BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 : PENDAHULUAN. lebih. Kondisi ini dikenal sebagai masalah gizi ganda yang dapat dialami oleh anakanak,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai akibat dari kecenderungan pasar global, telah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. adalah kesejahteraan rakyat yang terus meningkat dan ditunjukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik. adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sugondo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan atau obesitas selalu berhubungan dengan kesakitan dan

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi yang selalu meningkat setiap tahun, baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. tetapi kurang serat (Suyono dalam Andriyani, 2010). Ketidakseimbangan antara

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dianggap masalah oleh semua orang. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas dan overweight terjadi jika individu

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

dan rendah serat yang menyebabkan pola makan yang tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi energi pada kelompok umur 56 tahun ke atas yang. mengkonsumsinya di bawah kebutuhan minimal di provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dekade terakhir. Overweight dan obesitas menjadi masalah kesehatan serius

BAB I PENDAHULUAN. anak dan remaja saat ini sejajar dengan orang dewasa (WHO, 2013). Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, dislipidemia, dan

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maju dan negara berkembang. Setiap tahun prevalensi obesitas selalu

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dalam dekade pertama kehidupan. Masa remaja merupakan jembatan

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sepuluh tahun terakhir, obesitas menjadi. masalah global (WHO, 2015). Prevalensi obesitas didunia

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan adanya pubertas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya berbagai perubahan dalam kehidupan. Salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. (Mahardikawati & Roosita 2008). Menurut Kartasapoetra 2002 (dalam. Riwu 2011), aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. dan orang-orang terdekat,mudah mengikuti alur zaman seperti mode dan trend

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang baik dan setinggi-tingginya merupakan suatu hak yang fundamental

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah gizi kurang, berkaitan dengan penyakit infeksi dan negara maju

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gizi lebih adalah masalah gizi di negara maju, yang juga mulai terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini, masalah kegemukan ( overweigth dan obesitas) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB 1 PENDAHULUAN. akan menjadikan masyarakat Indonesia untuk dapat hidup dalam lingkungan sehat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kegemukan bukanlah hal baru dalam masyarakat kita, bahkan 20 tahun yang lalu kegemukan merupakan kebanggaan dan lambang kemakmuran. Bentuk tubuh yang gemuk merupakan mode bagi pejabat atau eksekutif. Namun pandangan itu sekarang mulai berubah, setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit degeneratif, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995). Istilah Obesitas dan overweight sering digunakan untuk menyatakan adanya kelebihan berat badan, akan tetapi sesungguhnya Obesitas dan Overweight memiliki arti yang berbeda. Obesitas (Kegemukan) adalah ketidakseimbangan antara jumlah makanan yang masuk dibandingkan dengan pengeluaran energi oleh tubuh. Orang yang kegemukan memiliki berat badan yang berlebihan yang diakibatkan oleh penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Wikipedia : 2011). Sedangkan Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan berat ideal yang terjadi akibat penimbunan jaringan lemak atau non lemak meliputi otot, tulang, lemak dan air (Indonesian Nutrition Network : 2005). Secara umum Obesitas adalah kelebihan berat badan yang jauh melebihi berat badan normal. Obesitas atau kegemukan merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh setiap orang khususnya kaum wanita. Menurut (Soegondo : 2002) 1

Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks dari pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikontrol oleh faktor-faktor biologis yang spesifik. Seseorang yang memiliki berat badan 20 % lebih tinggi dari berat badannya yang normal dianggap mengalami Obesitas. Wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria, dimana perbandingan yang normal antara lemak tubuh dan berat badan adalah sekitar 25-30% bagi wanita dan 18-23 % pada pria. Seseorang dikatakan Obesitas apabila lemak pada tubuhnya lebih dari 30 % dan pria memiliki lemak lebih 25 % (Wikipedia : 2007). Peneliti medis memiliki metode yang lebih seksama untuk mengklasifikasikan kegemukan dan obesitas. Salah satunya sistem klasifikasi yang paling umum dikenal adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) (Robert : 2010). Berdasarkan World Health Organization (WHO) seseorang dikatakan pre-obesitas jika hasil IMT sebesar 25,0-29,9, sedangkan seseorang dapat dikatakan obesitas jika hasil IMT-nya sebesar 30,0. Berdasarkan data epidemiologi tahun 1990 mengenai prevalensi kegemukan dan Obesitas dibeberapa negara maju seperti Amerika, hasilnya cukup mengejutkan ternyata 25-40% prevalensi kelebihan berat badan (Overweight) dan kegemukan (Obesitas) lebih banyak terdapat pada pria dibandingkan wanita (Anita, 1995). Prevalensi Obesitas secara global di abad 20 ini jauh lebih tinggi daripada sebelumnya. Pada tahun 1997, WHO mengumumkan obesitas sebagai penyakit yang diderita sedunia. Di 2

Amerika, Obesitas meningkat 31 % selam 10 tahun walaupun pada saat yang bersamaan total kalori yang dikonsumsi telah menurun. Konsumsi lemak menurun 11 % dan konsumsi rendah lemak meningkat 19 % menjadi 76 % (Tropicanaslim : 2010). Di Indonesia, angka kejadian Obesitas terus meningkat, hal ini disebabkan perubahan pola makan serta pandangan masyarakat yang keliru bahwa sehat adalah identik dengan gemuk (Soetjiningsih : 1998). Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2007, di Indonesia prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk berusia 15 tahun adalah 18,8 %, dengan prevalensi laki-laki 13,9 %, sedangkan perempuan 23,8 %, serta prevalensi obesitas berdasarkan IMT (10,3 %) (Depkes, 2007). Beberapa penyebab terjadinya obesitas adalah asupan makan yang berlebihan tetapi aktifitas kurang, faktor genetik, kebiasaan makan, perubahan pola makan seiring dengan bertambahnya usia, perilaku, dan rendahnya Basal Metabolisme Rate (Geetruida : 2005). Pola makan berlebihan cenderung dimiliki oleh orang yang kegemukan. Orang yang kegemukan biasanya lebih responsif dibanding dengan orang yang memiliki berat badan normal terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau saatnya waktu makan. Mereka cenderung makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan pada saat ia lapar. Pola makan yang berlebihan inilah yang menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kegemukan apabila tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk mengurangi berat badan (Wikipedia : 2010). 3

Peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat tertentu, terutama diperkotaan menyebabkan perubahan dalam gaya hidup, terutama pola makan. Pola makan tradisional yang tadinya tinggi karbohidrat, rendah serat kasar dan tinggi lemak sehingga menggeser mutu makanan kearah tidak seimbang. Perubahan pola makan ini dipercepat oleh makin kuatnya arus budaya makanan asing yang disebabkan oleh kemajuan teknologi informasi dan globalisasi ekonomi. Disamping itu perbaikan ekonomi menyebabkan berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu. Perubahan pola makan dan aktifitas fisik ini berakibat semakin banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih berupa kegemukan dan obesitas (Sunita, 2002). Menurut Ramadhan (2009) Bila pola makannya berlebihan atau tidak seimbang, maka kemungkinan mengalami obesitas akan lebih besar. Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas (Wikipedia : 2010). Menurut penelitian (Luthfiana : 2006) Pola makan remaja termasuk kategori baik sebesar 71,44%, aktifitas fisik termasuk jenis aktifitas ringan sebesar 77,28% dan obesitas remaja sebesar 50,66%. Hasil analisis dengan korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola 4

makan dengan obesitas dan ada hubungan antara aktifitas fisik dengan obesitas. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso bagian Poli MCU menyebutkan bahwa hasil medical chek up karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso pada tahun 2010 didapatkan karyawan yang memliki status gizi lebih (Obesitas) dengan IMT > 27 sebanyak 27,13%. Melihat uraian di atas maka peneliti ingin melihat hubungan antara asupan zat gizi, aktifitas fisik dan obesitas pada karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR. Sulianti Saroso Jakarta Utara. 1.2 Identifikasi Masalah Variabel independen adalah asupan zat gizi dan tingkat aktifitas fisik pada karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso. Sedangkan variabel dependen adalah obesitas pada karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso. 1.3 Pembatasan Masalah Berkaitan dengan keterbatasan waktu, biaya, tenaga, penulis membatasi penelitian ini pada asupan zat gizi yang dilihat energi, protein, lemak, karbohidrat, frekuensi makan dan tingkat aktifitas. 1.4 Perumusan Masalah Apakah ada hubungan antara asupan zat gizi, aktifitas fisik dan obesitas pada karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso Jakarta Utara. 5

1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi, aktifitas fisik dan obesitas pada karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso Jakarta Utara. 1.5.2 Tujuan Khusus 1.5.2.1 Mengidentifikasi gambaran karakteristik karyawan yang obesitas di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso Jakarta Utara. 1.5.2.2 Mengidentifikasi asupan zat gizi karyawan yang obesitas di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso Jakarta Utara. 1.5.2.3 Mengidentifikasi aktifitas fisik karyawan yang obesitas Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR.Sulianti Saroso Jakarta Utara. 1.5.2.4 Menganalisis hubungan antara asupan zat gizi dan obesitas pada karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR.Sulianti Saroso Jakarta Utara. 1.5.2.5 Menganalisis hubungan antara aktifitas fisik dan obesitas pada karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Jakarta Utara. 6

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Program Kesehatan Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pembinaan dan pelatihan serta prioritas program dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat dalam menanggulangi kasus obesitas di masyarakat, khususnya pada orang dewasa. 1.6.2 Bagi karyawan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. DR. Sulianti Saroso Jakarta Utara Penelitian ini bermanfaat sebagai masukan terhadap resiko dari kejadian obesitas. 1.6.3 Bagi Ilmu Pengetahuan Menambah kajian baru ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan dan dapat digunakan sebagai bahan pembuatan penelitian selanjutnya. 1.6.4 Bagi Penulis Penulis dapat mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama dibangku kuliah dalam kehidupan yang nyata ditengah-tengah masyarakat. 1.6.5 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan atau sumber rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 7