BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktif mengungkapkan gagasan dan ide-ide secara individual maupun kelompok.

BAB li KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian efektivitas pembelajaran

15. Metode Discovery

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Model Pembelajaran. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional menurut Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dedi Supriadi, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pembangunan di setiap negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. unggul dalam persaingan global. Pendidikan adalah tugas negara yang paling

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar. menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB I PENDAHULUAN. dasar manusia. Pendidikan pada masa kini merupakan hal pokok yang wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

II. TINJAUAN PUSTAKA. konstruktivis (constructivist theorist of learning). Konstruktivisme merupakan

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORITIS

Kata Kunci: Metode Group Investigation (GI), hasil belajar siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. dengan guru, siswa dengan lingkungan, dan siswa dengan sesamanya serta siswa. dan penyampaian (media informasi pendidikan) yang tepat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan perubahan Kurikulum 2013 merupakan sebuah ikhtiar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

Belajar adalah perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tentang. pengertian belajar itu sendiri sudah banyak dikemukaan oleh para ahli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

Eges, Pengaruh Pemahaman Konsep IPA Melalui Pendekatan Diskoveri Terbimbing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. tindakan sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan. hubungan kemanusiaan melalui peranan-peranan individu di dalamnya

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. IDENTIFIKASI MASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Model Guided Discovery Learning a. Pengertian Guided Discovery Learning Menurut Newhall J (dalam Eggen P, 2012, h.177) model pembelajaran guided discovery learning (temuan terbimbing) adalah satu pendekatan mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut. Model ini efektif untuk mendorong keterlibatan dan motivasi siswa seraya membantu mereka mendapatkan pemahaman mendalam tentang topik-topik yang jelas. Oleh karena itu, guided discovery learning mampu membuat siswa aktif di dalam pembelajaran dan juga siswa mampu mengembangkan pengetahuannya terhadap topik dan bahasan di dalam materi pembelajaran. b. Tujuan Penggunaan Guided Discovery Learning Menurut Eggen P (2012, h.182), tujuan belajar menggunakan guided discovery learning adalah supaya siswa mampu mengidentifikasi karakteristik-karakteristik konsep ini. Dan di dalam setiap generalisasi, tujuan belajarnya adalah supaya siswa mampu menggambarkan hubungan antara konsep-konsep di dalam generalisasi. Jadi, tujuan disini merupakan konsep dimana siswa diharapkan mampu menggambarkan hubungan antara generalisasi materi pokok pembelajaran 9

10 yang diberikan oleh guru untuk di identifikasi sedemikian rupa guna mendapatkan hasil yang maksimal. c. Langkah-Langkah Pembelajaran Guided Discovery Learning Langkah-langkah pembelajaran yang tepat sangat menentukan keberhasilan suatu model pembelajaran. Menurut Suryosubroto (dalam Anindya Mirza, 2015, h.37), langkah-langkah penerapan model pembelajaran penemuan adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi kebutuhan siswa. 2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian konsep dan generalisasi yang akan dipelajari. 3) Seleksi bahan, dan masalah atau tugas-tugas. 4) Membantu memperjelas a. Tugas/masalah yang akan dipelajari. b. Peranan masing-masing siswa. 5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa. 7) Memberi kesempata pada siswa untuk melakuka penemuan. 8) Membantu siswa dengan informasi/data, jika diperlukan oleh siswa. 9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengindentifikasikasi proses. 10) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa. 11) Memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan. 12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas penemuannya. Jadi, di dalam langkah pembelajaran disini merupakan tahapan yang dilakukan dari mulai awal pembelajaran untuk mengetahui kebutuhan siswa sampai dengan merumuskan atau mempersentasekan hasil yang didapatkan oleh siswa.

11 d. Kelebihan Penerapan Guided Discovery Learning Setiap model pembelajaran pasti tidak ada yang sempurna, begitupun dengan mode pembelajaran guided discovery learning. Model pembelajaran guided discovery learning mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan sehingga perlu adaya pemahaman dalam melaksanakan model pembelajaran tersebut. Suryosubroto (dalam Anindya Mirza, 2015, h.40) memaparkan beberapa kelebihan model pembelajaran penemuan sebagai berikut: 1) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan keterampilan dan proses kognitif siswa. 2) Pengetahuan diperoleh strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian, refensi dan transfer. 3) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikan, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan. 4) Model ini memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuan sendiri. 5) Model ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya, sehingga ia lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar. 6) Model ini dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan. 7) Strategi ini bepusat pada anak, misalnya memberi kesempatan kepada mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide. 8) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme dan sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak. Jadi, kesimpulan dari kelebihan guided discovery learning ialah siswa dapat mengembangkan dan memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan siswa di dalam hasil temuannya dan juga siswa mendapat kesempatanya untuk berpartisipasi di dalam pembelajaran.

12 e. Kekurangan Guided Discovery Learning Selain mempuyai kelebihan model pembelajaran penemuan juga memiliki beberapa kekurangan. Menurut Suryosubroto (dalam Anindya Mirza, 2015, h.42), kekurangan model pembelajaran penemuan sebagai berikut : 1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. 2) Model ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. 3) Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional. 4) Mengajar dengan penemuan mingkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian yang kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan keterampilan. 5) Dalam beberapa ilmu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide mungkin tidak ada. 6) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti. Jadi, untuk kekurangan di dalam guided discovery learning yaitu mental siswa yang mungkin kurang untuk pembelajaran karena sudah terbiasa menggunakan cara pembelajaran secara tradisional atau konvensional di setiap pembelajaran di kelas. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Menurut Susanto (2012, h.5) Hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi ada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

13 Jadi, kesimpulan dari pengertian hasil belajar disini yaitu menyangkut 3 aspek yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar antara lain kognitif, afektif, dan psikomotor. b. Komponen Penilaian Hasil Belajar Menurut Bloom (dalam Sudjana Nana 2013, h.22), klasifikasi hasil belajar secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah aftektif dan ranah psikomotor. 1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. 2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. 3) Ranah Psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharonisan atau etepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Jadi, kesimpulan dari komponen hasil belajar disini mencakup 3 ranah yang sangat penting dan juga menjadi tolak ukur di dalam suatu pembelajaran bagi siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal di dalam pembelajarannya.

14 B. Hasil Penelitian Terdahulu Yang Sesuai Dengan Penelitian Tabel 2.1 NNama Judul Tempat Pendekatan & Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan No Peneliti / Tahun Penelitian Analisis 1. Anindya Mirza Pangestika / 2015 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN GUIDED DISCOVERY LEARNING PADA SMA NEGERI 3 SLAWI KABUPATEN TEGAL Eksperimen Model pembeljaran guided discovery learning mampu meningkatkan hasil belajar siswa dan Model Learning Disovery Tahun dibuat MATA PELAJARAN EKONOMI MATERI POKOK MANAJEMEN TERHADAP lebih efektif meningkatkan hasil belajar dan melatih kemandirian belajar siswa pada HASIL BELAJAR DAN KEMANDIRIAN pokok bahasan manajemen BELAJAR SISWA KELAS X IIS

15 2Siti Mutoharoh / PENGARUH SMAN 72 Jakarta Kuasi Eksperimen Berdasarkan hasil Hasil Belajar Mata Pelajaran 2. 2011 MODEL GUIDED DISCOVERY Utara penelitian yang dilakukan di SMAN 72 LEARNING Jakarta Utara, TERHADAP diperoleh perhitungan HASIL BERLAAR rata-rata hasil belajar SISWA PADA kelas XI IPA 1 (kelas LAJU REAKSI eksperimen) dengan penerapan model pembelajaran guided discovery learning sebesar 72,8 dan ratarata hasil belajar kelas XI IPA 2 (kelas kontrol) dengan penerapan model pembelajaran konvensional sebesar 54,86

16 3Rina Khabibah / PENGARUH SMA 9 Tanggerang Kuasi Eksperimen Adanya perubahan hasil Model Discovery Kelas yang diteliti 3. 2014 MODEL GUIDED DISCOVERY Selatan belajar pada konsep gerak melingkar Learning LEARNING beraturan diperoleh TERHADAP niai rata-rata kelompok HASIL BELAJAR kontrol pretest 29,5 SISWA SMA dan posttest 68,8, PADA KONSEP sedangkan nilai rata- GERAK rata kelompok MELINGKAR eksperimen pretest BERATURAN 30,7 dan posttest 75,9

17 C. Kerangka Pemikiran Didalam suatu pembelajaran, hasil belajar sangatlah ditentukan dari proses belajar mengajar, dimana belajar merupakan perubahan seseorang yang mulanya tidak tahu menjadi tahu dan juga meningkatkan perkembangan pengetahuan siswa. Perubahan yang terjadi akibat belajar sering dinyatakan dalam hasil belajar di sekolah, hasil belajar adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru terhadap perembangan kemajuan siswa dilihat dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Pada umumnya tujuan pendidikan dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Ada tiga faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, faktor ekstern adalah fator yang berasal dari luar lingkungan siswa, dan faktor pendekatan belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Syah Muhibbin (2010, h.130) mengemukakan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi hasil belajar : 1. Faktor-Faktor Intern a. Aspek Fisiologis, yaitu kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot). b. Aspek Psikologis, yaitu aspek yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa 5) motivasi siswa 2. Faktor Eksternal Siswa a. Lingkungan siswa, seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

18 b. Lingkungan nonsosial, seperti gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuacu dan waktu belajar yang digunakan siswa. 3. Faktor Pendekatan Belajar Faktor ini dapat dipahami keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Dari pernyataan tersebut di atas menjelaskan bahwa salah satu yang mempengaruhi adalah pendekatan belajar, sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan. Menurut Hattie (dalam Eggen P, 2012, h.5), selain keluarga pengajaran yang baik adalah faktor terpenting dalam pembelajaran siswa. Pengajaran yang baik itu lebih penting daripada kurikulum, pengatuan ruang kelas, rekan sebaya, pendanaan, ukuran sekolah dan kelas dan kepala sekolah. Ada banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar, salah satu metode yang diharapkan mampu merangsang pemikiran dan keaktifan siswa terhadap pembahasan suatu materi adalah model guided discovery learning. Ketika model pembelajaran ini diterapkan dalam suatu proses pembelajaran, maka penekanannya ditujukan kepada siswa karena dalam model ini siswa dituntut aktif dalam pembelajarannya. Model guided discovery dapat mempengaruhi hasil belajar siwa karena dalam model pembelajaran ini guru hanya sebagai pengarah dalam pemasalah yang harus ditemukan dan dicari oleh siswa untuk memecahkan masalah yang telah diberikan. Didalam model pembelajaran ini perserta didik diharapkan mampu mengembangkan pemikirannya.

19 Langkah langkah pembelajaran dengan mengginakan guided discovery learning materi pokok perpajakan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pre-test Pre-test d i b a n d i n g k a n Nilai Awal Hasil Belajar Penerapan model pembelajaran guided discovery learning Post-test Nilai Akhir Hasil Belajar Nilai Awal Hasil Belajar Penerapan model pembelajaran konvensional Post-test Nilai Akhir Hasil Belajar dibandingkan Ada perbedaan hasil belajar dan kemandirian belajar yang diperleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibandingkan KKM Gambar 2.1 Langkah- langkah pembelajaran Guided Discovery Learning

20 Berdasarkan paparan tersebut, dalam penelitian ini hubungan antar variabel penelitian dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Bebas (X) Model Guided Discovery Learning Variabel Terikat (Y) Hasil Belajar Keterangan : Gambar 2.2 Pengaruh Model Guided Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar X Y = Model pembelajaran guided discovery learning = Hasil belajar siswa = Pengaruh D. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Asumsi dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Model pembelajaran yang digunakan yaitu guided discovery learning mempunyai pengaruh dalam meningkatkan hasil belajar. b. Siswa dianggap akan terampil didalam suatu pembelajaran saat dikelas, guru memberikan suatu permasalah untuk siswa, dan siswa dituntut untuk menemukan suatu permasalahan tersebut. c. Guru ekonomi dianggap mampu mengembangkan suatu pembelajaran dan juga memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menerapkan model guided discovery learning. d. Fasilitas dianggap memadai dalam pembelajaran di kelas.

21 2. Hipotesis Menurut Arikunto Suharsimi (2013, h.110), hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Jadi hipotesis atau jawaban sementara untuk penelitian ini adalah terdapat perubahan hasil belajar setelah menerapkan model pembelajaran guided discovery learning pada mata pelajaran ekonomi di kelas XI IIS 4 SMAN 18 Bandung