HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mengalami menstruasi atau haid. Menstruasi merupakan bagian dari proses

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu perubahan perubahan yang sangat nyata dan cepat. Anak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan biologis dan psikologis yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMA NEGERI 2 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2013

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menstruasi atau haid atau datang bulan adalah perubahan fisiologis

2015 PROFIL KONSENTRASI BELAJAR SISWI YANG MENGALAMI DISMENORE

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

Seprianus Lahal 1, Suhartatik 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian bawah dan paha (Badziad, 2003). Dismenorea merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Gorontalo mulai 5 Mei sampai dengan 5 juni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak. menuju masa dewasa. Banyak perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha (Badziad,

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar. (Alamat Respondensi: ABSTRAK

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG DISMENORE DI AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang terjadi saat menstruasi. Dysmenorrhea disebabkan karena terjadi kontraksi

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

JURNAL. DiterbitkanOleh. LPPM STKIES AnNurPurwodadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DISMENORHEA REMAJA PUTERI PADA SISWA KELAS X SMK TALAGA KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Dismenorea Mahasiswi Tingkat 1 Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MAHASISWI KEPERAWATAN SI DALAM MENGATASI DISMENORE

SIKAP REMAJA PUTRI USIA TAHUN TENTANG MENARCHE DI SMP N BANDARKEDUNGMULYO KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

HUBUNGAN USIA MENARCHE DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

Hubungan Antara Pengetahuan Remaja Putri tentang Dismenorea dengan. Penanganan Dismenorea pada Siswi Kelas XI Di SMA N 6 Cirebon Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

PENGETAHUAN DAN KESIAPAN REMAJA PUTRI DALAM MENGHADAPI MENARCHE DI SD NEGERI NO MEDAN TAHUN 2017

TINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PREMENSTENSION KELAS X

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

Hubungan Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Tingkat Stres Pada Wanita Usia Subur

PENGARUH USIA MENARCHE DAN PEKERJAAN TERHADAP TERJADINYA MENOPAUSE DI DESA BULOH PEUDAYA KECAMATAN PADANG TIJI KABUPATEN PIDIE TAHUN 2011

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PUTERI DENGAN SIKAP MENGHADAPI PREMENSTRUAL SYNDROME DI SMK FARMASI YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa fase perkembangan dinamis dalam

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

2015 PERBED AAN TINGKAT D ISMENORE PAD A AKTIVITAS RINGAN, SED ANG, D AN BERAT ATLET WANITA KBB

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa ini terjadi satu kali dalam satu bulan. Semua wanita akan

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama masa usia

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

Jurnal Keperawatan dan Kesehatan, Volume VI, No.3 September 2015

ANALISIS KINERJA PERAWAT PELKASANA DALAM PENERAPAN PROSES KEPERAWATAN DI RUANGAN RAWAT INAP RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

I. PENDAHULUAN. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian di SMPN 8 Kota Gorontalo yang terletak di Jl. Madura Pulubala Kecamatan Kota Tengah.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH Mila Wiretno 1, Akmal 2, H. Indar 3 1 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2 STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3 Universitas Hasanuddin Makassar ABSTRAK Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Proverawati dan Misaroh 2009). Sedangkan Dismenore adalah Nyeri pada daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin (Proverawati dan Misaroh, 2009). Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan menstruasi dengan upaya penanganan dismenore pada siswi SMA Negeri I Bungku Tengah. Desain yang digunakan adalah Survey analitik dengan pendekatan waktu secara Cross sectional. Jumlah sampel yang ditemukan 168 responden sesuai dengan criteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dengan teknik Cluster Sampling. Data dianalisis dengan menggunakan chisquare yang dibaca melalui pearson chi-square, dengan derajat kemaknaan p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara Tingkat Pengetahuan Menstruasi terhadap Upaya Penanganan Dismenore (p<0,02) ada hubungan antara Tingkat Nyeri Terhadap Upaya Penanganan Dismenore (p<0,01). Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara tingkat pengetahuan menstruasi dan tingkat nyeri terhadap upaya penanganan Kata Kunci : Menstruasi, Tingkat Nyeri dan Dismenore PENDAHULUAN Menstruasi merupakan perubahan secara fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia remaja sampai usia menopause (Nugroho,2010). Pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum, tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, terkadang siklus menstruasi terjadi setiap 21 hari hingga 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, terkadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 ml per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35 ml per hari (Nugroho,2010). Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi sebagian kecil merasa berat di panggul atau merasa nyeri (dismenore). Usia gadis remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi lebar, yaitu antara 10-16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Statistik menunjukkan bahwa usia menarche dipengaruhi faktor keturunnan, keadaan gizi, dan kesehatan umum. Semelweiss menyatakan bahwa 100 tahun yang lampau usia gadis-gadis Viena pada waktu menarche berkisar antara 15-19 tahun. Menurut Brown (dalam Proverawati dan Misaroh,2009) menurunnya usia waktu menarche itu sekarang disebabkan oleh keadaan gizi dan kesehatan umum yang membaik, dan berkurangnya penyakit menahun. Menarche terjadi di tengah-tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Sesudah masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa dimana ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30-40 tahun dan berakhir pada masa mati haid atau menopause. Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatannya. Karena gangguan ini sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar di nilai (Prawiroharjo,2009). Angka kejadian nyeri menstruasi di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap Negara mengalami nyeri menstruasi. Di Amerika angka presentasenya sekitar 60% dan di Swedia sekitar 72%. Sementara di Indonesia angkanya diperkirakan 55% usia produktif yang tersiksa oleh nyeri selama menstruasi. Angka kejadian (prevalensi) Nyeri Menstruasi berkisar 45-95% di kalangan wanita usia produktif. Walaupun 616

pada umumnya tidak berbahaya, namun seringkali di rasa mengganggu bagi wanita yang mengalaminya. Derajat nyeri dan kadar gangguan tentu tidak sama untuk setiap wanita (Proverawati dan Misaroh,2009). Suatu studi menyatakan akibat dismenore tersebut sekitar 10% hingga 18%, dismenore adalah penyebab utama absen sekolah dan terganggu aktifitas lain. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sulastri (2006) ). Bahwa akibat keluhan dismenore pada remaja putri di purworejo berdampak pada gangguan aktifitas sehari-hari sehingga menyebabkan absen sekolah < 3 hari. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa hampir 10% remaja yang dismenore mengalami absence rate 1-3 hari per bulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya sehari-hari akibat nyeri hebat (Poureslami, dkk dalam Sulastri 2006). SMAN I Bungku Tengah merupakan sekolah yang letaknya di desa Mendui Kecamatan Bungku Tengah Kabupaten Morowali dengan jumlah keseluruhan murid 570 orang. Dari data yang diperoleh dari sekolah di dapatkan jumlah murid kelas 2 sebanyak 217 orang, jumlah putri 129 dan putra 88 orang. Di Morowali, belum ada data pasti tenta ng angka kejadian dismenoreini disebabkan karena kurangnya penelitian yang di lakukan di SMA ataupun di masyarakat, khususnya tentang gangguan menstruasi (dismenore) pada remaja. Karena belum pernah diadakan penelitian di SMA tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang pertama tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Upaya Penanganan Dismenore Pada Siswi Kelas 2 di SMA Negeri I Bungku Tengah tahun 2013. BAHASA DAN METODE Lokasi, populasi, dan sampel Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Bungku Tengah tepatnya di Jln. Garuda No. 5 Kelurahan Mendui. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli 2013. Besarnya sampel sebanyak 168 siswi yang merupakan responden telah memenuhi kriteria inklusi. Jenis dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan waktu secara Cross sectional yaitu suatu penelitian observasional yang dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen dan variabel dependen dimana pengukurannya dilakukan pada suatu waktu (Budiman,2011). Penelitian ini menggunakan teknik sampling berupa Cluster sampling yaitu pengelompokkan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Jenis sampling ini dapat dipergunakan dalam dua situasi. Pertama jika simple random sampling tidak memungkinkan karena alasan jarak dan biaya. Kedua peneliti tidak mengetahui alamat dari populasi secara pasti dan tidak memungkinkan menyusun sampling frame. Pengumpulan data dan pengolahan data Data hasil penelitian diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengukuran dan pengisian kuesioner dan alat yang digunakan adalah alat tulis menulis serta bahan yang digunakan adalah kuesioner. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait yang dalam penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Bungku Tengah. Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan komputer. Sebelum data dianalisis dengan statistik, terlebih dahulu diadakan : 1. Editing Dilakukan pemeriksaan ulang mengenai hasil pengisian kuisioner. 2. Koding a. Pembuatan daftar variabel b. Pembuatan daftar koding c. Pemindahan isi kuisioner ke daftar koding 3. Tabulasi data Setelah dilakukan kegiatan editing dan koding dilanjutkan lagi dengan mengelompokkan data kedalam suatu table menurut sifat-sifat yang dimiliki sesuai dengan tujuan penulisan. Analisis Data Setelah memperoleh nilai masingmasing tabel selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan computer a. Analisis Univariat Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dilakukan secara statistic deskriptif dengan menggunakan distribusi frekuensi. b. Analisis Bivariat Dilakukan terhadap dua variabel yabg diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan menggunakan uji chisquare pada program SPSS dengan nilai kemaknaan α = 0,05. HASIL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Frekuensi responden menurut umur siswi di SMA Negeri I Bungku Tengah 617

Umur n % 15 tahun 16 tahun 17 tahun 37 90 41 22 53,6 24,4 Berdasarkan tabel 1 dari 168 responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi pertama berada pada umur 16 Tahun yaitu 90 responden (53,6%), Sedangkan jumlah responden terendah pada umur 15 Tahun yaitu 37 responden (22%). Tabel 2. Distribusi frekuensi responden menurut kelas di SMA Negeri I Bungku Tengah Kelas n % Kelas 1 Kelas 2 70 98 41,7 58,3 % Berdasarkan tabel 2 dari 168 responden dapat dketahui jumlah responden tertinggi berada pada kelas 2 yaitu 98 responden (58,3%) dan jumlah responden terendah pada kelas 1 yaitu 70 responden (41,7%). Tabel 3. Distribusi frekuensi responden menurut Tingkat Pengetahuan Menstruasi Tingkat pengetahuan menstruasi n % cukup kurang 93 75 55,4 44,6 Berdasarkan tabel 3 dari 168 responden dapat diketahui jumlah responden tertinggi dari tingkat pengetahuan menstruasi yaitu sebanyak 93 responden (55,4%) dan jumlah responden yang berada pada tingkat pengetahuan menstruasi terendah yaitu 75 responden (44,5%). Tabel 4. Distribusi frekuensi responden menurut Tingkat Nyeri di SMA Negeri 1 Bungku Tengah Tingkat nyeri n % Berat Ringan 108 60 64,3 35,7 Berdasarkan tabel 4 dari 108 responden dapat diketahui bahwa yang menyatakan merasa nyeri berat dari tingkat nyeri yaitu sebanyak 108 responden (64,4%) dan yang menyatakan merasa nyeri ringan sebanyak 60 responden (35,7%). Tabel 5. Distribusi frekuensi menurut kelas terhadap tingkat nyeri di SMA Negeri I Bungku Tengah Tingkat nyeri Kelas Nyeri berat Nyeri ringan n % n % 1 2 59 49 54,6 45,4 34 26 56,7 43,3 Total 108 100 60 100 Berdasarkan tabel 5 dari 168 responden dapat diketahui bahwa siswi kelas 1 yang merasakan nyeri berat sebesar 59 responden (54,6%) dan responden yang merasakan nyeri ringan sebesar 34 responden (56,7%) sedangkan dari siswi kelas 2 yang merasakan nyeri berat sebesar 49 responden (45,4%) dan responden yang merasakan nyeri ringan sebesar 26 responden (43,33). Tabel 6. Distribusi frekuensi responden menurut umur terhadap tingkat nyeri Tingkat nyeri Umur Nyeri berat Nyeri ringan n % n % 15 16 17 30 60 18 27,8 55,5 16,7 18 31 11 30 51,7 18,3 Total 108 100 60 100 Berdasarkan tabel 6 dari 168 responden, dapat diketahui bahwa responden yang berumur 15 tahun yang merasa nyeri berat adalah 30 responden (27,8%), dan responden yang merasakan nyeri ringan adalah 18 responden (30%), responden yang berumur 16 tahun yang merasakan nyeri berat adalah 60 responden (55,5%), dan responden yang merasakan nyeri ringan adalah 31 responden (51,7%), sedangkan responden umur 17 tahun yang merasakan nyeri berat adalah 18 responden (16,7%) dan responden yang merasakan nyeri ringan adalah 11 responden (18,3%). Tabel 7. Distribusi frekuensi responden menurut upaya penanganan dismenore di SMA Negeri I Bungku Tengah Upaya penanganan dismenore n % Ada Tidak ada 97 71 57,7 42,3 Berdasarkan tabel 7 dari 168 responden dapat diketahui bahwa yang mengatakan adanya upaya penanganan terhadap dismenore yaitu sebanyak 97 responden (57,7%) dan 71 responden (57,7) mengatakan tidak ada upaya penanganan terhadap 618

Tabel.8. Distribusi tingkat pengetahuan menstruasi terhadap upaya penanganan dismenore di SMA Negeri I Bungku Tengah Tingkat Pengeta Upaya Penanganan Dismenore Total huan Ada Tidak ada Menstru asi n % n % n % Cukup Kurang 61 36 36,3 21,4 32 39 19,0 23,2 92 75 55,4 44,6 Total 97 57,7 71 42,2 168 100 p = 0,002 Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa dari 168 responden terdapat 93 responden (55,4%) meyatakan tingkat pengetahuan cukup, 61 responden menyatakan ada upaya penanganan dismenore (36,3%) dan 32 responden menyatakan tidak ada upaya penanganan dismenore (19,0%). Sedangkan dari 75 responden (44,6%) menyatakan tingkat pengetahuan kurang, 36 responden menyatakan ada upaya penanganan dismenore (21,4%) dan 39 responden menyatakan tidak ada upaya penanganan Berdasarkan uji statistik Uji chi-square diperoleh nilai P = 0,02 (p = 0,02 p < 0,05). Dengan demikian Ha diterima Ho ditolak dengan interpretasi ditemukannya hubungan antara tingkat pengetahuan menstruasi terhadap upaya penanganan dismenore di SMA Negeri I Bungku Tengah. Tabel 9. Distribusi Upaya penanganan dismenore terhadap tingkat nyeri di SMA Negeri I Bungku Tengah Tingkat nyeri Berat Ringan Upaya Penanganan Dismenore Total Ada Tidak ada n % n % n % 70 41,7 38 22,6 108 64,3 27 16,1 33 19,6 60 35,7 Total 97 57,7 71 42,2 168 100 p = 0,001 Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa dari 168 responden terdapat 108 responden (64,3%) yang menyatakan nyeri berat, 70 responden yang menyatakan ada upaya penanganan dismenore (41,7%) dan 38 responden yang menyatakan tidak ada upaya penanganan dismenore (22,6%). Sedangkan dari 60 responden (35,7%) menyatakan nyeri ringan, 27 responden menyatakan ada upaya penanganan dismenore (16,1%) dan 33 responden menyatakan tidak ada upaya penanganan (19,6%). Berdasarkan uji statistik Uji chi-square diperoleh nilai P = 0,01 (p = 0,01 p < 0,05). Dengan demikian Ha diterima Ho ditolak dengan interpretasi ditemukannya hubungan tingkat nyeri terhadap upaya penanganan dismenore di SMA Negeri I Bungku Tengah. PEMBAHASAN 1. Tingkat pengetahuan menstruasi terhadap upaya penanganan dismenore Berdasarkan tabel 6 menunjukan bahwa 93 responden (55,4%) meyatakan tingkat pengetahuan cukup, Sedangkan 75 responden (44,6%) menyatakan tingkat pengetahuan kurang. Dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh nilai P = 0,02 (P < 0,05). Ini berarti ada hubungan yang bermakna antara upaya penanganan dismenore terhadap tingkat pengetahuan menstruasi. Dari hasil penelitian di atas maka peneliti berasumsikan bahwa tingkat pengetahuan menstruasi sangat berpengaruh terhadap upaya penenganan Ini dibuktikan dari hasil penelitian yaitu semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula upaya penanganan terhadap dismenore begitu pula sebaliknya semakin kurang pengetahuan seseorang maka semakin kecil pula upaya untuk melakukan upaya penanganan terhadap Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui inder yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman sendiri maupun pengalaman yang didapat dari orang lain, sehingga pengetahuan sangat penting untuk membentuk perilaku seseorang daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Menurut Hurlock beberapa faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan adalah tempat tinggal yang merupakan tempat menetap responden sehari-hari. Pengetahuan seseorang akan lebih jika berada pada lingkungan yang ramai dan bermacam-macam seperti di perkotaan, karena di lingkungan yang ramai mempunyai keluasan kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial maka wawasan social makin kuat dan mudah mendapatkan informasi. Sedangkan sumber informasi akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, bila seseorang banyak memperoleh informasi maka cenderung untuk mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2010). Menstruasi merupakan perubahan secara fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi 619

oleh oleh hormon reproduksi (Nugroho, 2010). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Purwani, dkk yang berjudul Hubungan tingkat pengetahuan menstruasi dengan upaya penanganan dismenore pada remaja putri di SMAN I Petanahan dimana dalam penelitian yang dilakukan terhadap 67 responden, hasil penelitianya menunjukan bahwa tingkat pengetahuan menstruasi yang tertinggi adalah kurang pengetahuan yaitu 55 responden (82%) dan upaya penangananya kurang. sisanya adalah yang berpengetahuan tinggi dan upaya penangananya baik. 2. Tingkat nyeri terhadap upaya penanganan dismenore Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa 108 responden (64,3%) menyatakan nyeri berat Sedangkan dari 60 responden (35,7%) menyatakan nyeri ringan. Dengan menggunakan uji chisquare diperoleh nilai P = 0,01 (P<0,05). Ini berarti ada hubungan bermakna antara tingkat nyeri terhadap upaya penanganan Dari hasil penelitian diatas maka peneliti berasumsi bahwa tingkat nyeri mempunyai pengaruh terhadap upaya penanganan dismenore, Ini dibuktikan dari hasil penelitian yaitu jika nyeri menstruasi yang dialami terasa berat, maka orang tersebut akan segera melakukan upaya penanganan terhadap nyeri menstruasi (dismenore) begitu pula sebaliknya jika nyeri menstruasi yang dialami seseorang terasa ringan, maka orang tersebut tidak akan melakukan upaya terhadap nyeri menstruasi tersebut. Nyeri menstruasi (dismenore) adalah rasa sakit pada bagian bawah perut saat menstruasi yang mengganggu aktivitas sehari-hari (Manuaba, 2001). Menurut Faizah (2000) dismenore adalah nyeri di perut bagian bawah ataupun di punggung bagian bawah akibat dari kontraksi dalam usaha untuk mengeluarkan lapisan dinding rahim yang terlepas. Emirza Nur Wicaksono mengemukakan dismenore adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh kejang otot uterus. Nyeri ini terasa di perut bagian bawah. Nyeri dapat terasa sebelum atau selama menstruasi. Dapat bersifat kolik atau terus menerus. Menurut Manuaba (2001) dismenore dibagi menjadi 2 yaitu nyeri ringan dan nyeri berat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh jarret,dkk dalam Sulastri (2006) ada tingkatan nyeri saat menstruasi yaitu nyeri ringan dan nyeri berat. Selanjutnya untuk menghilangkan nyeri tersebut remaja menggunakan obat sendiri tanpa konsultasi dengan dokter. Artinya ada hubungan antara tingkat nyeri yang dirasakan sesorang dengan upaya penanganan untuk nyeri tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Menstruasi Terhadap Upaya Penanganan Dismenore di SMA Negeri I Bungku Tengah diperoleh kesimpulan sabagai berikut : Terdapat hubungan bermakna Antara Tingkat Pengetahuan Menstruasi Terhadap Upaya Penanganan Dismenore di SMA Negeri I Bungku Tengah, Terdapat hubungan bermakna Antara Tingkat Nyeri Terhadap upaya Penanganan Dismenore di SMA Negeri I Bungku Tengah. SARAN Dari kesimpulan hasil penelitian diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut : Bagi siswi SMA Negeri I Bungku Tengah yang mengalami dismenore agar lebih meningkatkan pengetahuan mengenai penatalaksanaan dismenore dan mengaplikasikannya dengan harapan nyeri karena dismenore yang dialami dapat berkurang dan bagi yang tidak mengalami dismenore lebih baik untuk terus mencari sumber pengetahuan terutama masalah dismenore yang sering menyerang pada remaja usia produktif, Kiranya penelitian ini dapat menambah bahan untuk referensi bagi institusi, khusunya bagi mahasiswa yang ingin meneliti tentang penanganan Dismenore, Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan dalam penelitian selanjutnya yang meneliti tentang tingkat pengetahuan menstruasi terhadap upaya penanganan DAFTAR PUSTAKA Astilestari Melathy. Pengertian menstruasi. ONLINE http://www.blogspot.com. Diakses 7 februari 2013. Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Jilid I. Refika Aditama : Bandung. 620

Rusdiana Erna. 2010. Menstruasi dan Dismenore. ONLINE http://keperawatan komunitas.blogspot.com/2010/11 mentruasi-dan-html.diakses tanggal 20 April 2009. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007, Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Edisi kedua. Salemba Medika, Jakarta. HK, Joseph, S, Nugroho, M. 2010. Catatan Kuliah Genekologi dan Obstetri. Nuha Medika : Yogyakarta Judha Muhammad, Sudarti, Fauziah Afroh. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Medika : Yogyakarta. Nyeri Persalinan. Jilid I. Nuha KBBI. 2010, www. Arti kata. Com/arti-380248-Penanganan. (online) Diunduh tanggal 20 Mei 2010 Notoatmodjo Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitan kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Proverawati Atikah, dan Misaroh, Siti. 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Jilid I, Nuha Nedika : Yogyakarta. Sulastri. 2006. Perilaku Pencarian Pengobatan Keluhan Dysmenorhea pada Remaja di Kabupaten Purworejo Propinsi Jawa Tengah. Tesis. Universitas Gajah Mada :Yogyakarta. Suparyanto. 2010. Pengertian nyeri haid (dismenore). ONLINE http://www.blogspot.com. Diakses 5 juni 2011. Wawan, A. dan M, Dewi.2011.Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia Dilengkapi contoh Kuisioner. Jilid II. Nuha Medika : Yogyakarta. Wicaksono nur ermirza. 2011. Pengertian Dismenore (nyeri haid), ONLINE http://www.blog.unissula.ac.id, diakses 24 januari 2013. Winkjosastro hanifa. 2009. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. 621