KAJIAN EKONOMIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PANGAN DENGAN TERNAK KAMBING PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN SUMBAWA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

BESARNYA KONTRIBUSI CABE BESAR (Capsicum annum L) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI (Oryza sativa L) DI KELURAHAN BINUANG

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN PADI DI KECAMATAN SEBANGKI KABUPATEN LANDAK JURNAL PENELITIAN

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

291 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN Elektronik

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Intisari. Kajian Analisis Usaha Ternak Kambing di Desa Lubangsampang Kec. Butuh Kabupaten Purworejo. Zulfanita

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

IV. METODE PENELITIAN

KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

ANALISIS BREAK EVENT POINT USAHA TANI JAGUNG

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI LADA MELALUI PERBAIKAN SISTEM USAHATANI

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

Analisis Pendapatan Peternak Kambing di Kota Malang. (Income Analyzing Of Goat Farmer at Malang)

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT EFISIENSI USAHATANI JAGUNG ANTARA VARIETAS P-21 DAN NK-33

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

IV. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

III. METODE PENELITIAN. metode survey. Metode survey digunakan untuk memperoleh fakta-fakta dari

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Mula-mula

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

KAJIAN ANALISIS USAHA TERNAK KAMBING DI DESA LUBANGSAMPANG KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO. Zulfanita

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

22 ZIRAA AH, Volume 33 Nomor 1, Februari 2012 Halaman ISSN

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan

SOCIETA IV - 1 : 48 53, Juni 2015 ISSN

ANALISIS KOMPARATIF MONOKULTUR UBIKAYU DENGAN TUMPANGSARI UBIKAYU-KACANG TANAH DI BANYUMAS

Kontribusi Usahatani Padi dan Usaha Sapi Potong Terhadap Pendapatan Keluarga Petani di Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Provinsi Jawa Tengah

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN TUNGKAL ILIR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL FEBRIANTIKA FITRI

BAB III METODE PENELITIAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. usaha pembibitan sapi potong di Desa Sindanglaya, Kecamatan Tanjungsiang,

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

KELAYAKAN USAHATANI BAWANG DAUN (Allium fistulosum) DI DESA PINANG HABANG KECAMATAN WANARAYA KABUPATEN BARITO KUALA KALIMANTAN SELATAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDONDO 1 KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

ANALISIS BREAK EVEN POINT USAHA TANI TERUNG DI DESA TULUNGSARI KECAMATAN SUKAMAJU KABUPATEN LUWU UTARA. Intisari

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM KAMPUNG DI DISTRIK SEMANGGA KABUPATEN MERAUKE. Ineke Nursih Widyantari 1) ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

Transkripsi:

KAJIAN EKONOMIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PANGAN DENGAN TERNAK KAMBING PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN SUMBAWA ECONOMIC ASSESSMENT OF INTEGRATED FARMING LIVESTOCK CROPS WITH GOAT ON DRY LAND IN THE DISTRICT SUMBAWA Broto Handoko 1), Ibrahim 2), dan Suhaema 3) Fakultas Pertanian Universitas Mataram Jln. Majapahait.62 Mataram ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui biaya dan pendapatan dalam usahatani terpadu pada lahan kering, 2) mengetahui kelayakan usahatani terpadu pada lahan kering, dan 3) mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam melakukan kegiatan usahatani terpadu pada lahan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan usahatani terpadu pada lahan kering terdiri atas 3 pola usahatani yaitu pola 1 (, Kacang Hijau dan ternak kambing), pola 2 (padi dan ternak kambing) dan pola 3 (padi, jagung dan ternak kambing). Besarnya biaya yang digunakan dalam usahatani terpadu pada lahan kering untuk pola 1 sebesar Rp. 14.146.639, pola 2 sebesar Rp. 8.134.319 dan pola 3 sebesar Rp. 16.230.362. Pendapatan pola 1 sebesar Rp. 18.283.465, pola 2 sebesar Rp. 14.228.181 dan pola 3 sebesar Rp. 20.974.835. Usahatani terpadu pada lahan kering layak untuk diusahakan karena nilai R/C > 1, besarnya penerimaan, produksi, serta harga produksi lebih besar dari BEP penerimaan, BEP produksi, dan BEP harga. Kendala yang dihadapi petani yaitu curah hujan yang tidak menentu, tingginya upah buruh dan bunga modal serta penyakit diare pada ternak kambing. Kata kunci : Usahatani Terpadu, Lahan Kering. ABSTRACT This study aims to: 1) determine the costs and revenues in the integrated farming on dry land, 2) determine the feasibility of integrated farming on dry land, and 3) know the constraints faced by farmers in integrated farming activities on dry land. The results showed that the integrated farming activities on dry land farming consists of 3 pattern is a pattern of 1 (rice, green beans and goats), pattern 2 (rice and goats) and pattern 3 (rice, corn and goats) so that the cost used in integrated farming on dry land for the first pattern of Rp. 14.146.639, 2 patterns of Rp. 8.134.319 and Rp 3 pattern. 16.230.362. Income pattern of Rp. 18.283.465, 2 patterns of Rp. 14.228.181 and Rp 3 pattern. 20.974.835. Integrated farming viable on dry land to be developed for the R/C >1 and BEP acceptance, production and greater production rates of acceptance BEP, BEP production and prices. Constraints faced by farmers is erratic rainfall, high labor costs and capital interest and diarrheal disease in goats. Keywords : Integrated Farming, Dry Land. PENDAHULUAN Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta menunjang pembangunan industri. Hal ini dapat dilakukan dengan pemanfaatan sumberdaya pertanian secara optimal (Deptan, 2009). Dalam pembangunan pertanian, tanah merupakan salah satu unsur alam yang berpengaruh terhadap corak pertanian sebab tanah merupakan unsur utama untuk meningkatkan hasil-hasil pertanian. Tetapi semakin majunya pembangunan di 19

semua sektor, maka kebutuhan akan tanah untuk pembangunan semakin meningkat. Sebagai akibatnya banyak lahan pertanian yang subur untuk keperluan pertanian banyak beralih fungsi atau dikonversikan menjadi pemanfaatan lahan non pertanian. Sensus Pertanian 1983 dan 1993 mengungkapkan bahwa pada periode tersebut telah terjadi konversi lahan pertanian seluas 2,47 juta hektar sedangkan perluasan lahan hanya mencapai 1,19 juta hektar (Saragih, 2002). Akibat pengurangan areal pertanian, maka untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat lahan yang ada harus diusahakan seoptimal mungkin untuk meningkatkan produksi pangan dan non pangan. Tetapi karena keterbatasan tanah-tanah yang subur, sehingga menyebabkan perlunya pertanian diarahkan pada pertanian lahan kering (Kristanto et al., 1985). Kenyataan menunjukkan pula bahwa pertumbuhan penduduk yang disertai dengan perkembangan kota dan desa menyebabkan seluruh penggunaan lahan dan tanah menjadi lebih bersaing secara ketat. Lahan pertanian yang subur dan beririgasi baik, akan mendapat ancaman dan tekanan yang lebih besar dari pertumbuhan perkotaan dan sarana untuk keperluan umum (Baharuddin, 1991). Menurut Adiwilaga (1982) usahatani adalah kegiatan manusia mengusahakan tanah dengan maksud memperoleh hasil tanaman ataupun hewan tanpa menyebabkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk menghasilkan kembali. Adapun usahatani terpadu merupakan suatu kegiatan di bidang pertanian yang direncanakan sesuai dengan kondisi wilayah dan keluarga tani yang bersangkutan, dengan mengupayakan hubungan yang saling menunjang dari beberapa komoditi yang diusahakan sehingga dapat dicapai hasil usahatani yang optimal (BPTP Kaltim, 2001). Usahatani lahan kering adalah suatu organisasi produksi, dimana petani sebagai pengelola usahatani mengorganisasikan faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal, teknologi, dan managemen) yang ditujukan pada perolehan produksi pertanian, baik yang didasarkan pada pencapaian laba maupun yang bukan pencapaian laba (Balitbang Pertanian, 1989) Usahatani terpadu pada Lahan kering merupakan wahana untuk menerapkan usahatani pada komoditi peternakan kambing pasca musim penanaman tanaman pangan kepada masyarakat setempat sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan sekaligus untuk pelestarian lingkungan. Kabupaten Sumbawa pada tahun 2011 tercatat memiliki lahan kering paling luas dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Nusa Tenggara Barat (NTB) yaitu seluas 664.398 hektar dan dari luas tersebut tercatat seluas 20.049 hektar berada di Kecamatan Lape yang penggunaannya baik untuk lahan pertanian maupun untuk lahan non pertanian. Tinggi rendahnya produktivitas pertanian sering terjadi pada lahan kering yang disebabkan oleh hujan rendah, tofografi bergelombang dan berbukit dan lahan yang kurang subur sehingga petani hanya mampu melakukan kegiatan usahatani sebanyak 1-2 kali musim tanam dalam setahun karena petani sangat bergantung dengan suplai air hujan sebagai sumber air utama sehingga kinerja petani menjadi kurang optimal, tidak tercapainya efiensi input dan terjadinya kemunduran kesuburan lahan yang berdampak pada pendapatan usahatani yang rendah. Oleh karena itu maka diperlukan adanya penerapan pola usahatani baru yaitu usahatani terpadu. Usahatani terpadu ini untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian dalam rangka peningkatan pendapatan petani. Dengan demikian perlu untuk dilakukan penelitian tentang Kajian Ekonomis Usahatani Terpadu Tanaman Pangan dengan Kambing pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui biaya dan pendapatan yang dikeluarkan dalam usahatani terpadu pada lahan kering di Kabupaten Sumbawa, untuk mengetahui kelayakan usahatani terpadu pada lahan kering, dan untuk mengetahui kendala atau hambatan yang dihadapi petani pada usahatani terpadu pada lahan kering di Kabupaten Sumbawa. Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi bagi pemerintah atau instansi terkait yang berkaitan dengan pembinaan dan pengembangan daerah lahan kering, sebagai bahan informasi dan 20

pertimbangan bagi petani agar usahatani yang dikembangkan lebih menguntungkan, serta sebagai bahan informasi kepada peneliti lain yang membutuhkannya. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan unit analisis yaitu petani yang melakukan usahatani terpadu pada lahan kering (Natsir, 1988). Penelitian ini dilaksanakan di Desa Labuan Kuris, Desa Lape dan Desa Hijrah Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja atau purposive sampling. Penentuan responden di tetapkan sebanyak 30 orang dengan cara acidental sampling karena data petani yang melakukan usahatani tanaman pangan dan ternak kambing pada lahan kering tidak terdata pada dinas terkait di Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa. Jenis data adalah data kuantitatif dan kualitatif. Sumber data yaitu data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden dan data sekunder dari Instansi atau Kantor Dinas terkait. Variabel dan cara pengukuran dalam penelitian ini meliputi (Mubyarto, 1979) : a. Biaya produksi yaitu terdiri dari biaya tetap (biaya penyusutan alat, pajak, bunga modal, sewa alat dan perawatan alat) dan biaya variabel (biaya benih/bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja) dengan satuan (Rp). b. Produksi yaitu semua hasil panen yang diperoleh baik yang dikonsumsi maupun yang dijual dengan satuan (Kg). c. Harga yaitu nilai jual produk di tingkat petani dengan satuan (Rp/Kg). d. Nilai produksi yaitu hasil dari produksi dikalikan dengan harga. e. Pendapatan yaitu penerimaan bersih yang diperoleh petani dengan satuan (Rp). f. Break Even Point (BEP) yaitu titik pulang pokok. Diukur dengan BEP penerimaan, BEP produksi dan BEP harga. g. Revenue Cost Ratio (R/C) yaitu kemampuan usaha dalam memperoleh hasil penerimaan dari biaya total yang dikeluarkan. h. Kendala atau hambatan yaitu hal-hal yang menghambat proses usahatani terpadu dalam pencapaian peningkatan pendapatan. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik survey yaitu dengan melakukan wawancara yaitu bertanya langsung kepada responden dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan secara langsung di daerah penelitian. Analisis data yang digunakan yaitu : a. Total biaya dengan rumus TR= TR-TC b. Penerimaan dengan rumus TR=Y x Py c. Pendapatan dengan rumus Pd = TR- TC d. Analisis Break Even Point (BEP) terdiri dari : - BEP penerimaan = TFC/(1- (TVC/TR)) - BEP produksi = TFC/(P-(TVC/Q)) - BEP harga = TC/Q e. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C) = TR/TC f. Analisis faktor penghambat secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Usahatani Terpadu pada Lahan Kering Kegiatan usahatani terpadu pada lahan kering merupakan usahatani yang mengusahakan lahan kering untuk kegiatan usahatani dengan mengembangkan pola usahatani yang terdiri dari tanaman pertanian dan peternakan dalam satu lahan yang sama. Berdasarkan penelitian pola usahatani yang dikembangkan antara tanaman pertanian dengan peternakan meliputi beberapa pola tanam yang terdiri dari pola 1 yang mengusahakan tanaman pertanian berupa tanaman pangan yaitu padi, kacang hijau dan ternak kambing, pada pola 2 yaitu padi dan ternak kambing, sedangkan pola 3 yaitu padi, jagung dan ternak kambing. Dalam usahatani terpadu ini pada usahatani padi, kacang hijau dan jagung yang dikembangkan oleh petani baik pada pola 1, pola 2 dan pola 3 biasanya dilakukan hanya dalam 1 2 kali musim tanam per tahun. Sektor peternakan yang diusahakan adalah dengan cara memelihara ternak kambing pada lahan kering pada waktu musim penghujan maupun musim kemarau. Konsep dalam melakukan usahatani terpadu yaitu pada lahan kering pertanian petani dapat melakukan 21

usahatani tanaman pangan dan peternakan secara bersamaan dalam satu tahun. Dalam usahatani tanaman pangan dan ternak kambing harus saling memberikan keuntungan satu sama lainnya. Tanaman pangan memberikan keuntungan berupa jerami dan sisa tanaman kepada ternak kambing sedangkan ternak kambing memberikan keuntungan berupa kotoran yang dapat dijadikan pupuk organik oleh petani sebagai pupuk untuk kesuburan pada tanah dan tanamannya. 2. Analisis Biaya dan Pendapatan dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering antara Tanaman Pangan dengan Kambing di Kabupaten Sumbawa Untuk melihat aspek ekonomi dimulai dari melihat besarnnya biaya dan pendapatan dari usahatani tersebut. Dalam analisis biaya, yang dimaksud biaya produksi dalam penelitian ini adalah biaya yang dibutuhkan untuk usahatani terpadu yaitu usahatani tanaman pangan (padi, jagung, kacang hijau, dan lain-lain) dan ternak kambing. Secara umum terdapat tiga pola dalam usahatani tersebut, yaitu: pola 1, pola 2, dan pola 3, dan yang dimaksudkan dalam biaya tersebut adalah biaya baik yang dikeluarkan secara langsung maupun tidak langsung dalam satu tahun. Biaya produksi ini meliputi biaya variabel, yaitu biaya yang digunakan pembelian sarana produksi (biaya benih, pupuk dan obat-obatan) dan upah tenaga kerja, dan biaya tetap yang meliputi biayabiaya penyusutan alat, pajak, biaya modal, sewa alat, dan perawatan alat. Adapun pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendapatan bersih yang diperoleh dari selisih nilai produksi (penerimaan) dengan total biaya produksi (pengeluaran) pada usahatani pola 1, pola 2 dan pola 3 dalam usahatani terpadu pada lahan kering. Secara lengkap mengenai jumlah biaya produksi dan pendapatan pada pola 1, pola 2, dan pola 3 berturut-turut disajikan dalam bentuk tabel. Rata-rata biaya produksi dan pendapatan pola 1 (-Kacang Hijau,dan Kambing) ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Pola 1 (-Kacang Hijau, dan Kambing) dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011. Kacang Hijau (0,48 ha) Per Ha (0,70 ha) Per Ha 1 Produksi (Kg) 2.046,67 4.263,89 1075,33 1.528,91 275 2 Harga (Rp/Kg) 3.940 3.940 5.000 5.000 27.833 3 Penerimaan (Rp) 8.082.667 16.838.889 5.376.667 7.644.550 7.946.667 4 Biaya Produksi (Rp) 4.134.438 8.613.411 2.536.613 3.606.559 1.926.669 5 Pendapatan (Rp) 3.948.229 8.225.477 2.840.053 4.037.991 6.019.997 Sumber: Data Primer Diolah. Selanjutnya rata-rata biaya produksi dan pendapatan pada pola 2 (-dan Kambing) dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rata-rata Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Pola 2 ( dan Kambing) dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011. (0,72 ha) 1 Produksi (Kg) 2.770,00 3.847,22 280 22

2 Harga (Rp/Kg) 3.830 3.830 26.250 3 Penerimaan (Rp) 10.413.000 14.462.500 7.900.000 4 Biaya Produksi (Rp) 4.754.764 6.603.838 1.530.481 5 Pendapatan (Rp) 5.658.236 7.858.662 6.369.519 Rata-rata biaya produksi dan pendapatan pada pola 3 (-Jagung, dan Kambing) dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan data pada Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3 menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan usahatani terpadu pada lahan kering di Kabupaten Sumbawa dengan perhitungan per hektar yaitu: Pola 1 adalah sebesar Rp. 14.146.639 dengan rincian usahatani padi sebesar Rp. 8.613.411/ha, usahatani kacang hijau sebesar Rp. 3.606.559/ha dan usaha ternak kambing sebesar Rp. 1.926.669. Biaya produksi Pola 2 adalah sebesar Rp. 8.134.319 dengan rincian usahatani padi sebesar Rp. 6.603.838/ha, usaha ternak kambing sebesar Rp. 1.530.481. Adapun biaya produksi Pola 3 adalah sebesar Rp. 16.230.362 dengan rincian usahatani padi sebesar Rp. 8.293.685/ha, usahatani jagung sebesar Rp. 7.111.373/ha dan usaha ternak kambing sebesar Rp. 825.304. Tabel 3. Rata-rata Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Pola 3 (-Jagung, dan Kambing) dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011. (0,43 ha) Per Ha (0,67 ha) Jagung Per Ha 1 Produksi (Kg) 1.700,00 3.953,49 4.700,00 7.014,93 184 2 Harga (Rp/Kg) 3.780 3.780 2.500 2.500 25.000 3 Penerimaan (Rp) 6336.000 14.734.884 11.750.000 17.537.313 4.960.000 4 Biaya Produksi (Rp) 3.566.285 8.293.685 4.764.620 7.111.373 852.304 5 Pendapatan (Rp) 2.769.715 6.441.199 6.985.380 10.425.940 4.107.696 Selanjutnya untuk pendapatan usahatani terpadu pada lahan kering di Kabupaten Sumbawa dengan perhitungan per hektar yaitu : Pola 1 adalah sebesar Rp. 18.283465 dengan rincian usahatani padi sebesar Rp. 8.225.477/ha, usahatani kacang hijau sebesar Rp. 4.037.991/ha dan usaha ternak kambing sebesar Rp. 6.019.997. Pola 2 sebesar Rp. 14.228.181 dengan rincian usahatani padi sebesar Rp. 7.858.662/ha dan pendapatan dari ternak kambing sebesar Rp. 6.369.519. untuk Pola 3 pendapatannya adalah sebesar Rp. 20.974.835 dengan rincian usahatani padi sebesar Rp. 6.441.199/ha, usahatani jagung sebesar Rp. 10.425.940/ha dan usaha ternak kambing sebesar Rp. 4.107.696. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa selisih antara pendapatan dengan total biaya bernilai positif dan besar sehingga layak untuk diusahakan. Kajian lebih lanjut dalam melihat aspek ekonomi yaitu dengan melihat tingkat pulang pokok (Break Even Point=BEP), dimana BEP ini merupakan suatu konsep yang menjelaskan suatu usaha tidak padi sebesar Rp. 7.858.662/ha, dan usaha ternak kambing sebesar Rp. 6.369.519 memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Keadaan tersebut juga menunjukkan bahwa penerimaan yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan, atau pada saat itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol (Suratiyah, 2009). Break Even Point (BEP) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah BEP penerimaan, BEP harga dan BEP produksi usahatani terpadu pada lahan kering. 23

Usahatani terpadu dinyatakan layak jika nilai BEP penerimaan lebih kecil dari hasil penerimaan (Revenu) yang diterima. Kelayakan juga dapat dilihat dari nilai BEP produksinya, dimana usaha dikatakan layak jika BEP produksi lebih kecil dari jumlah produksi yang diperoleh, semakin besar selisih BEP produksi dengan produksi yang dihasilkan maka semakin layak usaha tersebut. Selain BEP penerimaan dan BEP produksi juga terdapat BEP harga, usaha dikatakan layak nilai BEP harga lebih kecil dari harga yang berlaku. Semakin besar selisih BEP harga dengan harga yang berlaku maka semakin layak usaha tersebut untuk dijalankan. Selain menggunakan konsep tentang BEP, untuk melihat kelayakan usaha dalam menjalankan usahatani terpadu ini dilakukan juga dengan menggunakan analisis Revenue Cost Ratio (R/C). Analisis Revenue Cost Ratio (R/C) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usahatani dengan memperhatikan perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi. Usahatani terpadu dinyatakan layak apabila Revenue Cost Ratio (R/C) lebih besar daripada satu (R/C > 1). Berikut hasil analisis Break Even Point (BEP) dan dan Revenue Cost Ratio (R/C) usahatani pola 1, pola 2, dan pola 3 dalam usahatani terpadu pada lahan kering di Kabupaten Sumbawa. Hasil analisis Break Even Point (BEP) dan dan Revenue Cost Ratio (R/C) usahatani pola 1 yaitu -Kacang Hijau dan Kambing dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa, disajikan pada Tabel 4 Tabel 4. Analisis Break Even Point (BEP) dan Revenue Cost Ratio (R/C) Pola 1 yaitu -Kacang Hijau dan Kambing dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011. Kacang Hijau (0,48 ha) (0,70 ha) 1 BEP Penerimaan (Rp) 502.175 1.046.197 630.564 896.536 2.353.280 2 BEP Produksi (Kg) 1.051,40 2.190,42 507,32 721,31 82,98 3 BEP Harga (Rp/Kg) 2.864 2.864 2.929 2.929 10.626 4 R/C 1,83 1,83 2,03 2,03 3,45 Pada Tabel 5.17. dapat dilihat bahwa hasil uji kelayakan dengan menggunakan analisis Break Even Point (BEP) dan Revenue Cost Ratio (R/C) dalam usahatani terpadu pada lahan kering dengan melihat juga sub hasil analisis biaya produksi dan pendapatan maka pada Pola 1, BEP usahatani padi menunjukkan bahwa penerimaan sebesar Rp. 16.838.889/ha > BEP penerimaan sebesar Rp. 1.046.197/ha, jumlah produksi sebanyak 4.263,89 Kg/ha > BEP produksi sebanyak 2.190,42 Kg/ha dan harga yang berlaku sebesar Rp. 3.940/Kg > BEP harga sebesar Rp. 2.864/Kg. BEP usahatani kacang hijau menunjukkan bahwa penerimaan sebesar Rp. 7.644.550/ha > BEP penerimaan sebesar Rp. 896.536/ha, jumlah produksi sebanyak 1.528,91 Kg/ha > BEP produksi sebanyak 721,31 Kg/ha dan harga yang berlaku sebesar Rp. 5.000/Kg > BEP harga sebesar Rp. 2.929/Kg. BEP usaha ternak kambing menunjukkan bahwa penerimaan sebesar Rp. 7.946.667 > BEP penerimaan sebesar Rp. 2.353.280, jumlah produksi sebanyak 275 Kg > BEP produksi sebanyak 82,98 Kg dan harga yang berlaku sebesar Rp. 27.833/Kg > BEP harga sebesar Rp. 10.626/Kg. Hasil analisis R/C pada usahatani terpadu yaitu pola 1, besar nilai R/C usahatani padi = 1,83, usahatani kacang hijau = 2,03 dan usaha ternak kambing = 3,45. Adapun hasil analisis Break Even Point (BEP) dan dan Revenue Cost Ratio (R/C) usahatani pola 2 yaitu dan Kambing dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa, disajikan pada Tabel 5. 24

Pada Tabel 5. dapat dilihat bahwa unutk model usahatani dengan Pola 2 ( dan ), BEP usahatani padi menunjukkan bahwa penerimaan petani sebesar Rp. 14.462.500/ha > BEP peneriman sebesar Rp. 857.172/ha, jumlah produksi sebanyak 3.847,22 Kg/ha > BEP produksi sebanyak 1.734,95 Kg/ha dan harga yang berlaku sebesar Rp. 3.830/Kg > BEP harga sebesar Rp. 2.280/Kg. BEP usaha ternak kambing menunjukkan bahwa penerimaan sebesar Rp. 7.900.000 > BEP penerimaan sebesar Rp. 2.488.796, jumlah produksi sebanyak 280 Kg > BEP produksi sebanyak 89,92 Kg dan harga yang berlaku sebesar Rp. 26.250/Kg > BEP harga sebesar Rp. 11.934/Kg. Pola 2, besar nilai R/C usahatani padi = 2,06 dan usaha ternak kambing = 2,97. Tabel 5. Analisis Break Even Point (BEP) dan Revenue Cost Ratio (R/C) Pola 2 yaitu dan dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011. (0,72 ha) 1 BEP Penerimaan (Rp) 617.164 857.172 2.488.796 2 BEP Produksi (Kg) 1.249,17 1.734,95 89,92 3 BEP Harga (Rp/Kg) 2.280 2.280 11.934 4 R/C 2,06 2,06 2,97 Selanjutnya untuk hasil analisis Break Even Point (BEP) dan Revenue Cost Ratio (R/C) pada pola 3 yaitu padi-jagung dan ternak dalam usahatani terpadu pada lahan kering di Kabupaten Sumbawa, dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Analisis Break Even Point (BEP) dan Revenue Cost Ratio (R/C) Pola 3 yaitu -Jagung dan dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011. (0,43 ha) (0,67 ha) Jagung Per Hektar 1 BEP Penerimaan (Rp) 467.745 1.087.778 467.578 697.877 1.784.237 2 BEP Produksi (Kg) 950,45 2.210,36 665,49 993,26 73,86 3 BEP Harga (Rp/Kg) 2.635 2.635 1.064 1.064 12.134 4 R/C 1,61 1,61 2,41 2,41 2,91 Pada Tabel 6. dapat diketahui bahwa model usahatani pada Pola 3, BEP usahatani padi menunjukkan bahwa penerimaan sebesar Rp. 14.734.884/ha > BEP penerimaan sebesar Rp. 1.087.778/ha, jumlah produksi sebanyak 3.953,49 Kg/ha > BEP produksi sebanyak 2.210,36Kg/ha dan harga yang berlaku sebesar Rp. 3.780/Kg > BEP harga sebesar Rp. 2.635/Kg. BEP usahatani jagung menunjukkan bahwa penerimaan sebesar Rp. 17.537.313/ha > BEP penerimaan sebesar Rp. 697.877/ha, jumlah produksi sebanyak 7.014,93 Kg/ha > BEP produksi sebanyak 993,26 Kg/ha dan harga yang berlaku sebesar Rp. 2.500/Kg > BEP harga sebesar Rp. 1.064/Kg. BEP usaha ternak kambing menunjukkan bahwa penerimaan sebesar Rp. 4.960.000 > BEP penerimaan sebesar Rp. 1.784.237, jumlah produksi sebanyak 184 Kg > BEP produksi sebanyak 73,86 Kg dan harga yang berlaku sebesar Rp. 25.000/Kg > BEP harga sebesar Rp. 25

12.134/Kg. Pada Pola 3 ini besarnya nilai R/C usahatani padi =1,61, usahatani jagung = 2,41 dan usaha ternak kambing = 2,91 sehingga rata-rata nilai R/C > 1. Hasil analisis Break Even Point (BEP) dan Revenue Cost Ratio (R/C) pada masing-masing pola tersebut, kesemuanya memberikan indikasi bahwa model usahatani terpadu tersebut layak. Dengan demikian usahatani terpadu pada lahan kering di Kabupaten Sumbawa adalah layak untuk dikembangkan. Selanjutnya untuk usaha ternak kambing yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian, secara umum dapat diberikan gambaran umum sebagai berikut. Jumlah pemilikan ternak kambing oleh petani, dari petani yang memiliki ternak yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini, sangat bervariatif sekali, dari yang paling sedikit satu ekor dan yang terbanyak sejumlah 60 ekor kambing. Umumnya ternak yang dipelihara petani tersebut ditinjau dari umur ternaknya berkisar dari 6 bulan sampai 36 bulan, namun sebagian besar berumur di atas 18 bulan. Adapun cara pemeliharan kambing yang dilakukan oleh petani adalah dengan cara dikandangkan dan dilepas. Kandang yang digunakan sangat sederhana dan tidak permanen. Karena itu maka untuk keperluan pakan ternaknya tentunya juga sebagian dicarikan rumput dan sebagian kambing mencari sendiri karena kambing dilepas untuk mencari pakannya sendiri. Sehubungan dengan cara pemeliharan dengan cara dilepas ini, justru akan menyulitkan perkebangan kambing secara kuantitas, karena kambing yang dilepas tersebut kadang masuk ke perkampungan dan secara tidak langsung mengganggu perumahan warga, sehingga kambing-kambing tersebut sering dikejarkejar warga. 3. Kendala atau Hambatan yang dihadapi Petani dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering Dalam pelaksanaan kegiatan usahatani terpadu tidak terlepas dari adanya kendala yang dihadapi oleh pihak-pihak yang terlibat secara langsung. Dari hasil penelitian diketahui beberapa kendala yang paling dominan dihadapi oleh petani dalam usahatani tanaman pangan adalah cuaca atau curah hujan yang tidak menentu, modal, dan upah buruh sedangkan pada usahatani ternak kambing adalah pakan dan penyakit diare pada kambing. Untuk lebih jelasnya kendala yang dihadapi oleh petani usahatani terpadu di Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Kendala atau Hambatan yang Dihadapi Petani dalam Usahatani Terpadu pada Lahan Kering di Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa Tahun 2012-2013 Kendala Persentase Responden (%) 1 Curah Hujan yang tidak menentu 100,00 2 Modal 63,33 3 Upah Buruh 76,67 4 Pakan 40,00 5 Penyakit Diare 20,00 Berdasarkan Tabel 7. di atas, menunjukkan bahwa kendala utama yang dihadapi oleh petani dalam usahatani terpadu pada lahan kering di Kabupaten Sumbawa adalah kondisi curah hujan yang tidak menentu (100% responden), dimana usahatani terpadu yang dilakukan oleh petani yaitu pada lahan kering berupa lahan tadah hujan dan ladang sehingga menghambat proses kegiatan usahatani. Selain itu, kendala lain berupa tingginya upah buruh (76%) dan modal (63%) serta penyakit diare pada ternak kambing ketika musim penghujan menjadi kendala dalam menjalankan usahatani terpadu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: a. Total biaya yang dikeluarkan usahatani terpadu pada lahan kering di 26

Kecamatana Lape Kabupaten Sumbawa yaitu: Pola 1 adalah sebesar Rp. 14.146.639, Pola 2 yang terdiri dari adalah sebesar Rp. 8.134.319 dan Pola 3 sebesar Rp. 16.230.362 b. Pendapatan usahatani terpadu pada lahan kering di Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa Pola 1 adalah sebesar Rp. 18.283465, pola 2 sebesar Rp. 14.228.181 dan Pola 3 sebesar Rp. 20.974.835. c. Usahatani terpadu pada lahan kering di Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa pola 1, pola 2 dan pola 3 adalah layak untuk diusahakan karena R/C lebih besar dari satu (R/C > 1) dan penerimaan, produksi, dan harga produksi lebih besar daripada BEP nya. d. Kendala utama yang dihadapi oleh petani dalam usahatani terpadu pada lahan kering di Kecamatan Lape Kabupaten Sumbawa yaitu curah hujan yang tidak menentu, tingginya upah buruh dan modal serta penyakit diare pada ternak kambing ketika musim penghujan. Saran a. Diharapkan kepada pemerintah terutama dari dinas pertanian dan peternakan untuk memberikan penyuluhan serta mengadakan pelatihan-pelatihan bagi para petani agar petani mampu menguasai teknik budidaya dalam berusahatani pada lahan kering sesuai dengan anjuran terutama dalam hal penggunaan sarana produksi. b. Diharapkan kepada petani agar memanfaatkan sebagian pendapatan yang diperoleh untuk ditabung atau diinvestasikan sebagai modal dalam menghadapi musim tanam untuk usahatani tahun selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA Adiwilaga A. 1982. Ilmu Usahatani. Alumni. Bandung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kaltim. 2001. Pola Pengembangan Usahatani Terpadu. http://pustaka.litbang.deptan.go.id Kalimantan Timur. [diakses 17 Agustus 2013] Baharuddin, 1991. Pengelolaan dan Pendayagunaan Sumberdaya Tanah dan Air. Dalam Yasin, S. (Eds.). Sistem Pengelolaan Sumberdaya Pertanian Berwawasan Lingkungan. Akademika Prasindo. Jakarta. Balitbang Pertanian Depatemen Pertanian, 1989. Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Tanah. Risalah Pembahasan Hasil Penelitian Hutan, Tanah, dan Air. Bogor. Broto H., 1997. Evaluasi Dampak Sosial Ekonomi Proyek Irigasi Mamak di Kecamatan Lape-Lopok Kabupaten Sumbawa. Fakultas Pertanian UNRAM. Mataram. Deptan. 2009. Visi Misi. http//:deptan.go.id. [diakses 20 Juli 2013] Kristanto K, Saleh, Paemboan. 1985. Peran Peternakan dan Pertanian Lahan Kering dalam Peningkatan Pendapatan Keluarga. Dalam Mubyarto: Peluang Kerja dan Berusaha di pedesaan. BPFE Yogyakarta. Mubyarto, 1979. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Nasir, M. 1988. Metode Penelitian. Cetakan ke-3. Ghalia Indonesia. Jakarta. Saragih, B. 2002. Kebijakan Pemberdayaan Lahan Kering Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan. Makalah Disampaikan dalam Lokakarya Kurikulum Inti Fakultas Pertnaian se-indonesia Tanggal 26-28 Mei 2002 di Mataram. NTB. Suratiyah K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. 27