II. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 250), efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, maka seseorang dapat

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar meruapakan suatu perubahan di dalam diri seseorang dari tudak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Efektivitas menekankan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2007:17) menjelaskan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dimaknai sebagai landasan dasar untuk membentuk. atau mendisain program pembelajaran didalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika. akan memudahkan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa juga akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar, 1989:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL TSTS SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 24 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. depannya pada hal-hal yang baik. Menurut Sagala (2013 : 3) Pendidikan adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. matematis siswa perlu adanya suatu bentuk latihan-latihan matematis yang

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi (SK) : 13. Memahami pembacaan cerpen (KD) : 13.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengelolaan Pembelajaran dengan Menerapkan Model Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha untuk mempersiapkan ataupun memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

PENERAPAN PEMBELAJARAN TSTS DENGAN AKTIFITAS WINDOW SHOPPING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BANGUN RUANG SISI DATAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi Inti ke-2 yaitu melatih diri bersikap konsisten, rasa ingin tahu, bersifat

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seprotanto Simbolon 1, Sakur 2, Syofni 3 Contact :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis, istilah metakognisi yang dalam bahasa Inggris

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses interaksi mengajar yang melibatkan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang. diharapkan dimasa yang akan datang adalah pendidikan yang mampu

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas adalah bagaimana seseorang berhasil mendapatkan dan memanfaatkan metode belajar untuk memperoleh hasil yang baik. Pembelajaran yang efektif merupakan kesesuaian antara siswa yang melaksanakan pembelajaran dengan sasaran atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hamalik (2002:171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Dengan kata lain, suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam mencari informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Eggen dan Kauchak (Fauzi, 2002:2) mengemukakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentuan informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru. Hasil belajar ini tidak hanya meningkatkan

8 pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa. Sedangkan menurut Simanjutak dalam Arifin (2010) juga menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Dengan demikian, efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu pembelajaran sehingga erat kaitannya dengan ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan belajar merupakan kriteria dan mekanisme penetapan krtuntasan minimal yang ditetapkan di sekolah. Menurut Trianto (2010:241) berdasarkan ketentuan KTSP, penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri oleh masing masing sekolah yang dikenal dengan kriteria ketuntasan minimal dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu kemampuan setiap peserta didik yang berbeda beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda beda. Ketuntasan belajar siswa yang sesuai dengan KKM pelajaran matematika di sekolah mencakup semua kemampuan matematika siswa, termasuk pemahaman konsep siswa. Dalam penelitian ini, kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah tempat penelitian adalah lebih dari 70. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah suatu ukuran keberhasilan dari suatu pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penelitian ini, efektivitas pembelajaran dilihat dari pencapaian tujuan pembelajaran yang terkait dengan pemahaman konsep matematis siswa mencapai 70% pada kelas yang diterapkan model pembelajran kooperatif tipe TSTS.

9 2. Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktivitas. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah masalah yang kompleks. Tujuan dibentuknya kelompok adalah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat secara aktif dalam proses berpikir di pembelajaran. Selama bekerja dalam kelompok, tugas siswa dalam kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya. Sesuai dengan pendapat Suherman, dkk. (2003:260) bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk bekerjasama memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dan menuntut siswa secara aktif selama pembelajaran berlangsung. Rifaldi (2010:20) mengungkapkan bahwa: Kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang didasarkan atas kerja kelompok, yang menuntut keaktifan siswa untuk saling bekerjasama dan membantu dalam menyelesaikan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru. Melalui pembelajaran kooperatif siswa didorong untuk bekerjasama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Kerjasama yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif adalah setiap anggota kelompok harus saling membantu menguasai bahan ajar.

10 Berdasarkan penjelasan di atas dapat di simpulkan, pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang diatur sehingga pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompok dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya Salah satu alternatif untuk pengajaran tersebut adalah menggunakan model pembelajaran two stay two stray (TSTS). Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (dua tinggal, dua berkunjung) model ini dikembangkan oleh Kagan (1992), menurutnya bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Menurut Suprijono (2013:93-94), pembelajaran dengan model TSTS terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 1. Guru membagi siswa kedalam kelompok-kelompok secara heterogen. 2. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan permasalahan kepada setiap kelompok kemudian mereka mendiskusikannya. 3. Setelah diskusi kelompok selesai, dua orang masing-masing kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mengetahui hasil kerja kelompok lain. Sedangkan, dua orang yang tinggal memiliki tanggung jawab untuk menerima tamu dan membagikan hasil kerja kelompoknya kepada yang berkunjung. Setelah selesai, dua tamu tersebut kembali ke kelompoknya masing-masing. 4. Setiap kelompok membahas dan mencocokkan hasil kerja yang mereka dapatkan.

11 Pangaribuan (2013:7) meyatakan: Kelebihan tipe two stay two stray yaitu (1) Terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas, (2) Siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dan (3) Dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan susah diatur saat proses belajar mengajar. Dijelaskan pula oleh Pangaribuan (2013:7) bahwa Kelemahan tipe two stay two stray yaitu memerlukan waktu yang lama jika tidak dapat mengontrol waktu dengan baik dan guru tidak dapat mengetahui kemampuan siswa masing-masing dalam proses memberi dan mencari informasi materi. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, masing-masing unsur yang terlibat harus dapat mengontrol waktu agar pembelajaran yang dilakukan berjalan secara efektif. Jadi, pembelajaran kooperatif tipe TSTS dalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang member kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu kelompok terdiri dari empat siswa yang nantinya dua siswa bertugas sebagai pemeberi informasi dari tamunya, dan dua siswa lagi bertamu kekelompok yang lain secara terpisah. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok lain maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling melengkapi, dan pada saat kegiatan dilaksakan maka akan terjadi proses tatap muka antar siswa dimana akan terjadi komunikasi baik dalam kelompok maupun antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab peseorangan. Implikasi selanjutnya adalah TSTS dapat membuat siswa terbiasa untuk mengasah keterampilan berfikir dan menalar sehingga tercapailah hasil belajar yang optimal. 3. Pemahaman Konsep Matematis Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sardiman (2004:42) pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Seorang siswa dapat memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi

12 uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Soedjadi (2000:13) mengungkapkan bahwa konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan dengan definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan definisi, seseorang dapat membuat ilustrasi atau lambang dari suatu konsep yang didefinisikan. Dalam proses pembelajaran, konsep memegang peranan penting. menurut Winkel (2000:44) konsep dapat diartikan sebagai suatu sistem satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep matematika disusun secara berurutan sehingga konsep sebelumnya akan digunakan untuk mempelajari konsep selanjutnya. Ditinjau dari segi fungsi, Sulton dan Hayso dalam Wanhar (2008:30) menyatakan bahwa konsep matematis terbagi menjadi tiga golongan, yaitu konsep yang memungkinkan siswa dapat mengklasifikasikan obyek-obyek, konsep yang memungkinkan siswa untuk dapat menghubungkan konsep satu dengan yang lainnya, dan konsep yang memungkinkan siswa untuk menjelaskan fakta. Selain itu, Gagne dalam Wanhar (2008:31) menggolongkan konsep matematis ditinjau dari segi bentuknya menjadi dua, yaitu konsep berdasarkan pengamatan dan berdasarkan definisi. Hal ini dapat diartikan bahwa suatu konsep matematis sangat berguna bagi ketercapaian suatu tujuan hasil pembelajaran. Dengan pemahaman yang baik, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri.

13 Dalam penelitian ini, hasil belajar diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 penilaian perkembangan anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah: (1) Menyatakan ulang sebuah konsep: siswa mampu untuk mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya; (2) Mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsep: siswa mampu mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifatsifat yang terdapat dalam materi; (3) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep: kemampuan siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu materi; (4) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis: siswa mampu untuk memaparkan sebuah konsep secara berurutan yang bersifat matematis; (5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep: siswa mampu untuk menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur; (6) Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu: siswa mampu untuk menyelesaikan soal dengan tepat sesuai dengan prosedur; (7) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah siswa mampu menggunakan konsep serta prosedur dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan kehidupan seharihari. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan salah satu indikator untuk menentukan terkuasai atau tidaknya konsep yangv telah diajarkan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep. B. Kerangka Pikir Penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa SMP ini terdiri dari satu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep matematis siswa SMP. 14 Pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika merupakan hal utama yang perlu dikembangkan. Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa guru harus mengembangkan minat dan aktivitas belajar siswa. Salah satunya dengan memilih strategi atau model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk dapat menguasai pemahaman konsep secara maksimal lebih mudah dilakukan dengan cara bekerjasama (berdiskusi) dibandingkan bekerja sendiri. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari empat orang dengan konsep dua tinggal dan dua berkunjung. Langkah-langkah model pembelajaran TSTS meliputi pembagian kelompok secara heterogen beranggotakan empat orang lalu guru membagikan tugas yang akan didiskusikan kepada kelompok masing-masing. Pada saat diskusi, siswa saling bertukar ide dalam memecahkan masalah yang dapat mereka tuangkan dalam bahasa matematis seperti simbol, ataupun diagram. Siswa dituntun untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya disini, karena mereka bekerjasama mencoba menghubungkan ide-ide yang didapat dari masing-masing siswa. Setelah selesai berdiskusi, dua orang dari setiap kelompok berkunjung ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi dari kelompok yang akan dikunjungi. Dalam kunjungan ke kelompok lain, komunikasi matematis siswa juga digunakan karena siswa yang dikunjungi bertanggung jawab menyampaikan

15 hasil diskusi kelompoknya kepada tamu yang berkunjung. Apabila telah selesai, dua orang yang bertugas sebagai tamu kembali ke kelompok masing-masing kemudian mereka membahas serta mencocokkan hasil kerja dan informasi yang mereka dapatkan. Dengan demikian diharapkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman kosep matematis siswa. C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pikir, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) efektif ditinjau dari pemahaman kosep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.