BAB IV KESIMPULAN Prosperity Outhority faktor sosial ekonomi politik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sejak masa reformasi ditandai dengan adanya kebebasan terhadap pers dalam

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

Demokratisasi di Mesir (Arab Spring) Ketiga dapat dikatakan benar. Afrika Utara dan Timur Tengah mengalami proses demokrasi

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

مظاهرات بمصر احتفاء بثورة (Skematik)

I.PENDAHULUAN. telah disaksikan tata pola penguasa negara. Jika dilihat kembali awal berdirinya Orde

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini korupsi sudah menjadi penyakit

BAB V KESIMPULAN. bergabung dengan Uni Eropa, dalam memperoleh keanggotaan sebagai pengguna mata

BAB I PENDAHULUAN. berkuasa selama 32 tahun penuh dengan kejayaan pembangunan kemudian jatuh

100 Hari Pemerintahan SBY- Boediono: Timpangnya Kebijakan Makroekonomi dengan Kesejahteraan Rakyat. Jakarta, 31 Januari 2010

BAB V KESIMPULAN. serangan Paris oleh kaum Islamis dengan pandangan-pandangan SYRIZA terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mempertahankan sistem militer dan sistem demokrasi sama saja memperpanjang kolonialisme. Pilihan satu-satunya adalah khilafah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini akan membahas tentang pemerintah otoriter Mesir di bawah

BAB V KESIMPULAN. Ilmu Hubungan Internasional mempelajari dinamika kasus negara

BAB V PENUTUP. kebijakan isolasi untuk menutup negara Myanmar dari dunia internasional. Semua. aspek kehidupan mulai dari politik, ekonomi, hukum

KETERANGAN PERS PRESIDEN RI SETELAH SIDANG KABINET TERBATAS DI KANTOR KEPRESIDENAN, Senin, 12 Januari 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berapapun bantuan yang diberikan kepada negara-negara berkembang, pasti habis

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

Para filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia pada periode merupakan sejarah yang menentukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Salah satu tujuan manusia berkomunikasi adalah mendapatkan

DUKUNGAN ARAB SAUDI TERHADAP PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DALAM REVOLUSI RAKYAT YAMAN RESUME

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat yang kecil ataupun masyarakat yang berskala besar dalam menginginkan

BAB V KESIMPULAN. BAB V merupakan bab yang berisi kesimpulan-kesimpulan dari setiap

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

melakukan Revolusi Kuba dan berhasil menjatuhkan rezim diktator Fulgencio merubah orientasi Politik Luar Negeri Kuba lebih terfokus pada isu-isu high

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah pertanahan di Indonesia telah berkembang menjadi

KRISIS POLITIK DI SURIAH ERA BASHAR AL-ASSAD (POLITICAL CRISIS IN SYRIA ON BASHAR AL-ASSAD) SKRIPSI. Oleh YENNY KURNIAWATI NIM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Saat ini Yunani sedang mengalami Krisis Ekonomi akibat akumulasi hutang

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

6 th of April Youth Movement serta trending topic Twitter #Jan25 dan #Egypt

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

Tentara sekali lagi membuktikan mereka adalah kekuatan nyata di negeri itu. Tidak berubah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

sherila putri melinda

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB V PENUTUP. 1. Konsep keamanan nasional dalam RUU Keamanan Nasional pada. dasarnya telah menerapkan konsep keamanan non tradisional.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Filipina: Perubahan Tanpa Ideologi Mendasar

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II PEMERINTAHAN OTORITER DAN TRANSISI DEMOKRASI DI MESIR. kekuasaan Raja Farouk pada tahun Pasca kudeta, hingga tahun 2011 secara

BAB V KESIMPULAN. standar Internasional mengenai hak-hak perempuan dan diskriminasi peremupuan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

Kapitalisme adalah ideologi yang cacat dan terbukti gagal membawa kebahagiaan bagi manusia di muka bumi ini.

RESUME 21 BUTIR PLATFORM KEBIJAKAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (1) PEMANTAPAN EKONOMI MAKRO

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB VI KESIMPULAN. Penulis menyimpulkan bahwa strategi perlawanan petani mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa KAMMI telah melakukan beberapa hal terkait dengan strategi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. kepala eksekutif dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga kepala eksekutif tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Konflik dan tindakan kekerasan dalam kehidupan manusia sekarang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk.

BAB V KESIMPULAN. di Kerajaan Saudi. Ulama berperan dalam mendukung segala kebijakan-kebijakan

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Agen-Agen Perubahan dan Aksi Tanpa Kekerasan

Perbedaan HAM pada UUD 1945 sebelum dan sesudah diamandemen A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB VI KESIMPULAN. Mohamad (GM), sebagai salah seorang pendiri dan mantan pemimpin Majalah

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN DEMOKRASI

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN DASAR HUKUM UNTUK REVITALISASI DEWAN RISET DAERAH * Oleh: Berna Sudjana Ermaya **

PENDAHULUAN. Tantangan utama negara-negara di seluruh dunia bukan lagi isu perang dingin. Melainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan diera globalisasi perusahaan saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BAB I PENDAHULUAN. menggantikan Soekarno, Undang-Undang yang pertama dibuat ialah Undang-Undang

Peran KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia. Oleh : Harrys Pratama Teguh Jumat, 25 Juni :05. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 14 PERWUJUDAN LEMBAGA DEMOKRASI YANG MAKIN KUKUH

BAB I PERANAN LIGA ARAB DALAM USAHA MENYELESAIKAN KONFLIK DI SURIAH. Organisasi yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian antar negara-negara

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN Setelah melakukan beberapa analisa data melalui pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan penelitian ini kedalam beberapa hal pokok untuk menjawab pertanyaan mengenai mengapa terjadi revolusi di Tunisia dan Mesir pada tahun 2011. Penulis menyimpulkan bahwa dalam kasus revolusi di kedua negara tersebut harus dibedakan antara apa yang menjadi penyebab utama terjadinya revolusi di kedua negara, apa pemicuya dan apa saja yang menjadi faktor pendukung terjadinya revolusi di kedua negara tersebut. Penulis menemukan ada dua hal mendasar dan utama yang menyebabkan terjadinya revolusi di kedua negara tersebut sebagai berikut. 1. Prosperity (kesejahteraan dan persoalan sosial ekonomi). Berlarut-larutnya dampak resesi global pada tahun 2008 ternyata juga ikut berpengaruh pada semakin buruknya ekonomi di kedua negara tersebut, yang berimplikasi pada semakin meningkatnya pengangguran dan meluasnya kemiskinan. Pada puncaknya, masyarakat rela melakukan apapun demi terjadinya suatu perubahan. 2. Outhority (kepemimpinan dan kekuasaan politik). Adanya dominasi kekuasaan rezim penguasa di kedua negara, membuat rakyatnya semakin menderita. Mereka menjadikan kekuasaannya sebagai alat untuk membangun dan memodernisasi otoritarianismenya secara permanen dan rapi, melalui mekanisme pengekangan hak-hak politik rakyat. Khusus untuk di negara Mesir, adanya penerapan konstitusi keadaan darurat (emergency constitution) tanpa pernah melakukan redesain konstitusi ulang, membuat konstitusi tersebut sebagai endenger absolute constitution yang melahirkan praktek-praktek politik otoriter. Konstitusi tersebut menjadikan otoritarianisme semakin mengakar kuat di masyarakat Mesir yang berdampak pada berlarut-larutnya kekuasaan terus berada di tangan rezim yang sedang berkuasa. Penulis juga menemukan adanya perbedaan yang sangat signifikan antara penyebab utama terjadinya revolusi di Tunisia dengan penyebab utama terjadinya revolusi di Mesir. Terjadinya revolusi di Tunisia berawal dari adanya faktor sosial ekonomi yang buruk, sehingga memaksa masyarakat Tunisia berani melakukan aksi apapun untuk menuntut keadilan dan kesejahteraan terhadap rezim berkuasa. Dari permasalahan ekonomi, protes kemudian meluas pada persoalan-persoalan politik, yaitu sistem pemerintahan Ben Ali yang otoriter yang dirasa 1

sangat mengekang rakyatnya. Sementara itu, penyebab utama terjadinya revolusi di Mesir justru bermula dari adanya faktor politiknya yang kotor, yaitu rezim berkuasa seperti dibenarkan untuk melakukan tindakan sewenang-wenang, yang membuat rakyatnya antipati dan tidak percaya kepada pemimpinnya. Kemarahan rakyat Mesir semakin memuncak ketika mereka menyadari bahwa rezim Husni Mubarak gagal mengatasi masalah-masalah sosial ekonomi di negaranya, yang berdampak pada semakin banyaknya pengangguran dan kemiskinan. Buruknya perekonomian di negara Tunisia ternyata disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah menurunnya GDP dan GNI negara Tunisia, menurunnya volume ekspor dan terus meningkatnya volume impor, besarnya jumlah pinjaman negara sehingga menyebabkan hutang luar negeri Tunisia semakin membengkak, semakin menurunnya nilai investasi, melonjaknya harga pangan khususnya bahan pokok dan semakin besarnya devisit anggaran negara. Lemahnya peran pemerintah dalam usaha-usaha stabilisasi ekonomi negara menyebabkan semakin bertambah sempitnya ruang gerak pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru di Tunisia, yang akhirnya berdampak pada semakin tingginya tingkat pengangguran dan meluasnya kemiskinan. Disisi lain, meskipun pemerintah Tunisia melakukan pinjaman luar negeri dalam jumlah besar, namun tidak memberikan kontribusi yang nyata bagi perbaikan kesejahteraan rakyat Tunisia. Yang terjadi justru sebaliknya, pemerintah menggunakan kekuasaannya untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi serta memperkuat kroninya dengan cara melakukan praktek-praktek korupsi dan penyelewengan anggaran negara, sehingga hutang luar negeri dan devisit anggaran negara semakin meningkat. Kenyataan tersebutlah yang menyebabkan timbulnya kemarahan rakyat di Tunisia, yang sebelumnya juga telah menemukan momentum terjadinya revolusi melalui pembakaran diri Muhammad Bouazizi (seorang sarjana yang menjadi tukang sayur) yang kecewa terhadap pemerintah yang tidak menanggapi pengaduannya. Buruknya praktek politik juga membuat situasi di Tunisia semakin memanas, karena banyak masyarakat yang semakin menyadari bahwa pemerintah Tunisia di bawah kepemimpinan Zainal Abidin Ben Ali memainkan praktek-praktek politik yang kotor. Hal tersebut ditandai dengan adanya pengekangan hak-hak politik masyarakat, utamanya kelompok-kelompok oposisi dan penggiat HAM, pemberlakuan sensor media secara ketat, melakukan penahanan dan penyiksaan terhadap lawan-lawan politik, serta adanya pengawasan ketat terhadap mantan- 2

mantan tahanan politik, bahkan tidak diperbolehkannya melakukan hal-hal yang secara sepihak dianggap berlawanan dengan rezim yang berkuasa. Sehingga banyak masyarakat Tunisia yang tidak berani mengekspresikan pendapat, meskipun hal tersebut mungkin baik untuk kemajuan Tunisia. Meskipun tingkat pendidikan di Tunisia tergolong tinggi dan memiliki kaum intelektual yang tidak sedikit, namun hal tersebut juga tidak mampu membawa Tunisia menjadi lebih baik. Disebabkan adanya dominasi otoritas kekuasaan dalam pembangunan Tunisia. Fakta-fakta di ataslah yang kemudian membuat protes masyarakat di Tunisia semakin meluas ke seluruh penjuru Tunisia, hingga tercetusnya revolusi pada tanggal 18 Desember 2010. Gerakan protes terhadap pemerintah Tunisia itu awalnya diorganisir oleh koalisi intelektual muda dan kaum buruh yang didukung oleh adanya peran media sosial, media massa, dan media cetak. Kelompok tersebut melakukan konsolidasi dan penyebaran informasi yang menyerukan pentingnya melakukan perubahan di negara tersebut. Gerakan perubahan tersebut ternyata mendapatkan simpati dari masyarakat luas di Tunisia. Akhirnya pimpinan-pimpinan kelompok oposisi yang sebagiannya baru pulang dari pengasingan luar negeri menyatukan semua kekuatan yang ada untuk bersama-sama melakukan revolusi. Masifnya protes yang dilakukan oleh masyarakat Tunisia selama hampir 30 hari, baik melalui media sosial maupun turun langsung ke jalanan akhirnya berhasil mencapai puncaknya yaitu menjatuhkan presiden Zainal Abidin Ben Ali dari jabatannya pada 14 Januari 2011. Berbanding terbalik dengan Tunisia, penyebab utama terjadinya revolusi di Mesir pada tahun 2011 diawali dengan adanya situasi politik yang buruk. Hal tersebut disebabkan oleh diterapkannya undang-undang darurat militer sejak tahun 1981, yang memberi wewenang yang luar biasa kepada pemerintah untuk membatasi hak warga sipil Mesir, dengan cara memberikan hak yang luas kepada pihak berwenang untuk menangkap dan menahan seseorang tanpa batas waktu dan alasan. Undang-undang tersebut seperti memberikan kekuasaan yang seluas-luasnya kepada rezim untuk membuat kebijakan-kebijakan yang sangat otoriter, sehingga masyarakat merasa terkekang. Kondisi pemerintahan yang kaku dan otoriter tersebut menjadi alasan utama masyarakat menuntut perubahan. Dilain sisi, terjadinya penyiksaan terhadap salah seorang warga Mesir yang bernama Khaled Said oleh aparat keamanan Mesir, membuat seorang aktivis media sosial bernama Wael Ghonim turut prihatin atas kesewenang-wenangan di negaranya tersebut. Sehingga berinisiatif 3

untuk menyebarluaskan informasi penyiksaan tersebut ke seluruh penjuru Mesir dengan membuat sebuah akun Facebook bernama We Are All Khaled Said. Hal inilah yang kemudian menjadi pemicu masyarakat Mesir untuk melakukan gerakan revolusi. Kondisi perekonomian yang buruk di Mesir juga membuat semakin memuncaknya kemarahan masyarakat terhadap rezim berkuasa, Karena sebagaimana yang terjadi Tunisia, buruknya kondisi perekonomian negara Mesir membuat jumlah pengangguran dan kemiskinan terus menerus meningkat. Masifnya pemberitaan mengenai keberhasilan revolusi di Tunisia juga menjadi efek domino bagi masyarakat Mesir. Keberhasilan revolusi di Tunisia sedikit banyak menginspirasi masyarakat Mesir untuk melakukan hal yang sama di negaranya demi tercapainya suatu perubahan. Akumulasi fakta-fakta diataslah yang kemudian menjadi pemicu dan penyebab munculnya gerakan-gerakan protes terhadap pemerintah di Mesir, hingga puncaknya terjadilah revolusi pada tanggal 25 Januari 2011 dan berhasil menggulingkan pemimpinnya pada tanggal 11 Februari 2011. Gerakan protes terhadap pemerintah Mesir itu, awalnya diorganisir secara diam-diam oleh kelompok-kelompok intelektual muda yang prihatin terhadap kondisi Mesir dalam lingkup kecil. Adanya informasi yang disebarluaskan oleh aktivis media sosial mengenai penyiksaan dan kebrutalan aparat keamanan Mesir di berbagai media sosial, membuat semakin kuatnya kesadaran kolektif masyarakat Mesir mengenai pentingnya melakukan sebuah gerakan perubahan untuk menggulingkan Husni Mubarak. Gerakan tersebut terus semakin menguat seiring aktifnya konsolidasi tidak langsung melalui media sosial, utamanya Facebook dan Twitter antar aktivis-aktivis revolusi. Setelah gerakan revolusi tersebut meluas keseluruh penjuru Mesir, akhirnya pemimpin-pemimpin kelompok oposisi menyatukan gerakan untuk bersama-sama melakukan revolusi. Selama 18 hari masyarakat Mesir melakukan demonstrasi besar-besaran, baik melalui media sosial maupun turun langsung ke jalanan, akhirnya berhasil menggulingkan presiden Husni Mubarak dari jabatannya pada tanggal 11 Februari 2011. Melalui fenomena yang terjadi di Tunisia dan Mesir diatas, dapat kita ambil hikmah bahwa, seorang pemimpin dimasa yang akan datang hendaknya mampu memberikan keadilan, kesejahteraan dan kebebasan bagi seluruh rakyatnya. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ramlan 4

Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik, yang menyebutkan bahwa salah satu cara untuk mendapatkan legitimasi kekuasaan bagi seorang pemimpin ialah karena kemampuannya untuk memberikan kesejahteraan dan keadilan kepada masyarakat, seperti menjamin tersedianya kebutuhan dasar, fasilitas kesehatan dan pendidikan, sarana produksi pertanian, sarana komunikasi dan transportasi, kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Untuk dapat memberikan kesejahteraan. Selain berlaku adil terhadap seluruh warganya, pemimpin juga harus mampu memberikan peluang untuk mengikut sertakan peran masyarakat dalam pembangunan di negaranya, dengan formulasi program-program yang ditawarkannya. Karena di era globalisasi saat ini, pemimpin yang merasa paling benar dan berlaku sekehendaknya sendiri akan dianggap tidak relevan dalam konteks kemajuan dan pembangunan. Sebaliknya seorang pemimpin justru harus mampu memotivasi masyarakatnya agar selalu partisipatif dan mampu bekerjasama, bersama-sama dalam memberikan konstribusi positif untuk membangun kebebasan dan kesejahteraan yang lebih baik. Ketika seorang pemimpin gagal memberikan harapan-harapan tersebut, maka akan muncul keadaan-keadaan yang oleh Soerjono Soekanto disebut sebagai syarat atau penyebabpenyebab terjadinya revolusi. Maka cepat atau lambat seorang pemimpin tersebut akan kehilangan dukungan dan legitimasinya dari masyarakat yang mungkin sebelumnya mendukung, dan berikutnya masyarakat akan mencari kepemimpinan lain yang dianggapnya lebih baik, sebagaimana yang terjadi di negara Tunisia dan Mesir tahun 2011. 5