PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITALIA PADA SISWI KELAS XI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: ANGGUN PUTRI PERTIWI

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan perasaan kesegaran serta mencegah timbulnya penyakit akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

VOLUME 1 NO. 2 (JULI DESEMBER 2016) P-ISSN: E-ISSN:

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS X TENTANG MENSTRUASI DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MEANTRUASI DI SMKN 02 BANGKALAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KELAS X DI SMA N 1 GAMPING NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGETAHUAN REMAJA TENTANG MANDI BESAR PADA SISWI SMA 7 MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

PEMBERIAN PENYULUHAN TERHADAP PERILAKU MERAWAT ORGAN GENITAL PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN NANGGULAN GADINGSARI SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2014

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan sosial. Sebagian besar masyarakat memandang sebelah mata

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

The 7 th University Research Colloqium 2018 STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SADARI KELAS X DI SMAN 1 SEDAYU BANTUL

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

PENGETAHUAN TENTANG HYGIENE GENETALIA EKSTERNA SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA DI DESA MINGGIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan reproduksi (kespro) merupakan masalah vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.1. Januari 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERAN ORANG TUA TERHADAP PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI WANITA PADA SISWI SMP NASIONAL BANTUL DIY TAHUN 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL SISWI KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH PLUS GUNUNGPRING MUNTILAN MAGELANG

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI USIA DINI TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS V SD MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2012

Transkripsi:

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Wiwin Widia Astuti 201510104060 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA Wiwin Widia Astuti 2, Eka Fitriyanti 3 INTISARI Latar Belakang: Berdasarkan data statistik Indonesia 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja perempuan yang berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat seperti saat mengalami menstruasi mengganti pembalut harus menunggu penuh (Magfiroh, 2010). Akibatnya, mampu menyebabkan infeksi pada organ genetalia. Tujuan: Untuk memngetahui pengaruh penyuluhan personal hygiene terhadap persepsi menjaga kebersihan organ genetalia pada siswi SMA Muhammadiyah 7 yogyakarta Metode Penelitian: Desain penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan one group pretest posttest design. Responden penelitian adalah siswa perempuan kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta berjumlah 54 orang. Pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan tehnik purposive sampling sebanyak 48 siswi. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Analisis statistik yang digunakan menggunakan Mann-Whitney. Hasil: Persepsi menjaga kebersihan organ genitalia pada siswi SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta sebelum penyuluhan 19 orang (39,6%) berpersepsi baik, 27(56,3%) orang berpersepsi cukup dan 2 (4,2%) orang berpersepsi kurang. Setelah dilakukan penyuluhan menjadi 46 (95,8%) orang berpersepsi baik dan 2 (4,2%) cukup. Hasil analisis didapatkan nilai (pvalue = 0,000) yang lebih kecil dari 0,05, sehingga ada pengaruh persepsi menjaga kebersihan organ genitalia sebelum dan setelah diberikan penyuluhan personal hygiene. Simpulan: Ada pengaruh penyuluhan personal hygiene terhadap persepsi menjaga kebersihan organ genetalia Saran: Setelah diberikan penyuluhan mengenai menjaga kebersihan organ genetalia diharapkan dapat membentuk konsep diri yang baik diikuti perubahan perilaku yang baik. Kata Kunci : Pengaruh Penyuluhan, persepsi, siswa kelas X Kepustakaan : 24 buku, 1 jurnal, 4 website, 5 Skripsi Jumlah Halaman : i-xi halaman, 67 halaman, 2 gambar 1 Judul skripsi 2 MahasiswaProgram Studi Bidan Pendidik Jnjang Diploma IV Fakultas Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta 3 Dosen Fakultas Ilmu Kesehatam Aisyiyah Yogyakarta

PENDAHULUAN Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Melihat hal itu personal hygiene diartikan hygiene perorangan yang mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan organ intim. Perawatan area genetal sangat jarang dilakukan dan dibicarakan khususnya oleh masyarakat Indonesia karena terkesan tabu. Perawatan kebersihan yang dibicarakan biasannya hanya menyangkut hal umum saja, sedangkan untuk kesehatan alat reproduksi sangat jarang didapatkan karena kurang nyaman untuk dibicarakan. Hal ini terjadi karena menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, jika hal tersebut kurang diperhatikan dapat mempengaruhi kesehatan secara umum terutama pada wanita usia subur (Basoa, 2012). Kasus kanker serviks semakin meningkat setiap tahunya di Indonesia. Hasil penelitian di RSUP Dr.Kariadi menyebutkan 87,10% memiliki personal higiene yang kurang baik dan kejadian kanker serviks stadium III yaitu 58,1%. Peneliti tersebut menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang segnifikan antara kanker serviiks dengan personal higiene genetalia yang kurang baik (Fitriyani, 2012). Masalah kesehatan reproduksi lain yang sering dialami wanita adalah keputihan. Keputihan merupakan keluarnya cairan dari vagina. Keputihan normal terjadi pada saat menjelang, sesudah, atau ditengah-tengah siklus menstruasi. Keputihan abnormal jumlahnya sangat banyak, berwarna, berbau, dan disertai keluhan-keluhan seperti gatal, nyeri, terjadi pembengkakan, panas, dan pedih ketika buang air kecil, serta nyeri perut bagian bawah (Fitri, 2006). Jumlah wanita di dunia yang pernah mngalami keputihan sekitar 75%, sedangkan wanita Eropa yang mengalami keputihan sebesar 25% (WHO, 2010). Di indonesia sebanyak 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali dalam hidupnya dan 45% diantaranya mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih. Berdasarkan data statistik Indonesia 2008 dari 43,3 juta jiwa remaja perempuan yang berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat seperti saat mengalami menstruasi mengganti pembalut harus menunggu penuh (Magfiroh, 2010). Hal itu membuktikan bahwa perawatan organ-organ reproduksi sangat penting. Jika tidak dirawat dengan baik, mampu menyebabkan penyakit infeksi berupa trikomoniasis, vaginosis bacterial, kandidiasis, vulvo vaginitis, gonore, klamidia, sifilis, infertilitas, gangguan menstruasi endometriosis, penyakit radang panggul, kanker genetalia, kanker vagina, knker serviks, dan kanker ovarium (Marianti dan Septikasari, 2009). Upaya-upaya kesehatan reproduksi remaja yang perlu dilakukan adalah pemberian informasi kesehatan reproduksi dalam berbagai bentuk sedini mungkin pada seluruh sekmen remaja, baik diperkotaan maupun dipedesaan. Pemberian informasi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan yang pada gilirannya mampu memberika pilihan kepada remaja untuk bertindak secara bertanggung jawab, baik kepada dirinya maupun keluarga dan masyarakat (Puspitaningrum, 2012). Pendidikan kesehatan reproduksi penting bagi remaja agar mereka mendapatkan informasi yang benar dan akurat mengenai masalah kesehatan reproduksi. Oleh karena itu perlu lebih sering diadakan kegiatan yang melibatkan remaja terutama dalam melakukan penyuluhan serta pendidikan kesehatan reproduksi. Dengan demikian remaja tidak perlu mencari tahu sendiri informasi mengenai masalah kesehatan reproduksi yang terkadang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (Suryati, 2012). Minimnya pengetahuan dan

informasi kesehatan reproduksi sering menjadi persoalan bagi remaja seperti ketidaktahuan cara menjaga organ genetalia sehingga remaja cenderung akan berperilaku yang buruk (BKKBN, 2008). Masalah kesehatan reproduksi remaja juga menjadi tanggung jawab bidan. Bidan dianggap sebagai perantara informasi pendidikan yang mampu membuat perbedaan penting pada cara klien serta masyarakat mengatasi masalahnya dan mendapat manfaat untuk pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Tanggung jawab bidan dalam memberikan perawatan kepada konsumen dapat dipenuhi, sebagian melalui pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pengajaran dan pembelajaran yang baik. Kunci untuk memberikan pendidikan yang efektif bagi klien adalah perhatian dan komitmen sabagai bidan yang konsisten yang perannya sebagai pendidik. Berdasarkan studi pendahuluan di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta yang dilakukan pada bulan Maret 2016 dan mewawancarai 20 siswi didapatkan hasil 90% siswi penah mengalami keputihan fisiologis, 10% siswi mengalami keputihan dengan rasa gatal dan berwarna coklat. Siswi-siswi tersebut juga mengatakan belum pernah diadakan penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi disekolah sehingga banyak diantara mereka yang kurang mengetahui perilaku yang baik dalam menjaga organ genetalianya. METODE Desain penelitian ini menggunakan rancangan quasi eksperiment dengan one group pretest posttest design. Responden penelitian adalah siswa perempuan kelas X SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta berjumlah 54 orang. Pengambilan sampel menggunakan non probability sampling dengan tehnik purposive sampling sebanyak 48 siswi. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup. Analisis statistik yang digunakan menggunakan Mann-Whitney. HASIL Hasil distribusi frekuensi persepsi menjaga kebersihan organ genitalia sebelum maupun setelah penyuluhan disajikan pada tabel berikut ini: Tabel 1 Distribusi Frekuensi Persepsi Sebelum Penyuluhan No Persepsi Frekuensi (f) Persentase (%) (pretest) 1 Baik 19 39,6 2 Cukup 27 56,3 3 Kurang 2 4,2 Jumlah 48 100 Sumber: Data Primer 2016 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Persepsi Setelah Penyuluhan No Persepsi Frekuensi (f) Persentase (%) (posttest) 1 Baik 46 95,8 2 Cukup 2 4,2 3 Kurang 0 0 Jumlah 48 100 Sumber: Data Primer 2016 Pada tabel 1 hasil pretest diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai persepsi menjaga kebersihan organ genitalia dalam kategori cukup yaitu sebanyak 27 orang (56,3%), sedangkan Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas persepsi menjaga

kebersihan organ genitalia dari responden setelah diberikan penyuluhan personal hygiene termasuk dalam kategori baik yaitu sebanyak 46 orang (95,8%). Analisis perbedaan persepsi menjaga kebersihan organ genitalia sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan personal hygiene dalam penelitian ini menggunakan uji bivariat. Hasil uji perbedaan persepsi menjaga kebersihan organ genitalia sebelum dan setelah diberikan penyuluhan personal hygiene menggunakan uji Mann-Whitney dapat dilihat dalam Tabel 3 sebagai berikut. Tabel 3 Hasil Uji Perbedaan Persepsi Menjaga Kebersihan Organ Genitalia pada siswi SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta Keterangan Z Score p value Pretest dan Posttest -5,854 0,000 Hasil uji Mann-Whitney seperti tercantum pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai probabilitas (p value = 0,000) yang lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara persepsi menjaga kebersihan organ genitalia sebelum dan setelah diberikan penyuluhan personal hygiene. PEMBAHASAN Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi serta melampirkan pesan. Penelitian ini mengukur persepsi menjaga kebersihan organ genitalia. Hasil pretest penelitian memperlihatkan bahwa persepsi menjaga kebersihan organ genitalia dari siswi SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta yang termasuk kategori baik sebanyak 19 orang (39,6%), kategori cukup sebanyak 27 orang (56,3%), dan kategori kurang sebanyak 2 orang (4,2%). Mayoritas persepsi cukup dari responden serta adanya sebagian kecil persepsi kurang cenderung disebabkan oleh pengetahuan siswi (responden) mengenai menjaga kebersihan organ. Pengetahuan atau wawasan sangat erat kaitannya dengan informasi yang diperoleh seseorang, artinya apabila seseorang memperoleh informasi yang lebih banyak dan lebih baik dari berbagai media misalnya televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu dapat meningkatkan pengetahuan seseorang sekaligus membentuk persepsi seseorang menjadi lebih baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin tinggi tingkat kecermatan seseorang terhadap objek persepsi (Walgito, 2010). Persepsi menjaga kebersihan organ genitalia yang dimiliki oleh siswi dapat diperbaiki atau ditingkatkan salah satunya dengan cara mengadakan kegiatan penyuluhan, karena pengertian dari kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebar pesan dan menambah keyakinan sehingga masyarakat menjadi tahu dan mengerti sekaligus juga mau dan bisa melakukan anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Machfoedz, 2008). Kegiatan penyuluhan merupakan salah satu kegiatan pendidikan. Kegiatan pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya, yang ditujukan untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu (Wawan, 2010). Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendidikan berupa penyuluhan dapat mempengaruhi cara pandang, artinya semakin baik kegiatan penyuluhan yang diadakan, maka cenderung semakin baik pula persepsi seseorang. Hasil posttest dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa adanya intervensi berupa penyuluhan personal hygiene dapat memberikan perubahan persepsi

mengenai cara menjaga kebersihan organ genitalia. Dari intervensi yang diberikan tersebut, para siswi menjadi lebih mengetahui tentang tujuan, manfaat serta berbagai macam cara untuk menjaga kebersihan organ genitalia dengan baik dan benar. Peningkatan pengetahuan yang diperoleh setelah mendapatkan penyuluhan personal hygiene tersebut berdampak positif pada persepsi siswi dalam menjaga kebersihan organ genitalia yang semakin baik dari sebelumnya. Hasil analisis data menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai probabilitas atau p value = 0,000 < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan personal hygiene terhadap persepsi menjaga kebersihan organ genitalia pada siswi SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Hasil uji posttest dalam penelitian ini menunjukkan kenaikan dibandingkan hasil pretest. Hasil penelitian sebelum diberikan penyuluhan personal hygiene (pretest) diperoleh persepsi cukup sebanyak 27 orang (56,3%), persepsi baik sebanyak 19 orang (39,6%), dan persepsi kurang sebanyak 2 orang (4,2%). Hasil uji posttest atau setelah diberikan penyuluhan personal hygiene memperlihatkan persepsi responden mengalami kenaikan yang signifikan menjadi persepsi baik sebanyak 46 orang (95,8%), persepsi cukup sebanyak 2 orang (4,2%), dan persepsi kurang tidak ada (0%). Sebagai upaya untuk menjaga kebersihan organ intim wanita diperlukan kesadaran untuk melakukan personal hygiene. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Salah satu cara untuk menanamkan kesadaran ialah menumbuhkan terlebih dahulu persepsi yang baik dalam menjaga kebersihan organ genitalia melalui kegiatan penyuluhan. Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan masyarakat salah satunya adalah faktor sasaran yang meliputi tingkat pendidikan sasaran yang tidak terlalu rendah, karena akan lebih mudah cara penangkapannya (materi) dan akan lebih sadar akan pentingnya penyuluhan tersebut baginya (Effendy, 2002). Dalam penelitian ini yang sesuai dengan hasil pretest dan posttest, peneliti menemukan bahwa adanya pengaruh dari penyuluhan terhadap perubahan persepsi siswi tentang menjaga kebersihan organ genitalia yang lebih baik berdasarkan hasil uji Mann-Whitney yang diperoleh nilai p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh penyuluhan personal hygiene terhadap persepsi menjaga kebersihan organ genitalia pada siswi SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. SIMPULAN Ada pengaruh penyuluhan personal hygiene terhadap persepsi menjaga kebersihan organ genitalia pada siswi SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta dengan nilai p value = 0,000 lebih kecil dari 0,05. SARAN 1. Bagi remaja siswi di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta Setelah diberikan penyuluhan mengenai menjaga kepersihan organ genetalia diharapkan dapat membentuk konsep diri yang baik diikuti perubahan perilaku yang baik. 2. Bagi kepala sekolah dan guru SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta. Perlu direncanakannya pemahaman materi mengenai reproduksi sehat dalam program bimbingan konseling, sehinggga dapat membantu siswi menyelsaikan permasalahan terkait kebersihan organ genetalia.

DAFTAR RUJUKAN Basoa, 2012. Kesehatan reproduksi panduan bagi perempuan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. BKKBN, 2008. Kesehatan Reproduksi Wanita. Available from http://ceria.bkkbn.go.iddiunduh 2 April 2016 Djarwanto, 2011. Fitri, A. 2006. Panduan Lengkap Kesehatan Wanita.Yogyakarta: Gala Ilmu Semesta. Fitriani,S. 2012. Promosi Kesehatan. Cetakab 1. Yogyakarta: Graha Ilmu Kumalasari, I, & Andyantoro, I (2012). Kesehatan Reproduksi.Untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta. Marianti dan Septikasari M. 2009. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika. Machfoedz, I. 2008. Statistika Non Parametrik. Yogyakarta: Fitra Maya. Manuaba,2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Arcan. Puspitaningrum, D. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi organ genetalia ekterna pada anak usia 10 sampai 11 tahun yang mengalami menasche dini di sekolah dasar kota semarang. Wawan, A(2010). Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:NuhaMedika