BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan masyarakat pekerja Indonesia di masa depan, yang penduduknya

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara


BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kulit akibat kerja (occupational dermatoses) adalah suatu peradangan

BAB I PENDAHULUAN. bulan Agustus 2014 berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik berjumlah sekitar

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan akibat lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikaitkan dengan segala. dibebankan padanya (Suma mur, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. gambaran kelainan kulit pada nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli

BAB 1 PENDAHULUAN. Dermatitis berasal dari kata derm atau o- (kulit) dan itis (radang atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mewujudkan derajat kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Kelelahan kerja adalah gejala yang berhubungan dengan penurunan efisiensi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten atau

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan keefisienan kerja seorang karyawan. Tingkat produktifitas

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat perlu. Dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. salon, dan pekerja tekstil dan industri rumahan (home industry). Pada. pekerja per tahun. (Djuanda dan Sularsito, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah pulau sebanyak buah yang dikelilingi oleh garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan bagi para pekerja dan orang lain di sekitar tempat kerja untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat (healthy life style), tetapi hal ini dipengaruhi oleh faktor. seseorang akan mengatakan betapa enaknya hidup sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Saat ini penduduk dunia yang tinggal di perkotaan bertambah banyak. Pada

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi dan industri di Indonesia, mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar negara Indonesia adalah laut. Berbagai ukuran geostatistik

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Kementrian Perindustrian, 2015). Bahan baku plastik terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan dipelajari. Morgan et.al dalam Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa perilaku

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan derajat kesehatan bagi

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kurang maksimalnya kinerja pembangunan kesehatan (Suyono dan Budiman, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut dengan meratifikasi 15 Konvensi International Labour Organization (ILO). Delapan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan tenaga yang berlebih karena adanya hubungan dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian sehat sesuai dengan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan kerja karyawan pada suatu perusahaan sering kali

BAB I PENDAHULUAN. tidak alamiah, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan pemakainya

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan rumah sakit. menimbulkan dampak negatif dan mempengaruhi derajat kesehatan mereka.

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

PENDAHULUAN Gangguan kesehatan kulit pada petani rumput laut merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Penyakit ini timbul akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Lansia adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kerja yang meliputi pencegahan dan pengobatan terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha dan dunia kerja, kesehatan kerja berkontribusi dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja yang terpapar pada bahan-bahan iritatif, alegenik atau faktor fisik khusus

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ferusgel,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

KESEHATAN KULIT RAMBUT DAN KUKU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan luas areal 0,8 Ha. Lokasi ini berada tidak jauh dari pemukiman penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga merupakan salah satu negara yang dilalui garis Khatulistiwa,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis; sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Kesehatan kerja diartikan sebagai ilmu kesehatan dan penerapannya yang bertujuan mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam bekerja, berada dalam keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan keadaan lingkungan kerja serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja (Suma mur, 2014). Salah satu masalah dalam kesehatan kerja adalah penyakit akibat kerja. Lingkungan kerja dan kesehatan memiliki hubungan yang erat karena lingkungan kerja yang tidak memenuhi syarat dapat merupakan media penyebab timbulnya gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka kematian dikarenakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) sebanyak 2 juta kasus setiap tahun. Hasil laporan pelaksanaan kesehatan kerja di 26 Propinsi 1

2 di Indonesia tahun 2013 tercatat jumlah kasus penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan berjumlah 428.844 kasus (KEMENKES, 2014). Penyakit kulit akibat kerja (Occupational Dermatosis) merupakan salah satu bentuk penyakit akibat kerja, merupakan jenis penyakit akibat kerja terbanyak kedua setelah penyakit musculoskeletal, berjumlah sekitar 22% dari seluruh penyakit akibat kerja. Sebanyak 90% penyakit akibat kerja berlokasi di tangan (Depkes, 2008). Persentasi dermatosis akibat kerja dari seluruh penyakit akibat kerja menduduki porsi tertinggi sekitar 50-60 %, maka dari itu penyakit ini pada tempatnya mendapat perhatian yang proporsional. Selain prevalensi yang tinggi, dermatosis akibat kerja yang kelainannya biasanya terdapat pada lengan, tangan dan jari sangat mengganggu penderita melakukan pekerjaan sehingga sangat berpengaruh negatif terhadap produktivitas kerjanya (Suma mur, 2014). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Jelita Sirait (2004) yang berjudul Gambaran Kelainan Kulit pada Pekerja Penjual Ikan Basah di Pasar Tradisional Sukarame Medan mengatakan bahwa kelainan kulit yang ditemui pada penjual ikan basah di pasar tradisional sukarame Medan yaitu gatal, perih, bersisik, berwarna putih, dan kebas. Jamur yang ada pada jaringan kulit penjual ikan basah adalah jamur kontaminan Kelas Deuteromycetes, yaitu Aspergillus sp dan Paecylomyces. Menurut Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Corry (2008) yang berjudul Gambaran Kelainan Kulit Pada Nelayan di Yong Panah Hijau Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008 menunjukkan bahwa gambaran kelainan kulit yang terjadi pada nelayan yaitu terdapat warna merah pada kulit,

3 dan merasakan gatal-gatal pada kulit karena disebabkan oleh air atau digigit binatang, sedangkan lokasi kelainan kulit pada kaki, tangan, sela-sela jari, badan dan wajah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Imma Nur Cahyawati (2010) mengenai faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis pada nelayan yang bekerja di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tanjung Sari Kecamatan Rembang menunjukkan bahwa terjadinya penyakit dermatitis pada nelayan berhubungan secara signifikan dengan masa kerja, alat pelindung diri, riwayat pekerjaan, hygiene personal, riwayat penyakit kulit dan riwayat alergi. Pemeliharaan hygiene personal sangat menentukan status kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Salah satu upaya hygiene personal adalah merawat kebersihan kulit karena kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Mengingat kulit penting sebagai pelindung organ- organ tubuh, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur,virus, kuman, parasit. Penjual ikan basah pada umumnya bekerja di pasar tradisional. Di pasar tradisional barang-barang yang dijual bervariasi, umumnya sebagian besar untuk kebutuhan pokok dengan harga relatif lebih murah dibandingkan dengan barang yang sama dijual dipasar modern. Pasar tradisional umumnya terkesan kumuh, tak teratur, dan tak terawat. Masyarakat Indonesia sebagian besar memanfaatkan pasar tradisional, dimana penjual ikan basah pada umumnya bekerja di pasar tradisional, artinya

4 Indonesia termasuk ke dalam pengguna pasar tradisional dan berinteraksi dengan masyarakat banyak dalam pemenuhan salah satu kebutuhan pokok manusia. Kasus penyakit kulit akibat kerja (dermatosis) pada penjual ikan basah disebabkan oleh kondisi lingkungan dan kondisi kerjanya. Pasar tradisional Cemara berlokasi di Jalan Cemara Medan. Pasar ini didirikan sejak tahun 1990 dengan luas 6.720 meter persegi. Terletak di sekitar sungai Kera dan berdampingan dengan lokasi pelelangan ikan. Lapak pedagang sebagian menempel di bibir sungai. Diruas jalan lintas terutama dibagian jembatan, kedua sisi trotoarnya sudah dipadati pedagang kaki lima juga pembeli dan pejalan kaki yang lalu lalang di sana (Mila, 2009). Pasar tradisional ini memiliki penjual ikan basah sebanyak 48 orang yang tergabung kedalam Koperasi Pasar Cemara Baru. Dari hasil survey awal yang dilakukan pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara, terlihat bahwa sebagian besar pekerja pernah dan sedang mengalami gejala penyakit kulit yaitu, gatal, perih, bersisik, dan kemerahan. Dilihat dari kondisi kerjanya, penjual ikan basah merupakan pekerja yang potensial untuk terkena penyakit kulit, dimana penjual ikan basah memulai pekerjaannya pada subuh hari kira-kira jam 2 pagi hingga jam 10 siang. Dimulai dengan para penjual ikan basah menerima ikan yang di antarkan dari Aceh kemudian memindahkannya ke wadah penampungan ikan basah. Lalu penjual ikan menambahkan es ke dalam wadah penampungan ikan basah. Setelah itu, ikan basah siap untuk dijual kepada pembeli. Penjual ikan kontak dengan ikan basah dan rendaman ikan basah ketika ada pembeli yang membeli ikan basah tersebut. Diperkirakan para penjual ikan basah bekerja 8 jam

5 satu hari dengan kondisi tangan yang sering kontak dengan ikan basah dan air rendaman ikan basah yang bersuhu dingin yang menyebabkan tangan penjual ikan basah dalam keadaan basah dan lembab. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang gambaran penyakit kulit pada tangan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran gejala penyakit kulit pada tangan penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan tahun 2016. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran gejala penyakit kulit pada penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui karakteristik pada penjual ikan basah 2. Mengetahui keadaan hygiene personal pada penjual ikan basah. 3. Mengetahui gejala penyakit kulit yang mengenai penjual ikan basah di Pasar Tradisional Cemara Medan. 1.4 Manfaat penelitian 1. Sebagai masukan bagi pekerja mengenai gambaran gejala penyakit kulit. 2. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan penulis khususnya mengenai gejala penyakit kulit.

6 3. Dapat menerapkan ilmu keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang diperoleh saat kuliah dalam praktek pada kondisi kerja sebenarnya. 4. Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.