BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIVITAS BAHAN AJAR BUKU PANDUAN PEMBELAJARAN KEBENCANAAN ANGIN TOPAN MELALUI STRATEGI NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Later Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. terletakm pada 3 pertemuan lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-Asia

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL BAB 7

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo termasuk salah satu kabupaten yang sering

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

Powered by TCPDF (

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya adalah proses dan fenomena alam yang menimpa manusia. Rentetan

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 72 Tahun : 2015

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

- 1 PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana sosial

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

Definisi dan Jenis Bencana

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

2015, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan (Hamdani, 2011 : 21). Adapun kegiatan belajar seperti menghitung, membaca, menulis, mendengarkan, mengamati, berbicara dan sebagainya. Cara atau proses inilah siswa memperoleh informasi dan pengetahun sehingga dinamakan pembelajaran. Proses pembelajaran umumnya sering terjadi di dalam kelas, namun di luar kelas dapat dilakukan proses pembelajaran. Terkait dengan pembelajaran peran utama pada proses pembelajaran yaitu guru dan siswa. Guru melakukan pengajaran kepada siswa dan siswa belajar apa yang dijelaskan oleh guru. Sebelum siswa dihadapkan pada pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru, terlebih dahulu mereka memperoleh keterampilan dan informasi dasar. Keterampilan, kognitif maupun fisik merupakan landasan bagi pembelajaran yang lebih lanjut (termasuk belajar untuk belajar) (Arends, 2013:2). Kegiatan pembelajaran ada hubungannya dengan bahan pembelajaran. Rusman (2014 : 1) mengatakan bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Bahan pembelajaran dapat disesuaikan materi-materi yang akan di sampaikan. Berkaitan dengan bahan pembelajaran, materi yang akan disampaikan pada penelitian ini yaitu materi tentang kebencanaan. Materi kebencanaan di dunia pendidikan hanyalah sebatas pengatahuan umum seperti defenisi, dampak, dan jenisnya. Belum banyak buku yang menjelaskan secara rinci tentang kebencanaan upaya penyelamatan diri dan mitigasinya, maka perlu adanya pembaharuan materi kebencanaan yang menjadi bagian dari pembelajaran di sekolah. Ini bertujuan agar guru dan siswa memiliki sikap kesiapsiagaan sejak 1

2 dini dalam menghadapi bencana. Bencana digolongkan menjadi tiga jenis bencana yaitu bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. Penelitian ini lebih menfokuskan pembelajaran kepada siswa mengenai pengetahuan bencana alam. Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007 pengertian bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. Setiap daerah memiliki potensi bahaya bencana alam yang dapat menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar termasuk siswa-siswa di tempat tinggalnya, sehingga pengetahuan kebencanaan menjadi sangat penting menjadi bekal untuk diri sendiri dalam menyikapi atau bencana. Sifat dari bencana yaitu secara tiba-tiba dan memiliki karakteristik yang khas dari setiap bencana. Salah satunya bencana yang ada di Kabupaten Klaten yaitu angin topan. Menurut Indeks Rawan Bencana Indonesia yang didata oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2011 menyatakan bahwa Kabupaten Klaten berada pada peringkat nasional 9 yang artinya memiliki rawan bencana angin topan yang sangat tinggi. Berada peringkat nasional ke-9 menjadi dasar peneliti untuk memberikan materi tentang kebencanaan angin topan pada tingkat sekolah menengah atas/sederajat di Kabupaten Klaten. Pada tahun 2014 Kabupaten Klaten pernah mengalami bencana hujan angin yang mengakibatkan puluhan pohon tumbang dan beberapa rumah rusak, bahkan terdapat satu orang warga yang mengalami luka ringan karena tertimpa material rumah yang terbawa angin. Bencana angin puting beliung terjadi di Kecamatan Kebonarum dan Kecamatan Karanganom. Kepala Harian Badan Penanggulangan Becana Daerah (BPBD) Klaten, Sri Winoto berharap kepada warga untuk lebih meningkatkan kewaspadaannya, hal ini dikarenakan dalam dua hari terakhir cuaca eksterim disertai angin kencang akan melanda Kabupaten Klaten. (bpbdklaten.com)

3 Kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana angin topan membawa kerugian diantaranya rusaknya bangunan, pohon tumbang yang mengakibatkan akses jalan antarkecamata tertutup dan ancaman kepada warga sekitar terhadap benda-benda yang terbawa angin. Pentingnya pengetahuan kebencanaan dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan bencana yang akan datang serta dapat mengurangi jumlah korban jiwa. Sehingga pembelajaraan materi kebencanaan menjadi sangat penting diajarkan kepada masyarakat dengan dimulai dari peserta didik. Tujuan adanya pembelajaran materi kebencanaan dimaksudkan untuk mengurangi risiko saat terjadi bencana. Risiko yang dimaksud yaitu korban, rusaknya infrastruktur, hilangnya harta benda serta gangguan priskologi. Ini tercantum pada UU No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyatakan bahwa risiko bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Klaten mengeluarkan Peraturan Bupati Klaten Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Panduan Pembelajaran Kebencanaan di Kabupaten Klaten yang merupakan bahan ajar panduan pembelajaran kebencanaan khususnya di Kabupaten Klaten. Buku ini berisi penjelasan kebencana yang pernah terjadi di Kabupaten Klaten yang akan diintegrasikan ke sekolahsekolah melalui kegiatan-kegiatan intrakulikuler maupun ekstrakurikuler. Tujuan buku bahan panduan pembelajaran kebencanaan ini yaitu memberikan pedoman bagi guru dalam memberikan pembelajaran kebencanaan dari tingkat pra sekolah sampai dengan Sekolah Menengah Umum/Kejuruan dan meningkatkan kesiapsiagaan sejak dini dalam rangka pengurangan risiko bencana (PRB) di Kabupaten Klaten. Selain itu adanya bahan ajar ini dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kebencanaan kepada siswa-siswa.

4 Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kebencanaan harus didukung dengan adanya bahan ajar tentang kebencanaan. Kemampuan guru yang menjadi dasar dalam pembelajaran adalah kemampuan menyampaikan pelajaran kepada siswa. Penggunaan bahan ajar dapat mempermudah guru untuk menyampaikan materi kepada pesera didik melalui strategi pembelajaran. Melalui strategi pembelajaran cara penyampaian materi kepada peserta didik menjadi lebih efektif dan efisien. Strategi pembelajaran merupakan langkah-langkah umum dalam kegiatan belajar yang dilakukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Jihad dan Suyanto, 2013 :82). Pemilihan strategi yang tepat dapat berdampak pada tingkat penguasaan materi dan hasil belajar siswa. Strategi pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi bencana angin topan yaitu menggunakan strategi numbered head together (NHT). Numbered head together (NHT) merupakan model pembelajaran kooperatif struktural yang menekankan pada strukturstruktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. (La Iru dan La Ode Safiun Arihi, 2012 : 59 ((dalam Hamdayama, 2014 : 175)). Strategi numbered head together dalam kegiatan belajar mengajar diharap dapat memberikan perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan atau pengalaman dalam bentuk hasil belajar. Menurut Harta, 2009: 45 (dalam Subadi, 2011: 21) prinsip dasar pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Menurut Woordworth (dalam Ismihyani, 2000 (dalam Majid, 2014)) bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pembelajaran yang telah dicapai. Hasil belajar dapat dibuktikan dengan serangkaian tes yang sudah disusun oleh guru. SMK Kristen 5 Klaten terletak di garis koordinat X= 454451 dan Y= 9147881 yang beralamat jalan Opak,Metuk, di Desa Tegalyoso,

5 Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten merupakan sekolah swasta Yayasan Pendidikan Kristen Klaten. Salah satu kegiatan yang berkaitan dengan kebencanaan yaitu ekstrakurikuler sekolah siaga bencana (SSB). Kegiatan ekstrakurikuler lebih menfokuskan ketrampilan siswa siswi yang berkaitan dengan kebencanaan. Selain ekstrakurikuler terdapat proses pembelajaran yang membahas tentang kebencanaan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Penelitian ini akan menguji penggunaan strategi numbered head together (NHT) mengenai materi kebencanaan angin topan di Kabupaten Klaten terhadap hasil belajar. Penilaian hasil belajar diambil nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada mata pelajaran IPA dengan nilai 71. Nilai KKM ini menjadi ukuran keberhasilan siswasiswa menerima materi kebencanaan angin topan melalui strategi numbered head together (NHT) Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan pengujian efektivitas bahan ajar tentang kebencanaan kepada siswa di SMK Kristen 5 Klaten pada kegiatan belajar mengajar, serta melihat bagaimana hasil belajar mereka setelah menggunakan strategi pembelajaran numbered head together (NHT) pada materi bencana angin topan. Sehingga peneliti menambil judul pada penelitian ini EFEKTIVITAS BAHAN AJAR BUKU PANDUAN PEMBELAJARAN KEBENCANAAN ANGIN TOPAN MELALUI STRATEGI NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR DI SMK KRISTEN 5 KLATEN. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat didefenisikan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bahan Ajar Panduan Pembelajaran Kebencanaan di Kabupaten Klaten dapat menambah pengetahuan tentang kebencanaan. 2. Meningkatkan hasil belajar pada materi bencana angin topan dengan menggunakan strategi pembelajaran numbered head together (NHT).

6 C. Pembatasan Masalah 1. Penelitian ini didasarkan pada jenis bencana alam angin topan di Kabupaten Klaten. 2. Strategi pembelajaran menggunakan strategi numbered head together (NHT). 3. Tingkat hasil belajar siswa pada kegiatan belajar mengajar di SMK Kristen 5 Klaten. 4. Bahan ajar yang digunakan pada penelitian ini yaitu panduan pembelajaran kebencanaan di Kabupaten Klaten berdasarkan peraturan Bupati Klaten nomor 6 Tahun 2014 yang disusun oleh tim BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Klaten. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas menjadi dasar untuk membuat perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah efektivitas bahan ajar buku panduan pembelajaran kebencanaan di Kabupaten Klaten pada bencana angin topan melalui strategi numbered head together (NHT) di SMK Kristen 5 Klaten? 2. Adakah perubahan hasil belajar siswa dengan menggunakan bahan ajar pembelajaran kebencanaan di Kabupaten Klaten pada bencana angin topan melalui strategi numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar siswa di SMK Kristen 5? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Mengetahui efektivitas bahan ajar buku panduan pembelajaran kebencanaan di Kabupaten Klaten melalui strategi Numbered head together (NHT).

7 2. Mengetahui perubahan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dengan menggunakan bahan ajar pembelajaran kebencanaan di Kabupaten Klaten pada bencana angin topan melalui strategi numbered head together (NHT) terhadap hasil belajar siswa di SMK Kristen 5. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Peneliti ini bemanfaat untuk memberikan sumbangan ilmu tentang : a. Efektivitas bahan ajar buku panduan pembelajaran kebencanaan di Kabupaten Klaten pada bencana angin topan melalui strategi numbered head together (NHT). b. Pengaruh bahan ajar terhadap hasil belajar siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Laporan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi petunjuk penyampaian materi lebih variatif agar siswa tidak bosan saat menerima pembelajaran. b. Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan pengetahuan kebencanaan untuk meyiapkan sikap kesiapsiagaan siswa dalam menghadapi bencana. c. Bagi Peneliti Mengetahui efektivitas bahan ajar pembelajaran kebencanaan dan gambaran hasil belajar materi bencana alam angin topan pada kegiatan belajar mengajar di SMK Kristen 5 Klaten.

8 d. Bagi Universitas Muhammadiyah Surakarta Penelitian ini diharapkan dapat memberikan revensi dan menambah pengetahuan bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta yang akan melakukan penelitian yang dilakukan oleh Pendidikan Geografi dalam bidang efektivitas bahan ajar kebencanaan