BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II LANDASAN TEORI

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. ringkasan dari suatu proses pencatatan, dari transaksi-transaksi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Total Pembiayaan (Financing) terhadap NPF. Berdasarakan analisis data secara statistik dalam penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat penyaluran dana-dana dari Surplus Spending Unit (SSU) ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan serta memiliki fungsi menjadi jembatan keuangan diantara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembangunan merupakan program pemerintah yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. Masih banyak perbankan yang tidak melakukan Peraturan Bank Indonesia (PBI)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Lampiran 1. Daftar istilah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

BAB I PENDAHULUAN. (demand deposit), tabungan (savings), dan deposito berjangka (time

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. telah menetapkan undang-undang mengenai Mortgage (Perumahan). Peraturan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rakyat (BPR) Jawa Timur (Periode ). Penelitian tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Perbankan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh investasi: pembelian aset seperti saham, pembelian barang modal untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai financial intermediary atau perantara keuangan dari dua pihak, yakni

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Perbankan Syariah Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syariah Indonesia No. 21

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Maka setiap perusahaan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai jasa yang ditawarkan. Menurut Undang-undang Rl

BAB I PENDAHULUAN. dana dalam bentuk simpanan seperti tabungan, deposito, giro, dan lain-lain dari

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai keunikan secara prinsip dapat mendukung usaha mikro, kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. rakyat (Yunan, 2009:2). Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang (Kasmir, 2002:23). Bank adalah merupakan salah satu badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. negara dan bank sangat berpengaruh terhadap perekonomian seluruh negara dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan mendorong lajunya pertumbuhan ekonomi seperti jasa

Transkripsi:

10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Taswan, 2010). Aktivitas perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau menanamkan dananya dalam bentuk simpanan. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarakat adalah seperti giro, tabungan, sertifikat deposito, dan deposito berjangka. Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau dijual kembali ke masyarakat dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan istilah kredit (lending). Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada

11 penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal (Kasmir, 2004). Menurut Sinkey dalam Taswan (2010), bahwa yang dimaksud bank adalah department store of finance yang menyediakan berbagai jasa keuangan. Menurut Dictionary of Banking and financial service oleh Jerry Rosenberg (Taswan, 2010), bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan giro, deposito, dan membayar atas dasar dokumen yang ditarik pada orang atau lembaga tertentu, memberikan pinjaman dan menanamkan dananya dalam surat berharga. Bank adalah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan, dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak (Taswan, 2010). 2.2 Pengertian Kredit Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasar persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu

12 tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil. Kredit dapat berupa uang yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah (debitur), bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula masalah sanksi apabila debitur ingkar janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama. Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Begitu pula dalam bahasa latin kredit berarti credere artinya percaya. Maksud dari percaya bagi pemberi kredit adalah ia percaya kepada penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerima kepercayaan sehingga mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai jangka waktu yang telah disepakati (Kasmir, 2004). 2.2.1 Kualitas Kredit Kualitas kredit bank didasarkan pada kolektibilitas atau ketepatan pembayaran kembali angsuran pokok dan bunga serta kemampuan peminjam dari keadaan usahanya. Dengan dasar tersebut maka kualitas kredit dapat ditetapkan

13 berdasarkan klasifikasi/ kolektibilitasnya (Taswan, 2010). Kolektibilitas atau kualitas kredit menurut SK DIR. BI NO. 30/267/Kep/DIR/1998 adalah: a) Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria: Pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat waktu; dan Memiliki mutasi rekening yang aktif; atau Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral). b) Dalam perhatian khusus (special mention), apabila memenuhi kritera: Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau Kadang-kadang terjadi cerukan; atau Mutasi rekening masih relatif aktif; atau Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau Didukung oleh pinjaman baru. c) Kurang lancar (substandard), apabila memenuhi kriteria: Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau Sering terjadi cerukan; atau Frekuensi mutasi rekening cenderung rendah; atau Terjadi pelanggaran kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau Dokumentasi pinjaman melemah. d) Diragukan (doubtful), apabila memenuhi kriteria:

14 Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau Sering terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau Terjadi waprestasi lebih dari 180 hari; atau Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit maupun pengikat jaminan. e) Macet (loss), apabila memenuhi kriteria: Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan dengan nilai yang wajar. 2.2.2 Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Kredit bermasalah sering juga dikenal dengan non performing loan dapat diukur dari kolektibilitasnya. Kolektibilitasnya merupakan gambaran kondisi pembayaran pokok dan bunga pinjaman serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga. Penilaian kolektibilitas kredit digolongkan ke dalam 5 kelompok yaitu: lancar (pass), dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (substandard), diragukan (doubtful), dan macet (loss). Apabila kredit dikaitkan dengan tingkat kolektibilitasnya, maka yang digolongkan kredit bermasalah adalah kredit yang memiliki kualitas kurang

15 lancar, diragukan, dan macet (Siamat, 2005). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP, non performing loan dirumuskan sebagai berikut: NPL = Kredit kurang lancar+kredit diragukan+kredit macet Total kredit disalurkan 2.2.3 Indikasi Kredit Bermasalah Menurut Taswan (2010), indikasi terjadinya kredit bermasalah dapat dilihat dari beberapa hal misalnya: a) Perputaran piutang dan persediaan menurun, penurunan current ratio, peningkatan aktiva tetap lebih besar daripada aktiva lancarnya, ekspansi berlebihan, adanya penundaan pembayaran utang. b) Penggunaan kredit yang tidak sesuai dengan tujuan yang disepakati. c) Mutasi giro debitur sering terjadi saldo negatif atau gironya pasif. d) Rekening simpanan debitur ditarik dalam jumlah besar atau ditarik sekaligus. e) Terdapat tunggakan bunga dan pokok dalam jumlah yang material. f) Nasabah sering menghindar bila dihubungi bank. g) Nasabah sering pindah kantor. h) Sering terjadi pergantian pengurus atau karyawan kunci. i) Timbulnya kelemahan pada manajemen debitur misalnya terjadi perselisihan diantara pengurus. j) Pengurus tersangkut perkara pidana atau terdapat informasi gugatan hukum perkara lain dari pihak lain. k) Ketidakmampuan membayar pajak. l) Terjadi likuidasi anak perusahaan debitur oleh bank lain.

16 2.2.4 Penyebab Non Performing Loan Bank terlalu agresif menyalurkan kredit karena besarnya dana simpanan pihak ketiga yang berhasil dihimpun dalam waktu singkat sehingga bank membutuhkan biaya dana (penempatan bunga kredit) cukup besar guna menutup beban bunga simpanan pihak ketiga tersebut. Strategi penyaluran demikian cepat lambat laun dapat menurunkan kualitas kredit itu sendiri, Sutojo (2000) dalam Soebagio (2005). Menurut Suyatno dkk (2003), pada umumnya jangka waktu kredit merupakan cerminan dari risiko kredit yang diberikan oleh bank. Makin panjang jangka waktu kredit yang diberikan oleh bank makin tinggi risiko yang mungkin muncul, maka bank akan membebankan bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kredit jangka pendek. Makin panjang jangka waktu kredit yang diberikan bank, semakin besar juga kemungkinan kredit itu macet karena debitur gagal menghadapi risikonya. 2.3 Suku Bunga Pinjaman Besarnya bunga pinjaman sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman dan demikian pula sebaliknya. Disamping bunga simpanan, pengaruh besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi keuntungan yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan risiko kredit macet, dan pajak serta pengaruh lainnya (Kasmir, 2004).

17 Menurut Budisantoso dkk (2006), agar penyaluran dana dapat menghasilkan keuntungan bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih kecil dari penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana. Pemikiran inilah yang melandasi penerapan tingkat suku bunga pinjaman yang lebih besar daripada tingkat suku bunga simpanan. 2.4 Jangka Waktu Pinjaman Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang (Kasmir, 2004). Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dan 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang jangka waktunya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun, biasanya untuk investasi. Kredit jangka panjang, merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas 3 tahun atau 5 tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

18 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya terkait dengan penelitian ini yaitu: Tyas (2008), meneliti tentang pengaruh jangka waktu, suku bunga, dan jaminan kredit terhadap kredit macet studi kasus: PD. BPR BKK Purwokerto Utara Cabang Banyumas. Variabel dependen yaitu kredit macet, sedangkan variabel independen yaitu jangka waktu, suku bunga kredit, dan jaminan kredit. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, umumnya berupa bukti, catatan atau laporan yang tersusun dalam arsip. Teknik analisis data menggunakan analisis ANOVA, analisis regresi linier berganda. Dari hasil penelitian diketahui bahwa secara simultan jangka waktu, suku bunga, dan jaminan kredit berpengaruh terhadap besarnya kredit macet, namun secara parsial yang berpengaruh terhadap kredit macet hanya suku bunga dan jaminan kredit, sedangkan jangka waktu tidak berpengaruh terhadap besarnya kredit macet. Poetry dan Sanrego (2011), meneliti tentang pengaruh variabel makro dan mikro terhadap NPL perbankan konvensional dan NPF perbankan syariah. Dalam penelitiannya digunakan inflasi, SBI, kurs, indeks produk industri, LDR, dan CAR sebagai variabel independen sedangkan NPL dan NPF sebagai variabel dependen. Model penelitian menggunakan regersi berganda, SAM PARH, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pada perbankan konvensional variabel yang berkontribusi terbesar terhadap NPL adalah kondisi makro ekonomi, sedangkan pada perbankan syariah, variabel

19 yang berkontribusi terbesar terhadap NPF adalah kondisi internal perbankan syariah itu sendiri. Darussalam (2013), meneliti tentang faktor-faktor penyebab kredit bermasalah di PT. Bank Sulut cabang Manado. Dalam penelitiannya digunakan 24 variabel independen, termasuk suku bunga pinjaman dan jangka waktu pinjaman. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analisis faktor. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer melalui wawancara, kuisioner, dan observasi serta data sekunder dari catatan laporan perusahaan, studi perpustakaan, dan internet. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nasabah PT Bank Sulut Cabang Utama Manado yang bermasalah dalam kredit periode Januari sampai dengan Mei 2013. Nasabah kredit bermasalah periode tersebut berjumlah 135 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampel yang dipakai sebanyak 30 orang. Hasil pengolahan data melalui analisis faktor diperoleh 8 faktor yang mewakili ke-24 variabel yang dianalisis, yaitu variabel jangka waktu, suku bunga kredit, dan jumlah kredit debitur berkontibusi 21,178%, variabel kelemahan petugas bank, kerja petugas bank kurang efektif, dan kekurangmampuan petugas bank dalam mengelola kredit berkontibusi sebesar 13,225%, variabel investasi yang dimiliki debitur, usaha yang dikelola debitur, dan itikad tidak baik dari debitur berkontribusi 12,207%, variabel masa kerja debitur dan pangkat/ golongan debitur dalam pekerjaan berkontribusi 10,393%, variabel gaya hidup yang dijalani debitur dan kualitas fisik debitur berkontribusi 7,496%, Keluarga yang ditanggung debitur dan kredit lain yang dimiliki debitur berkontribusi 5,178%, krisis ekonomi berkontribusi 5,016%,

20 ketidakjujuran debitur dalam penggunaan kredit berkontribusi 4,334%. Dari hasil penelitian ini faktor yang paling signifikan sebagai penyebab menunggaknya kredit debitur yakni faktor suku bunga. Soebagio (2005), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi NPL di bank umum komersial. Menggunakan variabel independen makro ( kurs, inflasi, dan GDP) dan mikro (CAR, KAP, tingkat suku bunga pinjaman, dan LDR). Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik, serta uji f dan uji t. Hasil penelitian variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap NPL adalah kurs, inflasi, CAR, KAP, tingkat suku bunga pinjaman, dan LDR. Sedangkan yang tidak berpengaruh adalah GDP.