi dana masyarakat serta menjadi uswatun hasanah bagi praktek usaha berlandaskan moral dan etika Islam. 2.2.1 Karakteristik Bank Syariah Karakteristik bank Syariah dapat bersifat fleksibel, yang meliputi: 1. Keadilan, melarang riba tetapi menggunakan bagi hasil. Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam, dan merupakan perbuatan yang diharamkan dalam agama islam. 2. Kemitraan, yaitu saling memberi manfaat. Posisi nasabah, investor, pengguna dana dan bank berada dalam hubungan yang sejajar sebagai mitra usaha yang saling menguntungkandan bertanggung jawab di mana tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan. 3. Universal, melarang transaksi yang bersifat tidak transparan (gharar). Menghindari penggunaan sumber daya yang tidak efisien, dan terbuka seluas-luasnya bagi masyarakat tanpa membeda-bedakan agama, suku, dan ras. 2.2.2 Prinsip Operasional Bank Syariah Berdasarkan surat keputusan direksi Bank Indonesia No.32/34/KEP/DIR tanggal 19 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip Syariah. Dan prinsip-prinsip tersebut ialah: 1. Pembiayaan dengan prinsip Jual Beli ( Ba i )

Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (Transfer Of Property). Tingkat keuntungan ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.transaksi jual beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan yakni sebagai berikut: a. Pembiayaan Murabahah b. Pembiayaan Salam c. Pembiayaan Istisnah 2. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Ijarah) Transaksi Ijarah dilandasi oleh adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip Ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksi adalah jasa.pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakan kepada nasabah. 3. Prinsip Bagi Hasil Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai berikut : a. Pembiayaan Musyarakah b. Pembiayaan Mudharabah 4. Pembiayaan Dengan Akad Pelengkap Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tetapi di tujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, meskipun tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta

pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Adapun jenis-jenis akad pelengkap ini adalah sebagai berikut: a. Hiwalah (Alih Hutang-Piutang) b. Rahn (Gadai) c. Qardh d. Wakalah (Perwakilan) e. Kafalah (Garansi Bank) 2.3 Resiko Pembiayaan 2.3.1 Pengertian Risiko Pembiayaan Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari, yang umumnya sudah dipahami secara intuitif. Tetapi pengertian secara ilmiah dari risiko sampai saat ini masih tetap beragam, yaitu antara lain: 1. Menurut A. Abas Salim, Risiko adalah ketidakpastian (uncertainty) yang mungkin melahirkan peristiwa kerugian (loss). 2. Menurut Herman Darmawi, Risiko merupakan penyebaran atau penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Sedangkan pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Definisi tersebut dapat diperluas bahwa risiko pembiayaan adalah risiko yang timbul dikarenakan kualitas pembiayaan semakin menurun. Pembiayaan sering digunakan untuk aktivitas utama Lembaga Keuangan Syariah. Pada dasarnya istilah pembiayaan memiliki pengertian yang sama dengan istilah kredit. Dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah (282) dijelaskan tentang utang piutang yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah (seperti jual beli,

utang piutang dan sewa menyewa) tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Menurut UU No 21 tahun 2008, Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah. b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah. c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan istishna. d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh. e. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. 2.3.2 Tujuan Pembiayaan Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan yaitu: 1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. 2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan. 2.3.4 Kualitas Pembiayaan

Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta melunasi pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas tersebut yang paling utama adalah waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok pembiayaan dan diperinci atas. Tabel 2.1 Kualitas Pembiayaan No Kualitas Pembiayaan Kriteria 1. Pembiayaan lancar a. Pembayaran angsuran pokok/bagi hasil tepat waktu b. Memili rekening yang aktif c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan anggunan tunai 2. Perhatian khusus a. Kadang-kadang terjadi cerukan b. Mutasi rekening relatif aktif c. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang dijanjikan d. Didukung oleh pinjaman baru 3. Kurang lancar a. Terdapat tunggakan pokok dan angsuran pokok/bagi hasil b. Sering terjadi cerukan c. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur d. Dokumentasi pinjaman yang lemah 4. Diragukan a. Terdapat tunggakan dan angsuran pokok/bagi hasil b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen c. Terdapat kapitalasi bunga 5. Macet a. Terdapat tunggakan pokok/bagi hasil b. Kerugian operasional tertutupi dengan pinjaman baru c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar jaminan tidak dapat dicairkan

pada nilai wajar Sumber: Penelitian Siti Nila Rokhmana (2008) Pembiayaan yang merupakan salah satu bentuk aktiva yang produktif bank syariah yang memiliki kegagalan tidak tertagihnyakembali pembiayaan yang telah disalurkan. Risiko pembiayaan muncul jika bank tidak bisa memperoleh kembali cicilan pokok dan atau bunga dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukannya. Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah terlalu mudahnya bank memberikan pinjaman atau melakukan investasi karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas.akibatnya penilaian pembiayaan kurang cermat mengantisipasi berbagai kemungkinan risiko usaha yang dibiayainya Aktiva produktif dalam hal ini pembiayaan merupakan salah satu indikator penilaian kinerja dan kesehatan bank syariah. Komponen penilaian aktiva produktif sebagai indikator penilaian kinerja dan kesehatan bank syari ah terdiri dari total pembiayaan bermasalah dan total pembiayaan yang diberikan. 2.4 Rasio Keuangan Bank Informasi akuntansi dalam bentuk laporan keuangan memberikan manfaat kepada pengguna apabila laporan keuangan tersebut dianalisa lebih lanjut sebelum dimanfaatkan sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan. Analisa laporan keuangan meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan. Analisa rasio keuangan dapat membantu para pemakai laporan keuangan dalam menilai kinerja keuangan suatu perusahaan atas kegiatan operasional yang dilakukan. Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank. Seluruh manajemen bank, baik yang mencakup manajemen permodalan, manajemen kualitas

aktiva, manajemen umum, manajemen likuiditas dan rentabilitas pada akhirnya akan mempengaruhi dan bermuara pada perolehan laba (profitabilitas) pada perusahaan perbankan (Payamta, Machfoedz, 1999). Demikian juga kinerja manajeman suatu bank syariah yang mencakup manajeman permodalan, likuiditas, efisiensi, aktiva produktif dan rentabilitas merupakan hal yang sangat penting. Analisa Rasio rentabilitas merupakan alat ukur untuk menganalisis atau mengukur tingkat profitabilitas yang dicapai oleh bank. 2.4.1 Non Performing Financing (NPF) Dalam penelitian ini resiko pembiayaan dapat diukur dengan Non Performing Financing (NPF). NPF merupakan Perbandingan antara pembiayaan bermasalah dengantotalpembiayaan.demikian juga Bank Indonesia menginstruksi Non Performing Financing dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai SE BI No. 9/24/Dpbs tentang sistem penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip syariah yang dirumuskan sebagai berikut : NPF = Pembiayaan bermasalah Total pembiayaan 100% Rasio tersebut ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Nilai rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF bank syariah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti yang tertera dalam tabel 2.2 Tabel 2.2 Kriteria Kesehatan Non Performing Financing (NPF) NO Nilai NPF Predikat 1. NPF > 2% Sehat 2. 2% NPF < 5% Sehat 3. 5% NPF <8% Cukup sehat 4. 8% NPF < 12% Kurang sehat

5. NPF 12% Tidak sehat Sumber: SE BI No 9/24/Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007 2.5 Profitabilitas 2.5.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas (keuntungan) merupakan hasil darikebijaksanaan yang diambil oleh manajemen.rasio keuntunganuntuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapatdiperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntunganmenunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan (Musselman dan John,1992). Profitabilitas adalah kemampuan manajemen untukmemperoleh laba.laba terdiri dari laba kotor, laba operasi dan laba bersih. Untuk memperoleh laba di atas rata-rata, manajemen harus mampu meningkatkan pendapatan dan mampu mengurangi semua beban atas pendapatan (Darsono,2006). Itu berarti manajemen harus memperluaspangsa pasar dengan tingkat harga yang menguntungkan dan menghapuskan aktivitas yang tidak bernilai tambah. Rasio Profitabilitas dapat diukur dengan Return On Asset. 2.5.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Profitabilitas Manajemen adalah faktor utama yang mempengaruhi profitabilitas bank, besar kecilnya bank dan lokasi bank bukan merupakan faktor yang paling menentukan. Manajemen yang baik yang ditunjang oleh faktor modal dan kombinasi ideal untuk keberhasilan bank. Dari segi manajemen paling sedikit ada tiga aspek yang penting

diperhatikan, yaitu balance sheet management, operating management, dan financial management Balance sheet management meliputi asset dan liability management, artinya pengaturan harta dan utang secara bersama. Inti assets management adalah mengalokasikan dana kepada berbagai jenis atau golongan earning assets yang berpedoman kepada ketentuan berikut: 1. Assets itu harus cukup likuid sehingga tidak akan merugikan bila sewaktu-waktu diperlukan untuk dicairkan. 2. Assets tersebut dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan atau permintaan pinjaman, tetapi juga masih memberikan earnings. 3. Usaha me-maximize income dari investasi. Dengan berpedoman kepada tiga hal tersebut diatas, maka hendaknya dana itu dialokasikan ke dalam assets. Liability management berhubungan dengan pengaturan dan pengurusan sumber-sumber dana yang pada dasarnya mengusahakan tiga hal, yaitu sebagai berikut: a. Kecukupan dana yang masuk, tidak mengalami kekurangan yang dapat menghilangkan kesempatan (opportunity cost), tetapi juga tidak terlalu besar (melebihi kemampuan untuk menginvestasikannya). Jika sampai kelebihan tentu akan menyebabkan pembayaran bunga lebih besar daripada yang seharusnya dan tentu akan menurunkan tingkat profitabilitasnya, kecuali dana itu dari giro tanpa bunga. b. Bunga yang dibayarkan hendaknya masih pada tingkat yang memberikan keuntungan bagi bank. c. Diusahakan agar ada atau terdapat keseimbangan antara giro dan deposito, antara demand deposit dan time deposit. Keseimbangan semacam ini perlu untuk menjaga

likuiditas karena dengan time deposit ada waktu yang dipastikan berapa lama dapat diinvestasikan dan kapan harus disediakan alat-alat likuid. keuntungan bagi bank dalam liability management mungkin banyak faktor yang berada diluar kompetensi manajemen, misalnya keinginan menitipkan uang dengan time maupun demand deposit adalah terletak pada deposan atau si peminjam. Banyak sedikitnya deposan yang menitipkan uangnya tidak 100% dapat diawasi atau dikuasai oleh bank, tetapi tergantung pada perilaku masyarakat. Bank dengan berbagai kebijakannya hanya bisa mempengaruhi. Operating management sebagai aspek kedua merupakan manajemen bank yang berperan dalam menaikkan profitabilitas dengan cara menekan biaya. Sebagaimana disebutkan di atas, biaya adalah salah satu faktor yang ikut menentukan tinggi rendahnya profitabilitas. Jadi, tidak cukup hanya menaikkan pendapatan bruto saja, akan tetapi juga harus berusaha menaikkan efisiensi penggunaan biaya dan menaikkan produktivitas kerja. Yang juga termasuk dalam operating management adalah usaha untuk menekan cost of money. Menekan tingkat biaya sampai pada suatu titik yang paling efisien bagi bank adalah suatu proses yang terus-menerus, tidak bisa sekali jadi melalui rumus-rumus. 2.5.3 Return On Asset (ROA) Dalam penelitian ini, penulis hanya menguji tentang ROA perusahaan. Analisis Return On Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa yang akan datang. Di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan dapat diukur dengan menggunakan ROA. ROA juga dapat digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan

memanfaatkan perusahaan. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa Return On Asset (ROA) adalah rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang dimiliki perusahaan. Return On Asset = Laba bersih Total aktiva 100% Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan memperoleh laba. Adapun standar ROA untuk perbankan menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank diklasifikasikan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank PERINGKAT STANDAR 1 > 1,5% Kriteria Perolehan laba sangat tinggi. 2 1,25 1,5% Perolehan laba tinggi. 3 0,5 1,25% Perolehan laba cukup tinggi. 4 0 0,5% Perolehan laba sangat rendah atau cenderung mengalami kerugian. Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/10/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Alasan menggunakan pendekatan Return On Asset (ROA) dalam penelitian ini adalah: 1. Penilaian kesehatan bank dilakukan oleh Bank Indonesia dilihat dari aspek profitabilitas dilakukan dengan menggunakan indikator Return On Asset (ROA).

2. Rasio Return On Asset (ROA) mengukur bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat profitabilitas yang diukur oleh ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba. 3. Banyak perusahaan yang menggunakan ROA untuk mengukur kemampuan perusahaan. 2.5.4 Hubungan Non Performing Financing (NPF) Dengan Return On Asset (ROA) NPF mencerminkan risiko pembiayaan. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk Risiko pembiayaan yang diterima bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali cicilan pokok dan bagi hasil dari pinjaman yang diberikan atau investasi yang sedang dilakukan oleh pihak bank (Muhammad,2005). Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi bank syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut mempengaruhi pencapaian laba bank (Suhada,2009). Adanya pembiayaan bermasalah yang besar dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA. Dengan demikian semakin besar NPF Akan mengakibatkan menurunnya ROA. Begitu pula sebaliknya, jika NPF turun, maka ROA akan meningkat dan menunjukkan hasil bahwa NPF berpengaruh negatif terhadap ROA. 2.6 Penelitian terdahulu Siti Nila Rokhmana (2008) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh resiko Pembiayaan terhadap profitabilitas (Studi kasus pada PT. Bank Muamalat cabang semarang, Tbk). Dengan hasil penelitian Data Non Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah diketahui berfluktuatif. Pada bulan Oktober 2009 rasio NPF sebesar 9.60% naik pada bulan November 2009 menjadi 10.98% dan seterusnya

berfluktuasi. Kecenderungan perubahan tingkat rasio NPF yaitu mengalami kenaikan, setelah dihitung rata-rata keseluruhan kenaikan atau penurunan rasio NPF 30 bulan terakhir, Bank Muamalat mengalami kenaikan sebesar 5.99% setiap bulannya. Rasio NPF pada Bank Muamalat Semarang dari rata-rata NPF sebesar 5.99% maka termasuk dalam pembiayaan kategori cukup sehat pada tiap bulannya. Siti Nurkhosidah (2010) dengan judul penelitian Analisis pengaruh variabel non performing financing, penyisihan penghapusan aktiva produktif financing to deposit ratio, biaya operasional PER pendapatan operasional terhadap profitabilitas bank syariah mandiri. Dengan hasil penelitian NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap Profitabilitas (ROA) BSM, sehingga penurunan NPF akan diikuti dengan peningkatan profitabilitas selama periode pengamatan begitu juga sebaliknya. Laporan keuangan BSM menunjukkan bahwa rasio NPF tinggi artinya tingginya NPF akan diikuti dengan rendahnya profitabilitas BSM. Hal ini disebabkan karena tingginya pembiayaan yang dilakukan tidak produktif dan kondisi sektorriil yang masih memburuk. Dhika Rahma Dewi (2010), Dengan judul penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas bank syariah di indonesia. Dengan hasil penelitian Dari hasil uji hipotesis Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh Signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Financing to Deposit Ratio (FDR) Tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia, Rasio Efisiensi Operasional (REO) Berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Syariah di Indonesia. 2.7 Kerangka Konseptual Konsep kerangka berfikir dapat dilihat pada gambar berikut :

Resiko Pembiayaan (NPF) Profitabilitas (ROA) Gambar 1.1 Kerangka Konseptual 2.8 Hipotesis Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana kebenarannya masih perlu untuk di uji. Penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut : - Bahwa Resiko Pembiayaan (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat profitabilitas pada bank syariah di Indonesia