BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pemberian wewenang kepada Bidan Praktik Mandiri. dalam melakukan pemasangan IUD di Kota Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Pelayanan Kesehatan di Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi untuk menaikkan taraf penghidupan. Setiap tahun,

DAFTAR PERTANYAAN PEMANDU WAWANCARA DENGAN KETUA IBI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikendalikan maka pemerintah dapat meningkatkan kualitas penduduk

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Susunan peraturan peran BPM dalam pemberian KIE sebagai., Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi

Diajukan oleh AMRI WULANDARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penduduk 2010 telah mencapai jiwa (BPS, 2010).

IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

BAB I PENDAHULUAN. adanya permasalahan kependudukan, karena Indonesia merupakan negara

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB IV PENUTUP. kewenangan bidan praktik mandiri merupakan peran imperatif. Peran. imperatif yakni peran yang wajib dilaksanakan sesuai ketentuan.

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

Kata Kunci : Kewenangan Bidan, Pelayanan Kebidanan, Bidan Praktik Mandiri, ABSTRAK. *Fitriani Nur Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan penduduk Indonesia. Gerakan ini bertujuan menekan laju

BAB I PENDAHULUAN. Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat negara Amerika Serikat dan Jepang,

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

PENCAPAIAN PESERTA KB BARU PER MIX KONTRASEPSI TERHADAP PPM PB KINERJA/KEMITRAAN BULAN JANUARI S/D OKTOBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi dan keluarga berencana yang merupakan sisi masingmasing

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK NARASUMBER

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

KEBIJAKAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DALAM JAMPERSAL

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mendiami Pulau Jawa (Sulistyawati, 2011). dengan menggunakan alat kontrasepsi (Kemenkes, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

Lampiran III Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 900/MENKES/SK/VII/2002 Tanggal : 25 Juli 2002

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan.

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan tentang hasil

Pendanaan. Kegiatan. Sumber. Sarana dan Prasarana Penyiapan SDM Operasional Monitoring dan Evaluasi Diseminasi APBN DAK APBD

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

PENCAPAIAN PESERTA KB BARU PER MIX KONTRASEPSI TERHADAP PPM S.D BULAN SEPTEMBER 2008

Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

1. Nama: Alamat tempat tinggal:.

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

Grafik 1. Cakupan Laporan JANUARI 45,67 39,75 FKB SWASTA DPS BPS LAINNYA

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 2 LANDASAN TEORI. KB (Keluarga Berencana) adalah salah satu usaha yang dilakukan untuk mencegah

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

Materi Konsep Kebidanan

DAFTAR PERTANYAAN UNTUK BIDAN DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS KEC. LAKUDO KAB. BUTON TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ibu, dalam melalui proses tersebut wanita akan mengalami masa masa

BAB I PENDAHULUAN. yangpaling mendesak negara-negara berkembang seperti Indonesia (Muhi, penduduk yang besar tanpa disertai dengan fasilitas yang

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEDAGANG ECERAN OBAT

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

Pengelolaan Data Rutin PELAYANAN KB

TENTANG. dan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Latar belakang pemberian wewenang kepada Bidan Praktik Mandiri dalam melakukan pemasangan IUD di Kota Yogyakarta Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarkat khususnya adalah kesehatan ibu dan anak (KIA) serta keluarga berencana (KB). Bidan yang menjalankan prakitk wajib meningkatkan pengetahuan dan/atau ketrampilan (skill) melalui program pendidikan lanjutan ataupun pelatihan. Kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan terhadap keluarga berencana diatur dalam Permenkes No 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Dari beberapa bidan yang di wawancarai mengatakan bahwa kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan keluarga berencana khususnya KB IUD terdapat dalam Pasal 13, Permenkes RI No 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, dan masyarakat di Kota Yogyakarta membutuhkan bidan dikarenakan biaya yang terjangkau. Pemberian kontrasepsi yang diberikan oleh bidan merupakan kompetensinya sesuai dengan Kepmenkes No 369/Menkes/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan. Dan Perda Kota Yogyakarta No 2 Tahun 88

2008 tentang Izin Penyelenggaraan Sarana Kesehatan dan Izin Tenaga Kesehatan, bahwa setiap penyelenggaraan pelayanan kesehatan wajib membantu program pemerintah di bidang kesehatan. 2. Bagaimanakah pandangan dokter terhadap Bidan Praktik Mandiri yang memberikan kontrasepsi selain kondom Pandangan dokter terhadap Bidan Praktik Mandiri yang memberikan kontrasepsi selain kondom sesuai dengan hasil wawancara bahwa pemberian alat kontasepsi yang diberikan oleh Bidan Praktik Mandiri selain kondom adalah tupoksi dari bidan sejauh apa yang diberikan merupakan komptensinya. Pemberian alat kontrasepsi yang dilakukan oleh bidan tidak harus selalu berada di pelayanan kesehatan dan menjadi pengawai PNS, sebab bidan dalam memberikan alat kontrasepsi ikut menjalankan program pemerintah. Namun hal ini bertentangan dengan Permenkes No 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan Pasal 15 ayat (1), bahwa pemerintah propinsi/kabupaten/kota menunjuk bidan praktik mandiri tertentu untuk menjalankan program pemerintah, sedangkan bidan praktik mandiri di Kota Yogyakarta tidak ada yang mendapatkan surat tugas dari pemerintah, sehingga bidan tidak memiliki kewenangan akan hal itu jika tidak mendapatkan surat tugas dari pemerintah kota/propinsi ataupun kabupaten untuk menjalankan program pemerintah. 89

3. Bagaimana upaya Bidan Praktik Mandiri dalam mengurangi risiko komplikasi ekspulsi atau kegagalan dalam pemasangan IUD Dari wawancara yang dilakukan dengan bidan, Kepala Puskesmas, Ketua IBI Cabang Kota Yogyakarta dan Kepala Bagian Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta bahwa upaya untuk mengurangi risiko komplikasi atau kegagalan dalam pemasangan IUD adalah dengan mengikuti pelatihan CTU atau pasang cabut IUD Implant, peningkatan pengetahuan melalui seminar-seminar, adanya supervisi vasilitatif dari Puskesmas ke Bidan Praktik Mandiri, dengan Dinas Kesehatan dan Organisasi Profesi Ikatan Bidan Indonesia, kemudian diadakannya Audit Pelayanan Medik Keluarga Berencana jika terdapat kasus kegagalan agar kedepannya kasus tersebut bisa dihindari atau berkurang. 4. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap Bidan Praktik Mandiri jika terjadi risiko komplikasi ekspulsi atau kegagalan dalam pemasangan IUD Peraturan yang dikeluarkan pemerintah mengenai kewenangan Bidan Praktik Mandiri antara Peraturan Menteri Kesehatan, Peraturan dari Profesi Ikatan Bidan Indonesia dan Peraturan Daerah seharusnya saling melengkapi, karena tugas dan fungsi bidan sangatlah banyak, seharusnya memiliki peraturan yang saling mendukung antar peraturan, sehingga kewenangan bidan lebih jelas. 90

Kepastian hukum terhadap Bidan Praktik Mandiri dalam memberikan pelayanan keluarga berencana khususnya Intra Uteri device (IUD) adalah ada, bahwa Bidan Praktik Mandiri tidak diperbolehkan melakukan pemasangan Intra Uteri Device (IUD) karena tidak mendapatkan surat tugas dari Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota untuk menjalankan program pemerintah. Namun bidan sebagai tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum. Namun secara sosiologis Bidan Praktik Mandiri memberikan pelayanan keluarga berencana khususnya Intra Uteri Device (IUD), karena masyarakat membutuhkan akan pelayanan yang diberikan oleh bidan praktik mandiri. Keadilan dalam hal ini bahwa keadilan yang di dapatkan perempuan yaitu berhak memperoleh atau mengakses pelayanan kesehatan, mendapatkan standar pelayanan kesehatan yang terbaik, hak memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya tentang kesehatan reproduksi, dan memperoleh pelayanan keluarga berencana yang aman, efektif, terjangkau tanpa adanya paksaan dan tidak melawan hukum. Kemanfaatan dalam pelayanan keluarga berencana, sesuai dengan kasus bahwa akseptor lebih senang diberikan pelayanan oleh Bidan Praktik Mandiri karena biaya yang lebih terjangkau dibandingkan dengan pelayanan yang diberikan oleh dokter, dan akseptor lebih nyaman karena yang memberikan pelayanan adalah sesama jenis sehingga tidak merasa malu, serta Bidan Praktik Mandiri lebih ramah saat memberikan 91

pelayanan. Dan untuk kasus kegagalan akspetor Intra Uteri Device (IUD) di Kota Yogyakarta mendapatkan ganti rugi dari BKKBN Propinsi. Kepastian hukum dalam penelitian ini adalah ada, bahwa Bidan Praktik Mandiri tidak di perbolehkan melakukan pemasangan Intra Uteri Device (IUD) karena tidak mendapatkan surat tugas, sedangkan kemanfaatan serta keadilan belum terpenuhi. B. Saran 1. Pemerintah Kota Yogyakarta, dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, untuk selalu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap bidan praktik mandiri dalam menjalankan kewenangannya, dan memperhatikan peraturan perundangan-undangan yang berlaku karena pemerintah Kota Yogyakarta sebagai penangung jawab pelayanan kesehatan di Kota Yogyakarta. 2. Organisasi Profesi IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Agar Organisasi Profesi IBI memohonkan surat tugas untuk menjalankan program pemerintah dari pemerintah Kota/kabupaten/propinsi kepada bidan praktik mandiri, agar bidan praktik mandiri terlindungi secara hukum dalam menjalankan kewenangannya. 3. Bidan praktik mandiri, agar lebih memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam menjalankan kewenangannya. 92