besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

dokumen-dokumen yang mirip
Rosalina Kumalawati Prodi Geografi, Jurusan Penddikan IPS, FKIP UNLAM; Kota Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

KERENTANAN BANGUNAN PEMUKIMAN TERHADAP BANJIR DI KECAMATAN BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN STIMULAN PENELITIAN & PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan aliran air di permukaan tanah ( surface run-off) yang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Akibat Luapan Kali Kemuning di Kabupaten Sampang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I-1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV METODE PENELITIAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KAWASAN RAWAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DI DAS TAMALATE

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MITIGASI BENCANA BENCANA :

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun Sumber: bnpb.go.id,

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. banyak dipengaruhi oleh faktor geologi terutama dengan adanya aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

Analisis Spasial untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus: Kabupaten Sinjai)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Tentara Nasional Indonesia ( TNI ) berdasarkan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

Pemintakatan Risiko Bencana Banjir Bandang di Kawasan Sepanjang Kali Sampean, Kabupaten Bondowoso

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Seminar Lokakarya Nasional Geografi di IKIP Semarang Tahun

Manajemen Pemulihan Infrastruktur Fisik Pasca Bencana

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bantul

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh perubahan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. harta benda, dan dampak psikologis. Penanggulangan bencana merupakan suatu

TOMI YOGO WASISSO E

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

PRIORITAS PENANGANAN BANJIR KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2016), bencana tanah longsor

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STRATEGI PENANGULANGAN BENCANA BANJIR BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KECAMATAN BARABAI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TEMPEL KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SPASIAL UNTUK MENENTUKAN ZONA RISIKO BANJIR BANDANG (STUDI KASUS KABUPATEN SINJAI)

MITIGASI BENCANA LAHAR HUJAN GUNUNGAPI MERAPI BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH DI SUB DAS KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINGKAT KERUSAKAN LINGKUNGAN FISIK AKIBAT PENAMBANGAN PASIR DAN BATU DI KECAMATAN TURI DAN PAKEM KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dian Mayasari, 2013

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 1. Jabaran Learning Outcome PS S2 MBK DITSL

Gambar 7. Lokasi Penelitian

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

Transkripsi:

PEMETAAN BANJIR KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Angriani 1), Rosalina Kumalawati 1) 1)Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Pendidikan IPS FKIP, UNLAM e-mail: rosalinaunlam@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan daerah bahaya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan. Disain penelitian menggunakan pendekatan survei pada masyarakat di daerah bahaya bencana banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Provinsi Kalimantan Selatan.Populasi penelitian adalah masyarakat di daerah bencana banjir. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling. Penelitian ini menggunakan tingkat kerawanan sebagai sampling frame, kemudian sampling frame tersebut dibagi ke dalam empat strata yakni tingkat bahaya tinggi, sedang, rendah dan tidak bahaya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat bahaya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagian besar daerahnya masuk tidak bahaya (957.36 Km 2 ). Bahaya rendah (243,82 Km 2 ), bahaya sedang (455,01 Km 2 ), dan bahaya tinggi (114,91 Km 2 ). Daerah yang tidak bahaya dan bahaya rendah dapat dijadikan sebagai tempat pengungsian apabila terjadi bencana banjir di daerah penelitian. Kata Kunci : Pemetaan, Bahaya banjir. PENDAHULUAN Bencana alam dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bencana aktual dan bencana potensial.bencana aktual adalah bencana yang terjadi secara tiba-tiba, cepat, mencakup daerah yang sempit dan jumlah korban jiwa relatif tinggi. Bencana aktual terdiri atas: gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, longsor dan bencana lainnya. Banjir terjadi karena adanya genangan air yang berlebihan saat musim penghujan dan meluapnya air sungai (Indrianawati dkk, 2013). Banjir termasuk bencana alam. Sedangkan bencana potensial adalah bencana yang terjadi akibat eksploitasi sumberdaya alam tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga memicu terjadinya bencana alam pada masa yang akan datang, misalnya degradasi lingkungan, kelangkaan sumberdaya alam, perubahan iklim dan bencana lainnya (Hermon, 2015). Banjir akan semakin parah ketika banjir mengenai permukiman penduduk seperti yang terjadi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kabupaten Hulu Sungai Tengah merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan dengan permasalahan yang kompleks. Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap pembangunan di Kabupaten tersebut. Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki 11 kecamatan dan memiliki luas 1.442 Km 2. Kabupaten ini cukup memiliki permasalahan yang kompleks terutama pada Kecamatan Barabai yang memiliki jumlah penduduk yang PEMETAAN BANJIR DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN; Farida Angriani dan Rosalina Kumalawati 21

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini menjadi kecamatan dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Banjir merupakan masalah bagi masyarakat karena menimbulkan kerugian jiwa dan harta benda, seperti kerusakan bangunan dan tempat tinggal, kerusakan sarana prasarana infrastruktur, dan lain-lain (Rosyidie, 2013). Kejadian banjir masih sulit dideteksi kemunculannya dan sulit dihindari atau dicegah kejadiannya (Kumalawati, 2015). Melihat hal tersebut perlu adanya sistem penanggulangan banjir yang lebih baik untuk mengurangi dampak banjir. Sistem yang baik akan melibatkan berbagai komponen sistem seperti Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis spasial. Aplikasi SIG untuk menanggulangi bencana banjir adalah Pemetaan Daerah Bahaya Bencana Banjir. Berdasarkan latar belakang di atas diketahui bahwa penduduk yang tinggal di daerah banjir mempunyai tingkat bahaya tinggi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bahaya penduduk terhadap bencana banjir dimasa depan perlu dilakukan penelitian dengan judul Pemetaan Daerah Bahaya Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan. Bahaya adalah suatu fenomena alam atau buatan yang mempunyai potensi mengancam kehidupan manusia, kerugian harta benda dan kerusakan lingkungan (Prih Harjadi, 2007).Tingkat bahaya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagian besar daerahnya masuk tidak bahaya (957.36 Km 2 ). Bahaya rendah (243,82 Km 2 ), bahaya sedang (455,01 Km 2 ), dan bahaya tinggi (114,91 Km 2 ) (lihat Tabel 5, Tabel 6 dan Gambar 1). Daerah yang tidak bahaya dan bahaya rendah dapat dijadikan sebagai tempat pengungsian apabila terjadi bencana banjir di daerah penelitian. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini, secara umum dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap survei lapangan, serta tahap pengolahan dan analisis. Analisis Identifikasi Karakteristik Ancaman Bahaya Bencana Banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah menggunakan beberapa aspek penyebab banjir. Proses pembuatan peta bahaya banjir diperlukan bobot untuk setiap aspek tersebut, dimana setiap aspek mempunyai faktor kriteria. Penentuan bobot setiap variabel banjir menggunakan cara komposit dari setiap variabel banjir, cara komposit tersebut sering disibut dengan istilah CMA (Composite MappingAnalysis)(Anditha H, dkk, 2008). Peta Bahaya Banjir didapatkan dengan cara skoring dan overlay buffer sungai utama, kemiringan lereng, ketinggian tempat dan penggunaan lahan. Hasil buffer sungai utama dibagi berdasarkan jarak yaitu 0-300 m, 300-600 m, dan 600-900 m dan >900 m dari sungai utama berdasarkan klasifikasi dari BNPB (2011) (Tabel 1). SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi Vol. 16 No.2 September 2016 22

Tabel 1.ing Peta Buffer Sungai Jarak Sungai 900 m 1 600-900 m 2 300-600 m 3 0-300 m 4 Sumber:BNPB, 2011 dan Hasil Pengukuran Lapangan, 2016 Peta kemiringan lereng dibuat menggunakan analisis Triangle Interpolation Network (TIN) yang kemudian diklasifikasi berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng menurut Van Zuidam (1979) pada Tabel 2. Tabel 2.ing Peta Kemiringan Lereng Kemiringan Lereng >45 1 25 45 2 15 25 3 0 15 4 Sumber:Van Zuidam, 1979 dengan modifikasi Peta selanjutnya adalah Peta Ketinggian Tempat dan Peta Penggunaan Lahan. Peta Ketinggian Tempat dan Peta Penggunaan Lahan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3.ing Peta Ketinggian Tempat Ketinggian Tempat >50 1 25 50 2 12,5 25 3 0 12,5 4 Sumber: Afrizal T dkk, 2013; dan modifikasi, 2016 Tabel 4.ing Peta Penggunaan Lahan Penggunaan Lahan Hutan 1 Semak Belukar, Tanah Kosong 2 Sawah, Ladang, Perkebunan 3 Permukiman, Perairan, Rawa 4 Sumber : Afrizal T dkk, 2013; dan modifikasi, 2016 Kempat paramater tersebut digunakan untuk menentukan daerah bahaya banjir disekitar sungai utama. Setelahsetiapvariabelmemilikibobot maka dilakukan metode weighted overlay/ sistem tumpang susun variabel bahaya banjir. Proses metode weighted overlay menggunankan ArcGis 9.3. Setelah didapatkan peta potensi bahaya banjir hasil dari overlay setiap faktor, maka selanjutnya adalah melakukan validasi hasil overlay dengan PEMETAAN BANJIR DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN; Farida Angriani dan Rosalina Kumalawati 23

kondisi sebenarnya diwilayah penelitian. Validasi dilakukan dengan melakukan wawancara kepada stakeholders dengan menanyakan peta potensi bahaya banjir dengan kondisi di wilayah penelitian. HASIL PENELITIAN Tabel 5.Tingkat Bahaya Banjir Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah LUAS (KM 2 ) DAN PERSENTASE TINGKAT BANJIR KECAMATAN LUAS KECAMATAN (KM 2 ) TIDAK RENDAH BARABAI 40.67 - - 0.16 0.40 BATANG ALAI SELATAN 76.16 11.82 15.52 33.94 44.56 BATANG ALAI TIMUR 778.80 734.34 94.29 39.00 5.01 BATANG ALAI UTARA 65.30 - - 26.07 39.92 BATU BENAWA 54.45 8.09 14.86 19.56 35.92 HANTAKAN 208.72 160.98 77.13 42.14 20.19 HARUYAN 101.41 34.44 33.96 30.33 29.91 LABUAN AMAS SELATAN 97.83 - - 0.72 0.73 LABUAN AMAS UTARA 170.57 - - - - LIMPASU 61.12 7.68 12.57 51.90 84.91 PANDAWAN 116.05 - - - - 1,771.09 957.36 243.82 Sumber : Peta Tingkat Bahaya Banjir Kabupaten Hulu Sungai Tengah, 2016. Tabel 6. Tingkat Bahaya Banjir Setiap Desa dan Kecamatan Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah LUAS LUAS (KM 2 ) DAN PERSENTASE TINGKAT BANJIR KECAMATAN KECAMATAN (KM 2 ) TIDAK RENDAH SEDANG TINGGI BARABAI 40.67 - - 0.16 0.40 30.53 75.07 9.98 24.53 BATANG ALAI SELATAN 76.16 11.82 15.52 33.94 44.56 27.25 35.78 3.15 4.14 BATANG ALAI TIMUR 778.80 734.34 94.29 39.00 5.01 5.45 0.70 0.01 0.00 BATANG ALAI UTARA 65.30 - - 26.07 39.92 30.75 47.09 8.48 12.98 BATU BENAWA 54.45 8.09 14.86 19.56 35.92 19.22 35.30 7.58 13.92 HANTAKAN 208.72 160.98 77.13 42.14 20.19 5.42 2.60 0.18 0.09 HARUYAN 101.41 34.44 33.96 30.33 29.91 30.17 29.75 6.48 6.39 LABUAN AMAS SELATAN 97.83 - - 0.72 0.73 92.68 94.73 4.44 4.54 LABUAN AMAS UTARA 170.57 - - - - 115.19 67.53 55.38 32.47 LIMPASU 61.12 7.68 12.57 51.90 84.91 1.54 2.52 - - PANDAWAN 116.05 - - - - 96.81 83.43 19.23 16.57 1,771.09 957.36 243.82 455.01 114.91 SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi Vol. 16 No.2 September 2016 24

Gambar 1. Peta Bahaya Banjir Kabupaten Hulu Sungai Tengah PEMETAAN BANJIR DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN; Farida Angriani dan Rosalina Kumalawati 25

KESIMPULAN 1. Tingkat bahaya banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebagian besar daerahnya masuk tidak bahaya (957.36 Km 2 ), 2. Bahaya rendah (243,82 Km 2 ), bahaya sedang (455,01 Km 2 ), dan bahaya tinggi (114,91 Km 2 ), 3. Daerah yang tidak bahaya dan bahaya rendah dapat dijadikan sebagai tempat pengungsian apabila terjadi bencana banjir di daerah penelitian. DAFTAR PUSTAKA Adi, Seno. 2013. Karakteristik Bencana Banjir Bandang di Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 15, No. 1, April 2013, Hlm.42-51 BNPB. 2007. Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Jakarta: BNPB BNPB.2011. Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Bencana Erupsi Gunung Merapi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah Tahun 2011-2013. Jakarta: BAPPENAS dan BNPB. Haryani, Nanik Suryo. 2012. Model Bahaya Banjir Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Kabupaten Sampang.http://jurnal.lapan.go.id.Di unduh tanggal 9 Oktober 2015. Hermon, Dedi. 2015. Geografi Bencana Alam. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Hakim, Albertus., 2013. Penyusunan Basis Data untuk Identifikasi Daerah Rawan Banjir dikaitkan dengan Infrastruktur Data Spasial Studi Kasus: Provinsi Jawa Barat. Jurnal Itenas Rekayasa LPPM Itenas No.1 Vol. XVII. ISSN: 1410-3125 Januari 2013. Kumalawati, Rosalina., 2015. Penginderaan Jauh: Pemetaan Daerah Rawan Bencana Lahar Gunungapi Merapi. Ombak.Yogyakarta. Kumalawati, Rosalina., Rijal, Seftiawan Samsu., 2015. Evaluasi Pengembangan Wilayah Pemukiman di Daerah Risiko Banjir Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.Prosiding Konferensi Nasional III.Inovasi Lingkungan Terbangun Restorasi Permukiman Desa Kota.Yogyakarta : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII. Kumalawati, Rosalina., Rijal, Seftiawan Samsu., 2015. Evaluasi Faktor Penyebab Banjir Berbasis Masyarakat di Daerah Risiko Banjir Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.Prosiding Seminar Nasional.Kemandirian Daerah dalam Mitigasi Bencana Menuju Pembangunan Berkelanjutan.Surakarta : Program Studi S2 PKLH FKIP Universitas Sebelas Maret dengan Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia. Kumalawati, Rosalina. 2015. Analisis Profil Kependudukan untuk Evaluasi Pengembangan Wilayah Pemukiman di Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan.Prosiding Seminar Nasional dan PIT IGI XVIII. UNJ: IGI Pusat, UNJ dan BIG. Rosyidie, Arief. 2013., Banjir: Fakta dan Dampaknya, Serta Pengaruh dari Perubahan Guna Lahan, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 24 No. 3, Desember 2013, hlm. 241 249. Zuidam, R. A. Van.1979. ITC Textbook of photo - interpretation volume VII use of serial detectionin geomorphology and geographica landscape analysis. Nederlands: ITC. SPATIAL Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi Vol. 16 No.2 September 2016 26