BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu manajemen yang baik. Menurut Welsch (2000) misinya tanpa suatu manajemen yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai deontologi dan teleologi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

Anthony dan Govindarajan, 2005, Management Control System, Buku 2, Edisi ke 11, Salemba Empat, Jakarta.

BAB II LANDASAN TEORI. principal dan agen. Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat

BAB I PENDAHULUAN. direvisi menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 serta Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin majunya dunia bisnis, semakin kompleks pula masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik pada dasarnya membutuhkan sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.

BAB I PENDAHULUAN. peraturan organisasi yang berlaku. Pada organisasi pemerintahan di Indonesia,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini akan memaparkan teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan kegiatan organisasi secara lebih efektif dan efisien (Scief dan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bentuk angka atau yang kita kenal sebagai anggaran. Tanpa adanya anggaran,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan pembaharuan yang akan menjadi generasi-generasi penerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Moral Reasoning, Ethical Sensitivity, Persepsi Etis dan Gender.

BAB I PENDAHULUAN. 1977; Nori, 1996) dalam (Putu Novia, dkk: 2015). Mardiasmo (2002) dalam (Putu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Anggaran sektor publik merupakan suatu instrumen perencanaan,

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk melaksanakan strategi organisasi, oleh sebab itu anggaran harus

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

INTERAKSI BUDAYA ORGANISASI, INFORMASI ASIMETRI, DAN GROUP COHESIVENESS DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN BUDGETARY SLACK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara mandiri. Masing-masing daerah telah diberikan kekuasaan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Bagian ini membahas mengenai teori-teori dan pendekatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui

Rina Ismawati B

BAB I PENDAHULUAN. yang dibiayai dari uang publik. Melalui anggaran, akan diketahui

BAB I PENDAHULUAN. disfungisional terhadap sikap dan perilaku anggota organisasi (Indriantoro dan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan sasaran, penjabaran secara terperinci dalam bentuk rencana-rencana

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan awal tahun 1999, instansi pemerintah dan pemerintah daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hasil pengujian secara simultan masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dijabarkan sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut (Hansen dan Mowen [1997]). Proses

SKRIPSI. Diajukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

BABI PENDAHULUAN. Anggaran dalam dunia bisnis merupakan unsur utama dalam perencanan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan organisasi dibandingkan dengan tujuan-tujuan individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan teori yang menjelaskan mengenai hubungan antara principal dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digerakkan oleh sektor bisnis (Privat) dan sektor publik (entitas publik).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik juga dituntut untuk mampu bersaing dengan pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran akuntan dalam penatalaksanaan keuangan negara meningkat seiring

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi merupakan kondisi dimana prinsipal (pemilik atau manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B A B I P E N D A H U L U A N. dapat terjadi di berbagai bidang: bisnis, pemerintahan, agama, pendidikan,

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kontrak atau dokumen untuk komitmen dan kesepakatan yang telah dibuat

ABSTRAK PERAN PENGENDALIAN ANGGARAN KETAT DAN ETIKA MEMODERASI PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN PADA SENJANGAN ANGGARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebuah hubungan kontraktual antara dua pihak, yaitu antara pemilik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dengan desentralisasi. Sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan

Kata Kunci :partisipasi penyusunan anggaran, budgetary slack, komitmen organisasi, etika

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia. Sumber daya ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan suatu unsur atau bagian penting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia bisnis makin berkembang dan persaingan antar perusahaan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DIPANDANG DARI SEGI GENDER

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki komposisi penduduk dalam rentang usia produktif yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja perusahaan adalah kemampuan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan

SKRIPSI. Oleh : ARIFAH NUR SABRINA B

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. anggaran. Anggaran merupakan sebuah rencana tentang kegiatan di masa datang yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi independen, integritas dan profesional. BPK wajib untuk mematuhi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu rencana mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang akan dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi termasuk institusi pendidikan dalam melaksanakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori atribusi ini dikembangkan oleh Kelley pada tahun 1967, kemudian dilanjutkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kesenjangan anggaran dapat ditelusuri dari pengembangan agency theory

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Teori-teori tersebut meliputi teori

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan suatu alat. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan kontrol terhadap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, profesi auditor mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan

audit yang tinggi menyebabkan merosotnya kepercayaan masyarakat waktu yang berbeda dan mengintegrasikan informasi dari bukti-bukti tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Etika merupakan konsep fundamental bagi semua bidang seperti; akuntansi,

Persepsi karyawan bagian akuntansi dan mahasiswa akuntansi tentang etika bisnis. Sari Septiana Purnomo F UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAB I

BAB 1 PENDAHULUAN. finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa teori keagenan adalah suatu konsep yang menjelaskan hubungan antara atasan dan bawahan. Menurut Anthony dan Govindarajan (1980) fenomena teori keagenan terjadi apabila atasan melimpahkan wewenang kepada bawahan untuk membantu pengambilan keputusan. Konflik kepentingan umumnya terjadi karena bawahan tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan kepentingan atasan, sehingga dapat menimbulkan anggaran slack dan umumnya terjadi karena individu hanya mementingkan dirinya sendiri. 2. Anggaran Slack Anggaran slack telah banyak dipelajari dengan perspektif yang berbeda dalam akuntansi manajemen dan akuntansi perilaku. Definisi yang dibuat pada sektor swasta oleh Young (1985) anggaran slack adalah suatu tindakan dimana agen melebihkan kemampuan produktif dengan mengestimasikan pendapatan lebih rendah dan biaya lebih tinggi ketika diberi kesempatan untuk memilih standar kerja sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Lubis (2011) mendefinisikan 10

11 anggaran slack sebagai selisih antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan secara efisien dan jumlah sumber daya yang lebih besar untuk menyelesaikan suatu tugas tersebut. Sesuai dengan prinsip hukum ekonomi islam, anggaran slack termasuk dalam salah satu prinsip yaitu prinsip pertanggungjawaban. Prinsip tersebut menjelaskan bahwa penyusunan anggaran harus bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Prinsip tersebut diperjelas dalam QS. Al-Isra ayat 36 : Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Selain itu juga diperjelas QS. Al Ahzab ayat 15 yang artinya Dan sesungguhnya mereka sebelum itu telah berjanji kepada Allah: Mereka tidak akan berbalik ke belakang (mundur). Dan adalah perjanjian dengan Allah akan diminta pertangggungjawabnya. Dari ayat tersebut terlihat jelas bahwa perilaku anggaran slack tidak baik untuk dilakukan, karena kelak semua perilaku yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah SWT. 3. Ethical Judgement dan Moral Reasoning Theory Etika adalah proses tentang apa yang dilakukan individu pada situasi tertentu yang dipengaruhi oleh pengalaman dan pembelajaran dari masing-masing individu. Onsi (1973) menjelaskan bahwa perilaku individu dalam menciptakan anggaran slack dapat dijelaskan

12 menggunakan teori perilaku individu itu sendiri. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa etis atau tidak sikap individu tergantung dari individu dalam menanggapi situasi etis dalam organisasi. Forsyth (1992) menemukan bahwa pertimbangan etis dari situasi etis yang dihadapi dalam organisasi mempengaruhi suatu keputusan etis individu. 4. Gender Menurut pendekatan sosilisasi, wanita lebih cenderung berperilaku etis dalam melaksanakan pekerjaannya karena wanita lebih menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik. Perbedaan perilaku etis antara pria dan wanita adalah adanya perbedaan pembawaan nilai-nilai moral kedalam pekerjaan dimana wanita lebih cenderung berfikir untuk melakukan sesuatu sesuai norma yang telah ditetapkankan karena naluri seorang wanita akan cenderung menentang apabila yang dilakukan berada diluar norma yang ada, sedangkan pria lebih bersaing dalam mencapai kesuksesan dan untuk mencapai kesuksesan tersebut pria cenderung untuk melanggar aturan yang ada (Febrianty, 2010). 5. Komitmen Organisasi Wiener (1982) menjelaskan bahwa komitmen organisasi adalah suatu dorongan dari dalam individu untuk berbuat sesuatu agar dapat mendorong keberhasilan organisasi sesuai dengan tujuan organisasi dan lebih mengutamakan kepentingan organisasi. Jika

13 individu mementingkan kepentingan pribadinya berarti komitmen organisasinya rendah maka individu tersebut dalam partisipasi penganggaran cenderung akan melakukan anggaran slack dengan tujuan agar kinerjanya terlihat baik. Sebaliknya, jika individu memiliki komitmen organisasi yang tinggi maka partisipasinya dalam melakukan anggaran slack akan cenderung rendah. B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis 1. Pengaruh gender terhadap perilaku anggaran slack Pria dan wanita memiliki kepribadian yang berbeda. wanita secara umum adalah individu yang lebih menggunakan hati dalam melakukan suatu tindakan. Ia cenderung lebih berhati-hati dalam memutuskan tindakan. Hastuti (2007) berpendapat bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang membedakan antara pria dan wanita dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional dikalangan masyarakat. Perbedaan ini yang mengakibatkan pria dan wanita memiliki perbedaan penilaian dalam mengelola, mencatat, dan mengkomunikasikan hal atau informasi menjadi suatu hasil. Perbedaan nilai dan sifat berdasarkan gender biasanya akan mempengaruhi pria dan perempuan dalam membuat keputusan. Pria bersaing untuk mencapai kesuksesan dan lebih cenderung untuk mengabaikan aturan-aturan yang ada, karena mereka memandang pencapaian prestasi sebagai suatu persaingan, sedangkan perempuan

14 lebih menitikberatkan pada pelaksanaan tugas dengan baik sesuai aturan-aturan yang berlaku dan hubungan kerja yang harmonis. Penjelasan tersebut sejalan dengan beberapa penelitian yang mengungkapkan bahwa wanita memiliki perilaku yang etik dalam menentukan anggaran. Penelitian tersebut diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan Rahim (2013) yang menjelaskan bahwa pria dan wanita memiliki perilaku yang berbeda dalam situasi etika dan moral. Richmond (2001) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan gender dalam berperilaku etik antara pria dan wanita. Penelitian Stedham et al (2007) juga menemukan perbedaan gender antara pria dan wanita dalam pertimbangan etika. Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa wanita memiliki perilaku yang lebih etis dari pria. Yuhertiana (2011) menemukan bahwa wanita lebih memiliki keputusan etis yang baik dari kecenderungan pria untuk menciptakan anggaran slack. Gender mempunyai nilai koefisien negatif, artinya wanita memiliki pengaruh yang lebih kuat dibanding pria (Fithrie, 2015). Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut: H 1 : Anggaran slack cenderung lebih tinggi dilakukan oleh pria dibanding wanita.

15 2. Pengaruh ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack Penyusunan dan pelaksanaan anggaran dalam organisasi pada dasarnya di pengaruhi oleh nilai-nilai etika dalam beperilaku. Secara rasional individu yang baik dan beretika tinggi pasti tidak akan melakukan perilaku anggaran slack. Penjelasan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni dan Sugiri (2004) menemukan hasil bahwa etika berpengaruh pada kesenjangan anggaran, kesenjangan anggaran yang diciptakan oleh individu yang mempunyai etika tinggi akan lebih rendah daripada kesenjangan anggaran yang diciptakan oleh bawahan yang mempunyai etika rendah. Individu cenderung lebih berpikiran secara ekonomi dan semata-mata melakukan anggaran slack untuk kepentingan individu sendiri. Andika (2014) menjelaskan bahwa etika termasuk bagian dari etika sosial. Hubungan etika dengan anggaran slack karena adanya hubungan sosial antar pegawai, jika pegawai memiliki etika yang baik maka tidak akan membuat anggaran yang sangat rendah dari yang seharusnya sehingga akan terjadi kesenjangan anggaran pendapatan yang tinggi. Sebaliknya jika pegawai memiliki etika yang buruk atau kurang baik maka mereka akan menyusun anggaran untuk mendapatkan bonus yang menguntungkan dirinya sendiri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Blocher dkk (2000) menjelaskan bahwa etika berpengaruh negatif terhadap senjangan anggaran.

16 Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Maskun (2009) menjelaskan bahwa etika memiliki pengaruh terhadap senjangan anggaran. Penelitian dari Lowe (1968), Young (1985), Lukha (1988) menjelaskan apabila bawahan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam penyusunan anggaran maka manajer tingkat bawah akan berlaku disfungsional, karena dengan dasar bahwa anggaran digunakan sebagai dasar dalam penilaian kinerja mereka, maka bawahan cenderung membuat anggaran yang tidak sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut: H 2 : Ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran slack. 3. Pengaruh moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack Model Kohlberg adalah salah satu teori perkembangan moral yang banyak digunakan dalam penelitian etika. Kohlberg (1969) menyatakan bahwa moral berkembang melakui tiga tahap, yaitu tahapan pre-conventional, tahapan conventional dan tahapan postconventional. Welton et al. (1994) menjelaskan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level moral reasoning yang dimiliki. Penelitian Liyanarachi (2009) menunjukkan hasil bahwa level moral reasoning individu mereka

17 akan berpengaruh terhadap perilaku etis mereka. Rest (2000) berpendapat bahwa semakin tinggi level penalaran moral individu makan dia akan semakin mungkin untuk berperilaku etis. Dalam menghadapi dilema etika, individu yang memiliki level moral reasoning rendah berbeda dengan individu yang memiliki level moral reasoning tinggi. Semakin tinggi level moral reasoning individu, maka semakin mungkin untuk melakukan hal yang benar. Sebaliknya apabila level moral reasoning individu rendah maka akan cenderung melakukan hal yang salah seperti penganggaran yang tidak sesuai. Kohlberg (1969) menjelaskan bahwa perkembangan moral wanita lebih baik dari pria dalam perilaku anggaran slack. Hasil penelitian Gilligan (1977) menjelaskan tentang perkembangan moral dari pria dan wanita dan menyatakan bahwa wanita memiliki moral reasoning yang lebih baik dari pria dalam hal tanggung jawab. Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut: H 3 : Moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran slack. 4. Hubungan ethical judgement terhadap perilaku anggaran slack dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi Etika adalah sikap positif yang wajib dimiliki oleh setiap individu untuk melakukan suatu tindakan, tanpa memiliki etika yang

18 baik maka individu akan cenderung melakukan hal-hal yang negatif dalam penciptaan anggaran pada suatu organisasi. Hal tersebut dilakukan karena tidak memikirkan dampak buruk yang akan dialami oleh organisasi tersebut. Namun apabila individu memiliki etika yang baik maka akan memperkecil kemungkinan melakukan anggaran slack. Penjelasan tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2013) yang menjelaskan bahwa ethical judgement berpengaruh positif terhadap perilaku anggaran slack. Selain itu Angle dan Perry (1981) menjelaskan bahwa komitmen organisasi yang kuat dalam diri individu akan membuat individu berusaha keras untuk mencapai tujuan organisasi, serta akan melakukan hal yang positif untuk mengembangkan organisasi tersebut kearah yang lebih baik. Hal tersebut berkaitan dengan etika yang dimiliki tiap-tiap individu. Beberapa penelitian lain juga membuktikan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap perilaku anggaran slack. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Latuheru (2006); Dewi dan Sudana (2013) menunjukkan hasil bahwa komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap anggaran slack. Artinya bahwa komitmen organisasi yang tinggi akan memperkecil kemungkinan individu melakukan anggaran slack. Yuliastuti (2014) juga membuktikan bahwa komitmen organisasi berpengaruh terhadap anggaran slack. Menurut penelitian

19 Rahmiati (2013) pada konteks pemerintah daerah menjelaskan bahwa komitmen orgaisasi yang tinggi akan menggunakan informasi yang dimiliki untuk membuat suatu anggaran menjadi lebih tepat. Dengan adannya komitmen organisasi yang tinggi maka akan memungkinkan senjangan anggaran dapat dihindari. Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa individu yang memiliki komitmen organisasi yang tinggi serta etika yang baik maka akan cenderung lebih mengutamakan kepentingan organisasi dan akan setia memberikan hasil kerja yang baik kepada organiasi untuk kesuksesan organisasi sehingga komitmen organisasi yang tinggi akan mengurangi individu dalam melakukan anggaran slack. Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut: H 4 : Ethical judgement berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran slack diperkuat komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi.

20 5. Hubungan moral reasoning terhadap perilaku anggaran slack dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi Moral merupakan sikap mental dan emosional yang dimiliki oleh individu sebagai anggota kelompok sosial dalam melakukan tugas-tugas serta loyalitas pada kelompok. Secara rasional individu yang memiliki etika baik pasti memiliki moral yang baik. Oleh karena itu anggaran slack akan cenderung dilakukan apabila inidividu memiliki moral yang buruk dan sebaliknya apabila individu memiliki moral yang baik maka akan mengurangi perilaku anggaran slack. Penelitian yang dilakukan oleh Hobson et al (2011) menghasilkan bahwa moral reasoning yang dimiliki oleh individu berpengaruh terhadap penyusunan anggaran. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahim (2013) yang menjelaskan moral reasoning mempengaruhi anggaran slack. Artinya individu dengan persepsi moral reasoning yang baik maka akan cenderung memikirkan kembali apabila akan melakukan perilaku anggaran slack. Karena ia memiliki komitmen terhadap organisasi yang baik maka akan berfikir lebih rasional untuk kesejahteraan organisasi tersebut. Welton et al. (1994) menyatakan bahwa kemampuan individu dalam menyelesaikan dilema etika dipengaruhi oleh level moral reasoningnya. Hasil studi Liyanarachi (2009) menunjukkan bahwa tingkat moral reasoning individu akan mempengaruh perilaku etis

21 mereka. Artinya apabila seseorang memiliki tingkat moral reasoning yang tinggi maka dia tidak akan melakukan anggaran slack, namun sebaliknya apabila individu dengan tingkat moral reasoning yang rendah akan cenderung melakukan penganggaran yang tidak sesuai. Lahaya (2007) juga menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara individu dengan level moral reasoning yang rendah dengan individu yang memiliki level moral reasoning yang tinggi, mereka dapat melakukan kecurangan dilihat dari kepemilikan moral mereka. Berdasarkan penjelasan diatas maka dibangun hipotesis sebagai berikut: H 5 : Moral reasoning berpengaruh negatif terhadap perilaku anggaran slack diperkuat komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi. C. Model Penelitian Gender Ethical Judgement Moral Reasoning H 2 (-) H 1 H 3 (-) H 4 (+) H 5 (+) Komitmen Organisasi Anggaran Slack GAMBAR 2.1 Kerangka Model Penelitian