BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Plantae Di Kelas X SMAN Aceh Besar

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kritis sangat penting dimiliki oleh mahasiswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains sangat berkaitan erat dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Endro Widodo, 2014 Efektivitas pembelajaran berbasis praktikum pada uji zat makanan di kelas XI

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

I. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk. SMA (Sekolah Menengah Atas) dan MA (Madrasah Aliyah) diantaranya

2013 PENGARUH PENGGUNAAN PRAKTIKUM VIRTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA PADA KONSEP TUMBUHAN LUMUT DAN PAKU

I. PENDAHULUAN. Pendidikan berkualitas menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal ini melibatkan keterampilan dan penalaran. Untuk. untuk kreatif, percaya diri dan berfikir kritis.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat belajar IPA adalah sebagai produk dan sebagai proses, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

2015 PENGEMBANGAN ASSESMEN KINERJA UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI SISWA PADA KONSEP EKOSISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar, perlu menekankan adanya keterampilan proses

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Murni Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1. IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari tentang alam.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mengubah tingkah laku siswa agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. belajar dari teori kognitif (Efi, 2007). Pendidikan Biologi diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. membosankan dapat membuat siswa terdorong untuk belajar dan lebih

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Putri Siti Alhajjah, 2013

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh peserta didik (siswa) secara aktif dengan menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungannya. Struktur kognitif senantiasa akan berubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran siswa harus didorong secara aktif untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri serta bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya (Gasong, 2006). Kenyataan yang ditemui sehari-hari di kelas ialah bahwa seringkali guru melaksanakan pembelajaran secara tidak efektif. Guru menyajikan pembelajaran yang bertopang pada konsep yang abstrak dan sulit diterima siswa secara utuh dan mendalam, sehingga pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep yang diajarkan dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan tidak terapresiasi secara mendalam serta kurang mampu mengkomunikasikan. Pada umumnya selama ini yang terjadi siswa tidak terlibat aktif dalam proses belajar mengajar (PBM), sebagian besar waktu berlangsung PBM didominasi oleh guru dengan siswa yang bersifat pasif. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan suasana pembelajaran kurang interaktif, siswa secara pasif menunggu intruksi dari guru tentang apa-apa yang harus dipelajari, apa yang harus dilakukan, sehingga pada masyarakat umum muncul anggapan bahwa guru selalu benar (Kurniati, 2001:4).

2 Agar siswa belajar lebih aktif, guru perlu memunculkan strategi yang tepat dalam memotivasi siswa. Guru harus memfasilitasi siswa agar siswa mendapatkan informasi yang bermakna, sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri (Guntur, 2004). Salah satu pendekatan pembelajaran yang sejalan dengan hakikat konstruktivisme adalah pembelajaran berbasis praktikum. Pada pembelajaran berbasis praktikum, belajar lebih diarahkan pada experimental learning berdasarkan pengalaman konkrit, diskusi dengan teman yang selanjutnya akan diperoleh ide dan konsep baru. Belajar dipandang sebagai proses penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif dan refleksi serta interpretasi. Oleh karena itu, pembelajaran berbasis praktikum dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang dapat mendorong siswa belajar aktif untuk merekonstruksi kembali pemahaman konseptualnya (Gasong, 2006). Hal tersebut didukung oleh Salomon (Widodo & Vidia, 2006: 146) yang mengemukakan bahwa: melalui praktikum guru berharap anak akan lebih paham akan konsep yang dipelajari, terbangkitkannya motivasi untuk belajar sains, berkembang keterampilan sainsnya, dan tumbuh sikap ilmiahnya. Di pihak siswa, mereka juga bisa menikmati pengalaman-pengalaman baru untuk mengamati, mencoba, menggunakan alat, dan bereksperimen. Oleh karena itu kegiatan praktikum dalam pembelajaran biologi merupakan hal yang sangat penting. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pada mata pelajaran biologi terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa. Salah satu standar kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah memahami

3 manfaat keanekaragaman hayati. Diantara kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa adalah mendeskripsikan ciri-ciri divisio dalam Dunia Tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi (Depdiknas, 2006). Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut siswa dapat belajar memahami konsep Kingdom Plantae melalui kegiatan praktikum dan penerapan sikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Pada proses pembelajaran dalam setiap kegiatan siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dapat menuntun siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang ingin dicapai dalam pembelajaran konsep kingdom Plantae. Pada penelitian ini digunakan salah satu asesmen yaitu asesmen kinerja dalam pembelajaran berbasis praktikum. Performance assessment atau penilaian kinerja yang diterapkan dalam proses pembelajaran dapat mendorong siswa untuk menampilkan diri sebaik mungkin untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal. Siswa yang semula pasif, dituntut aktif dalam belajar karena seluruh aktivitas dalam pembelajaran dinilai oleh guru, sehingga secara tidak langsung penerapan penilaian kinerja dalam pembelajaran dapat mendorong keaktifan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran tersebut (Mulyana, 2005). Stiggins (1994) menyatakan bahwa performance assesment melibatkan siswa dalam aktivitas yang menunjukkan keterampilan-keterampilan tertentu dan atau menciptakan produk yang spesifik. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, performance assesment merupakan penilaian terhadap kinerja yang dapat berupa keterampilan tugas-tugas tertentu, dan hasil karya yang diciptakan. Weikart (Utomo, 1997) yang tertarik dengan bagaimana siswa berpikir dan bagaimana pikiran itu dapat tumbuh dan berkembang, menemukan bahwa

4 kemampuan berpikir siswa akan berkembang jika siswa melakukan pengamatan sendiri secara langsung. Dengan demikian siswa memiliki pengalaman konkrit dan abstrak sebagai suatu fakta yang pada saatnya nanti akan menjadi konsepkonsep yang dimiliki siswa. Dalam kaitannya dengan berpikir kritis, Schafersman (Halimatul dan Supriyanti, 2006) mengemukakan bahwa kegiatan praktikum merupakan wahana pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Ia mengemukakan bahwa science laboratory exercise are all excellent for teaching critical thinking. Rustaman (1996) juga mengemukakan bahwa kemampuan berpikir siswa dapat dikembangkan melalui kegiatan praktikum. Liliasari (2000) mengemukakan bahwa berpikir kritis terbukti mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan mengembangkan peserta didik sebagai individu berpotensi. Dengan demikian kemampuan berpikir kritis perlu dikembangkan dalam pembelajaran. Selain berpikir kritis pada materi Kingdom Plantae, dalam memecahkan setiap masalah siswa dituntut untuk melakukan kerja ilmiah dengan mengembangkan sikap ilmiah. Sikap ilmiah perlu dikembangkan dalam diri siswa karena hakikat pendidikan IPA adalah ilmu pengetahuan yang mencakup ranah, proses, produk dan sikap. Komponen sikap ilmiah meliputi: rasa ingin tahu tinggi, kritis, kreatif, rendah hati, skeptis, berpandangan terbuka, keinginan membantu orang lain, menggunakan pengetahuannya, mencintai lingkungan, dan berkeinginan untuk berpartisipasi aktif menyelesaikan masalah lingkungan serta

5 mengakui keteraturan alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Poejiadi, 2005: 19). Pengembangan sikap ilmiah yang merupakan hakikat IPA dapat dilatihkan melalui pembelajaran Kingdom Plantae dengan berbasis praktikum. Beberapa penelitian telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran berbasis praktikum, berpikir kritis dan sikap ilmiah, tapi belum ada dilakukan penelitian yang mengaitkan antara pembelajaran berbasis praktikum khususnya pada konsep kingdom plantae. Penelitian Linda (2009) tentang penggunaan praktikum konfrontatif untuk memfasilitasi peningkatan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa diperoleh hasil bahwa pembelajaran dengan praktikum konfrontatif dapat meningkatkan penguasaan konsep dan sikap ilmiah siswa kelas VII SMP. Penguasaan konsep kelas eksperimen yang menggunakan metode praktikum konfrontatif (42.9) berbeda signifikan dengan kelas kontrol (35.9) yang menggunakan metode praktikum biasa. Pembelajaran dengan praktikum konfrontatif memberikan kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan dan percobaan, melakukan interaksi dengan guru dan teman. Pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum konfrontatif memberikan pengaruh yang lebih baik dalam meningkatkan sikap ilmiah siswa. Hasil penelitian Jamaluddin (1997) mengenai pembelajaran konsep keanekaragaman hayati dengan pendekatan klasifikasi di sekolah menengah umum, menemukan bahwa pada pembelajaran konsep keanekaragaman hayati dengan pendekatan klasifikasi apabila sulit membawa siswa untuk mengamati objek nyata, maka pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan gambar

6 aneka jenis organisme. Ternyata hasil belajar siswa untuk konsep ini sangat memuaskan. Siswa berhasil dalam mempelajari konsep tersebut. Cara ini merupakan salah satu alternatif pembelajaran bila guru mengalami kesulitan dalam menggunakan objek nyata sebagai bahan pengajaran. Berkaitan dengan penilaian kinerja, Iskandar (1998) dalam penelitiannya tentang penerapan penilaian kinerja dalam kegiatan laboratorium pada konsep reproduksi tumbuhan biji di madrasah Aliyah, melaporkan bahwa dalam menerapkan penilaian kinerja guru masih mengalami hambatan berupa kesulitan dalam menilai kinerja siswa dengan banyaknya tugas yang harus dilakukan oleh siswa. Selain itu jumlah siswa yang banyak menyebabkan guru merasa kesulitan untuk mengamati aktivitas siswa satu persatu Agustina (2004) dalam penelitiannya tentang pembelajaran bioteknologi bermuatan nilai sains untuk meningkatkan berpikir kritis melaporkan bahwa pembelajaran bermuatan nilai sains dapat meningkatkan berpikir kritis siswa. Hasil menunjukkan pencapaian tertinggi pada berpikir kritis yaitu memilih alternatif dan terendah pada menyimpulkan. Prokop, et al., (2007) melakukan penelitian tentang sikap siswa terhadap pembelajaran Biologi, apakah biologi itu membosankan. Hasil menunjukkan bahwa pelajaran biologi itu menarik, tidak sulit, tetapi masih dianggap penting (sikap positif). Sikap siswa terhadap biologi dinilai melalui tiga aspek yaitu ketertarikan, kesulitan dan kepentingan. Diperoleh hasil bahwa secara umum, anak perempuan memiliki sikap yang lebih positif terhadap biologi, terutama ketika mempelajari botani. Perbedaan-perbedaan gender ditemukan dalam ketiga

7 aspek yang dieksplorasi. Ketertarikan terhadap biologi menurun pada siswa-siswa yang lebih tua usianya. Berdasarkan pemaparan di atas maka dicoba menerapkan pembelajaran berbasis praktikum dan asesmennya pada konsep kingdom plantae untuk meningkatkan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang seperti yang sudah dikemukakan pada latar belakang dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. Bagaimanakah pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah? Untuk lebih mengarahkan penelitian yang dilakukan maka dari rumusan masalah dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae? 2. Bagaimanakah sikap ilmiah siswa sebelum dan setelah mengikuti pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae? 3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi guru dengan menerapkan asesmen kinerja pada pembelajaran berbasis praktikum? 4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae?

8 C. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menghasilkan suatu alternatif pembelajaran keanekaragaman hayati, khususnya keanekaragaman kingdom plantae dengan menggunakan pembelajaran berbasis praktikum yang dapat meningkatkan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa SMA. Tujuan operasional dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis tingkat berpikir kritis siswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae. 2. Menganalisis peranan pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae terhadap sikap ilmiah siswa. 3. Menemukan kendala-kendala yang dihadapi guru dalam menerapkan asesmen kinerja pada pembelajaran berbasis praktikum konsep kingdom plantae. 4. Memperoleh gambaran mengenai tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memperbaiki proses pembelajaran kingdom plantae di SMA sebagai upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Secara rinci manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain dikemukakan berikut ini. 1. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan pedoman pembelajaran bagi guru Biologi SMA tentang pembelajaran berbasis praktikum sebagai

9 pembelajaran alternatif yang dapat meningkatkan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa pada konsep kingdom plantae yang memiliki materi sangat luas. 2. Produk penelitian berupa pedoman pembelajaran berbasis praktikum konsep kingdom plantae yang dihasilkan, diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi sekolah dan lembaga pendidikan dalam rangka upaya perbaikan proses pembelajaran secara menyeluruh, sehingga kemampuan peserta didik (siswa) akan lebih meningkat. 3. Hasil penelitian sebagai pengalaman bagi peneliti dan diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lain untuk digunakan sebagai langkah awal dalam penelitian dan pembanding untuk kegiatan penelitian yang lebih lanjut. E. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah: 1). Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dengan pembelajaran berbasis praktikum. 2). Sikap ilmiah siswa meningkat dengan pembelajaran berbasis praktikum.

10 F. Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini terfokus pada hal yang diharapkan maka ruang lingkup penelitian dibatasi pada beberapa hal seperti diuraikan di bawah ini. 1) Pembelajaran berbasis praktikum pada konsep kingdom plantae ini adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan praktikum sebagai strategi pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa melakukan kegiatan praktikum pada topik kingdom plantae dengan cara mendeskripsikan ciri dan klasifikasi tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan berbiji. Pada pembelajaran berbasis praktikum ini, siswa juga diajak untuk membuat produk herbarium pada akhir pembelajaran pada konsep ini. 2). Kemampuan berpikir kritis siswa yang diukur pada konsep kingdom plantae ini yaitu berdasarkan delapan fungsi berpikir kritis menurut Inch, et al., (2006), dijaring dengan menggunakan tes tertulis (respon terbatas) pilihan ganda beralasan, pada awal dan akhir pembelajaran berbasis praktikum. 4). Sikap ilmiah yang diukur dalam penelitian ini antara lain adalah rasa ingin tahu, kerjasama dan kepedulian lingkungan (BSNP, 2005) 5). Asesmen kinerja siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh guru untuk menilai ketrampilan siswa dalam melakukan prosedur kerja praktikum, sikap, dan hasil kerja praktikum.