Presiden, DPR, dan BPK.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

III. METODE PENELITIAN. digunakan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB III PENGATURAN TERHADAP HAK-HAK TERSANGKA YANG TIDAK MAMPU DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akses kepada keadilan (access to justice) dan kesamaan di

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pidana, oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

Toddy Anggasakti dan Amanda Pati Kawa. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

dengan aparatnya demi tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Sejak berlakunya Undang-undang nomor 8 tahun 1981

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan KPK Karena Ditetapkan Sebagai Tersangka

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan

I. PENDAHULUAN. manapun (Pasal 3 Undang -Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga independen,

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia merupakan Negara Hukum yang sangat

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

III. METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan Yuridis Normatif (library Research)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan tersebut selain melanggar dan menyimpang dari hukum juga

METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

I. PENDAHULUAN. diabaikan karena jika diabaikan akan menyebabkan tidak tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan penyelenggarakan pemerintahan Negara 2. Tidak hanya di

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian

I. METODE PENELITIAN. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

BAB I PENDAHULUAN. Pidana (KUHAP) adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya,

BAB II PERLINDUNGAN HAK- HAK TERSANGKA DALAM PROSES PEMERIKSAAN DI TINGKAT KEPOLISIAN

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. sehubungan dengan istilah pencucian uang. Dewasa ini istilah money

I. PENDAHULUAN. kekuasaan manapun (Pasal 3 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002). Sebagai lembaga

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Institusi militer merupakan institusi unik karena peran dan posisinya yang

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan pemeriksaan investigatif oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).

Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan yang berlaku. Salah satu upaya untuk menjamin. dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ).

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

BAB I PENDAHULUAN. Acara Pidana (KUHAP) menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG KPK adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK bertanggung jawab kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan BPK. KPK dipimpin oleh Pimpinan KPK yang terdiri atas lima orang, seorang ketua merangkap anggota dan empat orang wakil ketua merangkap anggota. Pimpinan KPK memegang jabatan selama empat tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk sekali masa jabatan. Dalam pengambilan keputusan, pimpinan KPK bersifat kolektif kolegial. Pada periode 2011-2015 KPK dipimpin 1

oleh Ketua KPK Abraham Samad, bersama 4 orang wakil ketuanya,yakni Zulkarnaen, BambangWidjojanto, Busyro Muqoddas, dan Adnan Pandu Praja. Saat ini, satu persatu pimpinan KPK dilaporkan oleh Mabes Polri dengan tindakan pidana yang disangkakan dilakukan saat para pimpinan KPK belum menjabat menjadi Pimpinan KPK. Upaya ini muncul ketika KPK menetapkan calon Kapolri menjadi tersangka sehari sebelum dilakukan fit and proper tes. Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dalam pasal 32 ayat (2) dikatakan dalam hal Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi menjadi tindak pidana kejahatan, diberhentikan sementara dari jabatannya. Dan terhadap proses pemberhentian sementara pimpinan KPK yang menjadi tindak pidana kejahatan, berdasarkan pada pasal 32 ayat (3) UU No 30 Tahun 2002 dikatakan bahwa pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia. 1 Mengacu pada bunyi pasal diatas jelas bahwa dalam hal pimpinan KPK menjadi tersangka, Presiden wajib memberhentikannya. Sehingga pasal 32 ayat (2) menjadi sarana untuk melemahkan KPK dan menghambat upaya pemberantasan korupsi yang saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan. 1. UU No 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi 2

Berbeda dengan POLRI, jika kita mengacu pada UU No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia tidak ada aturan yang mengatur bahwa dalam hal pimpinan Polri menjadi tersangka maka dapat dilakukan pemberhentian sementara, artinya jika pimpinan Polri dalam hal ini Kapolri yang menjadi tersangka, tetap dapat menjabat sampai ada keputusan bahwa yang bersangkutan terbukti melakukan tindak pidana kejahatan yang dituduhkan kepadanya. 2 Pemberhentian yang dilakukan oleh pimpinan KPK memang sifatnya hanya sementara, namun yang menjadi persoalan adalah bagaimana jika semua pimpinan KPK ditetapkan menjadi tersangka dalam waktu yang bersamaan? Hal inilah yang mengkhawatirkan saya bahwa dengan adanya aturan yang mengatur tentang pemberhentian sementara terhadap pimpinan KPK yang menjadi tersangka tindak pidana korupsi dapat dimanfaatkan untuk menghambat proses pemberantasan korupsi. Padahal dalam Pasal 32 ayat (1) huruf c sudah diatur terkait pemberhentian pimpinan KPK yang menyatakan bahwa Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi atau diberhentikan karena menjadi terdakwa karena melakukan tindak pidana kejahatan. Artinya tidak perlu ada proses pemberhentian sementara saat pimpinan KPK ditetapkan menjadi tersangka. 2. UU No.2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana ( pasal 1 angka 14 KUHAP ). Berdasarkan hal demikian, bahwa dalam penetapan ketua KPK sebagai tersangka bukanlah menjadi mutlak sebagai orang yang bersalah, namun patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. Selanjutnya Pasal 17 KUHAP diatur bahwa : Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup. Dalam penjelasan Pasal 17 KUHAP disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bukti permulaan yang cukup ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan bunyi pasal 1 angka 14 KUHAP. Adapun Pasal 1 angka 14 KUHAP menjelaskan mengenai definisi tersangka sebagai seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. 3 Kemudian bahwa penetapan tersangka oleh pihak Kepolisian dengan bukti permulaan yang cukup merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan polisi di dalam pasal 184 KUHAP itu sendiri. Berdasarkan penjelasan diatas maka hal inilah yang semakin memudahkan pihak-pihak yang ingin melemahkan KPK 3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Pasal 1 angka 14 4

dengan cara membuat laporan polisi dan cukup ditambah dengan satu alat bukti yang sah maka ditetapkanlah orang tersebut menjadi tersangka, dan atas dasar penetapan itu kemudian menjadi dasar Presiden harus memberhentikan sementara orang yang ditetapkan menjadi tersangka dalam hal ini para pimpinan KPK, dan walaupun Presiden mengeluarkan Perpres untuk menggantikan para pimpinan yang telah diberhentikan sementara, namun hal itu akan terus terjadi jika orang yang menggantikan dianggap membahayakan kelompok tertentu. Maka kriminalisasi ini tidak akan pernah berhenti. Hal ini jelas bertentangan dengan asas Praduga Tak Bersalah atau Asas Presumption of innocence, yang menyatakan bahwa di mana seseorang dinyatakan tidak bersalah hingga pengadilan menyatakan bersalah. Dengan begitu bahwa semua orang yang dinyatakan statusnya sebagai tersangka belum tentu bersalah telah melakukan tindak pidana sebelum adanya putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. 4 Bahwa berdasarkan putusan pengadilanlah yang hanya dapat menjadikan seseorang bersalah atau tidak dimata hukum, dimana Indonesia menjunjung Asas Equality Before The Law, yang menjadikan siapa pun kedudukannya sama berdasarkan hukum, karena itulah Indonesia menganut prinsip Indonesia adalah Negara 4. UU No.48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman 5

Hukum. Dengan begitu, maka putusan pengadilan tersebut memberikan kepastian hukum bagi pimpinan KPK yang ditetapkan sebagai tersangka agar dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal tanpa adanya gangguan terhadap Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002. Inilah yang menjadikan landasan penulis untuk mengangkat judul tentang ANALISA PEMBERHENTIAN SEMENTARA PIMPINAN KPK OLEH PRESIDEN DALAM PASAL 32 AYAT 2 UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 BERDASARKAN ASAS EQUALITY BEFORE THE LAW DAN ASAS PRESUMPTION OF INNOCENCE 1.2. RUMUSAN PERMASALAHAN Berdasarkan lembar penelitian diatas, maka penulis merumuskan permasalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pengaturan pemberhentian sementara pimpinan KPK berdasarkan pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 telah memenuhi asas Presumption of innocence (praduga tak bersalah) dan asas Equality Before The Law (kesamaan dimata hukum)? 2. Apakah ketentuan pasal 32 ayat (2) undang-undang nomor 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan korupsi telah 6

memenuhi tujuan hukum yakni kepastian hukum, keadilan dan kemanfaatan hukum? 1.3. MANFAAT DAN TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk menjawab pokok permasalahan yang dikemukakan pada sub pendahuluan diatas. Manfaat dan tujuan penelitian tersebut, adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis, di mana penelitian diharapkan mempunyai manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan pemberhentian sementara pimpinan KPK oleh presiden karena statusnya sebagai tersangka; 2. Manfaat praktis, di mana penelitian diharapkan mempunyai manfaat dapat dipergunakan sebagai bahan masukan bagi para pihak baik para pengambil kebijakan hukum dalam kasus pemeberhentian sementara pimpinan KPK oleh Presiden; 3. Manfaat pragmatis, di mana penelitian diharapkan dapat memenuhi syarat dalam penulisan skripsi di Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul Jakarta. 7

1.4. DEFINISI OPERASIONAL 1. Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana. 5 2. Terpidana adalah seorang yang dipidana berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 3. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri. 4. Alat bukti adalah: a. keterangan saksi; b. keterangan ahli; c. surat; d. petunjuk; keterangan terdakwa. 5. Keterangan Saksi Adalah Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu 6. Terdakwa Adalah Seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan. 6 5. Op Cit. Hal 5 6. KUHAP, Op Cit Hal 5 8

1.5. METODE PENELITIAN Penelitian ini di lakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan dan hukum normatif, yaitu: 1. Metode penelitian pustaka, yaitu cara pengumpulan data dengan bersumber pada bahan-bahan pustaka. Studi ini akan menganalisa obyek penelitian dengan menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian dan kajian bahanbahan pustaka; 7 2. Metode penelitian yuridis normatif yaitu dengan mengkaji dan meneliti kaidah-kaidah hukum yang ada didalam kedudukannya sebagai hal yang otonom (menggunakan pendekatan-pendekatan normatif) dan deskriptif yaitu penulisan yang bersifat menggambarkan (mendeskripsikan) suatu fenomena utama tertentu. Jenis data yang digunakan yaitu data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan, dengan menggunakan 3 (tiga) bahan hukum yang meliputi: 8 1. Bahan hukum primer, yakni bahan-bahan hukum yang mengikat seperti peraturan perundang-undangan. 7. Sri Mamudji, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal. 28. 8. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Press,1986), hal. 9-12. 9

2. Bahan hukum sekunder, yakni bahan-bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, dalam hal ini penulis memperoleh data dari buku-buku yang berkaitan dengan skripsi ini yaitu buku-buku tentang Tindak Pidana Korupsi,bukubuku tentang tersangka dan Hukum Acara Pidana, artikel lain yang berkaitan dengan penelitian yang yang terdapat dalam makalahmakalah, laporan penelitian, artikel surat kabar, jurnal, majalah serta internet dan sebagainya. 9 3. Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder seperti kamus, baik kamus umum maupun kamus hukum yang berhubungan dengan penelitian ini. 10 Dilihat dari sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian menganalisa, 11 karena menggambarkan dan menjelaskan lebih dalam mengenai Pemberhentian Sementara Pimpinan KPK Oleh Presiden Berdasarkan asas Equality Before The Law dan asas Presumtion Of Innocence serta berdasarkan kepastian hukum, dengan studi kasus pasal 32 ayat 2 UU no 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberatasan Korupsi. Penelitian ini menggunakan metode analisa data dengan menggunakan pendekatan kualitatif. 9. Sri Mamudji, Op. Cit. 10. Ibid 11. Ibid Hal 4 10

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab I penelitian ini adalah bagian pendahuluan, yang akan menjelaskan secara garis besar mengenai Latar belakang masalah, Pokok permasalahan, Manfaat dan tujuan penelitian, Pembatasan masalah, Metode penelitian yang digunakan, dan Sistematika penulisan dalam penelitian ini. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TERSANGKA, HAK ASASI MANUSIA, ASAS-ASAS UMUM HUKUM PIDANA DAN TEORI KEPASTIAN HUKUM Pada Bab II penelitian ini akan menguraikan dan membahas mengenai: Pengertian Tersangka, Asas-asas umum hukum pidana : Asas Equality Before The Law, dan Asas Presiumption Of Innocence. BAB III PENGATURAN PEMBERHENTIAN SEMENTARA PIMPINAN KPK BERDASARKAN PASAL 32 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TELAH MEMENUHI ASAS PRESUMPTION OF INNOCENCE 11

(PRADUGA TAK BERSALAH) DAN ASAS EQUALITY BEFORE THE LAW (KESAMAAN DIMATA HUKUM). Pada Bab III dalam penelitian ini akan menjelaskan mengenai kekhususan dari obyek penelitian yang dikaji terkait dengan judul skripsi ini. BAB IV ANALISA KETENTUAN PASAL 32 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2002 TENTANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI TELAH MEMENUHI TUJUAN HUKUM YAKNI KEPASTIAN HUKUM, KEADIALAN DAN KEMANFAATAN HUKUM. Pada Bab IV dalam penelitian ini akan menganalisa, membahas dan menguraikan mengenai pertentangan norma dengan asas-asas tersebut dalam hukum pidana serta kepastian hukum mengenai keberadaan norma tersebut. BAB V PENUTUP Pada Bab V penelitian ini akan membuat kesimpulan serta saran terhadap pokok permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini. 12