KOORDINASI DAN SUPERVISI PENCEGAHAN KORUPSI DALAM SEKTOR PELAYANAN PUBLIK
Tupoksi KPK Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi didefinisikan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegah dan memberantas TPK melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikanpenyidikan-penuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat. (Pasal 1 UU 30/2002) Monitoring Pasal 14 Koordinasi Pasal 7 TUGAS KPK Pencegahan Pasal 13 Supervisi Pasal 8 Penyelidikan, Penyidikan & Penuntutan Pasal 11 1. Networking; counterpartner 2. tidak memonopoli tugas dan wewenang lid-diktut; 3. trigger mechanism Azas KPK : kepastian hukum; keterbukaan; akuntabilitas; kepentingan umum; & proporsionalitas.
KORUPSI YANG DITANGANI KPK (Pasal 11)
MODUS PERKARA KORUPSI Data s.d. 30 September 2016 NO. JENIS PERKARA 200 4 200 5 200 6 200 7 200 8 200 9 201 0 201 1 201 2 201 3 201 4 201 5 201 6 JUMLA H 1 Pengadaan Barang/Jasa 2 12 8 14 18 16 16 10 8 9 15 14 7 149 2 Perizinan 5 1 3 1 0 3 5 1 1 20 3 Penyuapan 7 2 4 13 12 19 25 34 50 20 38 57 281 4 Pungutan 7 2 3 0 1 6 1 1 21 5 Penyalahgu naan 5 3 10 8 5 4 3 4 2 0 44 Anggaran 6 TPPU 1 7 5 1 3 17 7 Merintangi 0 Proses KPK 2 3 5 JUMLAH 2 19 27 24 47 37 40 39 48 70 58 57 69 537 52,33% yang ditangani KPK adalah kasus Penyuapan, 27,75% kasus kasus PBJ, dan 8,19% kasus Penyalahgunaan Anggaran
Jabatan Anggota DPR dan DPRD Kepala Lembaga/Kementerian Penanganan Kasus Perkara TPK Berdasarkan Profesi/Jabatan (per 30 September 2016) 200 4 200 5 200 6 200 7 200 8 200 9 201 0 201 1 201 2 201 3 201 4 201 5 201 6 Juml ah 0 0 0 2 7 8 27 5 16 8 9 19 21 122 0 1 1 0 1 1 2 0 1 4 9 3 2 25 Duta Besar 0 0 0 2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4 Komisioner 0 3 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 7 Gubernur 1 0 2 1 1 2 1 0 0 2 3 3 1 17 Walikota/Bupati dan Wakil 0 0 3 6 6 5 4 3 3 3 12 4 2 51 Eselon I / II / III 2 9 15 10 22 14 12 15 8 7 2 7 7 130 Hakim 0 0 0 0 0 0 1 2 2 3 2 3 1 14 Swasta 1 4 5 3 12 11 8 10 16 24 16 18 22 150 Lainnya 0 6 1 2 4 4 9 3 3 8 8 5 21 74 Jumlah Keseluruhan 4 23 29 27 55 45 65 38 49 59 61 62 77 594
PEMBERANTASAN KORUPSI? Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi didefinisikan sebagai : serangkaian tindakan untuk MENCEGAH dan MEMBERANTAS TPK melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor, penyelidikan penyidikanpenuntutan dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan PERAN SERTA MASYARAKAT (Pasal 1 UU 30/2002 tentang KPK)
MEMAHAMI TIPOLOGI KORUPSI
APAKAH KORUPSI ITU?
PENGERTIAN KORUPSI Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruptio, dari kata kerja corrumpere, yang berarti busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok Secara harfiah berarti: Kebusukan, Keburukan, Kebejatan, Ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral
TINDAK PIDANA KORUPSI Robert Klitgaard: Korupsi dapat terjadi jika ada monopoli kekuasaan yang dipegang oleh seseorang yang memiliki kemerdekaan bertindak atau yang berlebihan, tanpa ada pertanggungjawaban yang jelas. Transparancy International: Korupsi adalah perilaku pejabat publik, baik politikus politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. UU no. 31 th. 1999 Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
7 KLASIFIKASI KORUPSI Merugikan Keuangan Negara 1 Konflik Kepentingan 7 2 Suap KORUPSI 3 Gratifikasi Perbuatan Curang 6 Pemerasan 5 4 Penggelapan dalam Jabatan
MOTIF KORUPSI TERPAKSA (Corruption by Need) MEMAKSA (Corruption by Greed) DIPAKSA (Corruption by Design) Niat untuk Melakukan (Desire of act) Kemampuan untuk Melakukan (Ability To Act) Target yang Cocok (Suitable Target) Peluang/Kesempatan (Opportunity)
Cost of Corruption 1. Biaya Eksplisit Korupsi Nilai uang yang dikorupsi, baik itu dinikmati sendiri maupun bukan (kerugian negara secara eksplisit) 2. Biaya Implisit Korupsi Biaya oportunita akibat korupsi, termasuk beban cicilan bunga di masa datang yang timbul akibat korupsi di masa lalu 3. Biaya Antisipasi Tindak Korupsi Biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten Reformasi birokrasi untuk menurunkan hasrat 4. Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi Biaya peradilan (jaksa, hakim, dll) Biaya penyidikan (KPK, PPATK, dll) Policing costs (biaya operasional KPK, PPATK dll) Biaya proses perampasan aset di luar dan di dalam negeri
Penindakan Takut Korupsi Knowledge Pencegahan Tidak Bisa Korupsi Character Pendidikan & Peran serta Masyarakat Tidak ingin korupsi Values Komitmen Politik dan Pimpinan Kelengkapan dan kecukupan hukum Beliefs
FAKTA KORUPSI DI INDONESIA
FAKTA KORUPSI DI INDONESIA Korupsi sudah begitu masifdan parah. Tidak ada lagi sektor di negara yang tidak terasuki oleh korupsi, bahkan sektor sektor yang dianggap paling suci sekalipun Korupsi sudah sangat meluas secara sistemik di berbagai tingkatan pusat dan daerah, lembaga eksekutif, legislatif, maupun yudikatif..
FAKTA KORUPSI DI INDONESIA Telah terjadi regenerasi pelaku korupsi. Pelaku sudah menyentuh anak muda FAHD EL FOUZ 29 thn ANGELINA SONDAKH 35 TAHUN EKA DHARMA PUTRA 32 thn M. FAISAL ASWAN 31 thn WA ODE NURHAYATI 30 TAHUN AGUNG PURNO S. 35 THN M. NAZARUDDIN 33 THN NENENG SRI WAHYUNI 31 THN
FAKTA KORUPSI DI INDONESIA KORUPSI BERSAMA SUAMI & ISTRI BAPAK & ANAK M. Nazaruddin dan Neneng Sri Wahyuni (Kasus: Hambalang, PLTS, dst) Zulkarnaen Djabar dan Dendy Prasetya (Kasus: Korupsi Pengadaan Al qur an)
FAKTA KORUPSI DI INDONESIA Pencucian uang melibatkan keluarga!
KERUGIAN NEGARA AKIBAT KORUPSI Total Penyelamatan Kerugian Keuangan Negara (Penindakan) Rp. 197,469,209,423,741.36 Total Potensi Penyelamatan Kerugian Keuangan Negara (Pencegahan) Rp. 50,235,978,209,468.04 USD. 1,794,985,582.33 Sumber : laporan tahunan dan perhitungan litbang KPK dengan beberapa penyesuaian
KERUGIAN NEGARA AKIBAT KORUPSI Dapat dikonversi dengan: 1. Memberikan 2,5 juta unit rumah sederhana gratis kepada yang membutuhkan, atau 2. Memberikan susu gratis kepada anak rawan gizi sebanyak 22.6 milyar liter, atau 3. Memberikan sekolah gratis kepada 429 juta anak SD selama setahun, atau 4. Memberikan 29.3 milyar liter beras gratis, bagi penduduk yang rawan pangan, atau 5. Membangun 1,9 juta unit ruang kelas Sekolah Dasar, atau 1,8 juta unit ruang kelas Sekolah Menengah Pertama, atau 6. Memberikan 49 juta unit komputer untuk sekolah-sekolah, atau 7. Memberikan bantuan modal usaha untuk 25 juta sarjana, atau 8. Memberikan modal pendirian 4,9 juta koperasi di tengah-tengah masyarakat, atau 9. Kombinasi antara berbagai item 1 sampai dengan item 8 senilai Rp 249 Triliun
APBN/D-Proses Penyusunan dan Alokasi Intervensi pihak luar Bansos/Hibah tidak tepat Alokasi yang tidak fokus pada kepentingan publik Taat asas pengelolaan keuangan (Perencanaan, Pelaksanaan, penatausahaan..) Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Proses yang tidak transparan Masih adanya Mark-up Harga Spesifikasi yang berbeda Pelaksana yang tidak independen/benturan kepentingan Pelayanan Publik - Perijinan Masih banyak Gratifikasi/Suap Pelayanan tidak Prima- PTSP Perijinan yang tidak transparan
PENCEGAHAN TERINTEGRASI KORSUP PENCEGAHAN KORUPSI DI PEMDA Pemetaan Area Potensi Korupsi di Pemda Usulan Best Practices Proses Penerapan Best Practices APBD Proses Penyusunan dan Alokasi Perencanaan APBD Verifikasi kunjungan pengamatan Dokumentasi Detail Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Pengadaan Barang/Jasa Pelayanan Terpadu Satu Pintu Diseminasi Bersama Mitra (BPKP, Kemendagri, LKPP, dll) Kompilasi Best Practices (APBD, PBJ, PTSP, TPP) Pelayanan Publik Perijinan Tambahan Penghasilan Pegawai Sasaran Program : 269 Pemda (hasil pilkada serentak 2015)
PETA KORUPSI : SEKTOR PENERIMAAN dan BELANJA SEKTOR KORUPSI POTENSI KORUPSI PENERIMAAN ANGGARAN : PENERIMAAN PAJAK PENYELEWENGAN DARI TARGET YANG DITETAPKAN POTENSI PEMERASAN KEPADA WAJIB PAJAK MELALUI PENGGELEMBUNGAN NILAI PAJAK MANIPULASI DATA KARENA ADANYA FACE TO FACE ANTARA WAJIB PAJAK DAN PEMERIKSA PAJAK TERJADINYA CoI KARENA KONSULTAN DAN HAKIM PAJAK BIASANYA MANTAN PEGAWAI PAJAK DAU/DAK/DANA DEKONSENTRASI MASUK KE APBD: PENYALAHGUNAAN WEWENANG DAN PENGGELAPAN SISTEM PELAPORAN DAU/DAK TIDAK MEMPUNYAI STANDARISASI ALOKASI PENGGUNAAN DANA TIDAK TRANSPARAN
PETA KORUPSI : SEKTOR PENERIMAAN dan BELANJA SEKTOR KORUPSI POTENSI KORUPSI PENERIMAAN ANGGARAN : PUNGUTAN DAERAH PERDA TIDAK MENGACU KEPADA PERUNDANGAN YANG LEBIH TINGGI DIJADIKAN SUMBER PENGHASILAN APARAT DI DAERAH BELANJA : HIBAH / BANTUAN SOSIAL PENYIMPANGAN PENGGUNAAN ATAU PERUNTUKAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PENGGELAPAN FIKTIF PENYIMPANGAN PROSEDUR PENGADAAN : PENUNJUKAN LANGSUNG MARK UP DOWN SPEC BENTURAN KEPENTINGAN MANIPULASI DOKUMEN
Peran Pejabat Publik dan PNS Menolak Segala Bentuk Korupsi dan TPPU serta Berani Melaporkan Dugaan Adanya Tindak Pidana Korupsi Menolak dan Melaporkan Segala Bentuk Gratifikasi yang Berkaitan dengan Pelaksanaan Fungsi, Tugas dan Kewenangan Melaporkan Harta Kekayaan Secara Jujur dan Benar Menjalankan TUGAS dan FUNGSI sesuai dengan peraturan yang berlaku
Penutup Korupsi menjadi musuh bersama Pegawai Negeri / Pejabat Pemerintahan memiliki peran strategis dalam upaya pemberantasan korupsi melalui tugas dan fungsi yang dimilikinya Mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur, serta Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang bebas dari korupsi.
Pengaduan Dugaan Tindak Pidana Korupsi: Direktorat Pengaduan Masyarakat PO BOX 575 Jakarta 10120 Telp: (021) 2557 8389 Faks: (021) 5289 2454 SMS: 08558 575 575, 0811 959 575 Email: pengaduan@kpk.go.id Pelaporan Gratifikasi: Direktorat Gratifikasi Telp: (021) 2557 8440 Email: pelaporan.gratifikasi@kpk.go.id Pelayanan Informasi Publik Hubungan Masyarakat: Telp: (021) 2557 8498 Faks: (021) 5290 5592 Email: informasi@kpk.go.id Informasi Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN): Direktorat LHKPN Telp: (021) 2557 8396 Email :informasi.lhkpn@kpk.go.id Terima Kasih