57 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perbandingan Parameter Pada Output Coherence Cube Setelah dilakukan prosesing Coherence Cube, maka akan didapatkan suatu volume data (cube) tiga dimensi yang menunjukkan tampilan koherensi data tersebut. Dalam penelitian ini, telah dilakukan pemotongan data dari data awal penelitian, sehingga volume cube yang dihasilkan juga lebih kecil dari data penelitian awal. Pemotongan dilakukan dengan memperhatikan letak zona interest dari data seismik yang dimiliki Sebagai langkah awal untuk melakukan analisa interpretasi hasil Coherence Cube maka akan dilakukan studi komparasi atas hasilnya dengan berbagai parameter yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan pilihan tampilan yang paling dapat memberikan gambaran struktur yang paling baik. Berikut ditampilkan hasil Coherence Cube pada penampang inline, xline, serta time, dengan variasi parameter dalam perhitungannya. Pada sesi ini, setting-an warna yang digunakan adalah grayscale dengan warna putih menunjukkan nilai koherensi tertinggi, sedangkan warna hitam untuk nilai koherensi terendah. Nilai koherensi meningkat seiring dengan saturasi warna dari hitam ke putih.
58 Gambar pengaruh variasi aperture spasial Gambar 5.1. Output Coherence Cube pada inline 1398 pada skala aperture temporal=5, dan aprture spasial yang berbeda. Aperture spasial =1, Aperture spasial =2, Aperture spasial =3. Dan Aperture spasial =15, Aperture temporal =3.
59 Gambar 5.2. Output Coherence Cube pada crossline 5082 pada skala aperture temporal=5, dan aprture spasial yang berbeda. Aperture spasial =1, Aperture spasial =2, Aperture spasial =3. Dan Aperture spasial =15, Aperture temporal =3.
60 Gambar 5.3. Output Coherence Cube pada time 1636 pada skala aperture temporal = 5, dan aprture spasial yang berbeda. Aperture spasial =1, Aperture spasial =2, Aperture spasial =3. Dan Aperture spasial =15, Aperture temporal =3. Pada tampilan slice vertikal (inline dan xline), terlihat jelas kenampakan dari batasbatas reflektor yang dapat mengindikasikan adanya lapisan. Batas-batas reflektor ditunjukkan oleh garis-garis hitam (berkoherensi rendah) yang memanjang dalam arah/orientasi dip. Adapun sesar, keberadaanya ditunjukkan oleh garis-garis hitam yang melintang, memotong batas-batas reflektor tadi. Dari perbandingan variasi
61 penggunaan parameter aperture, dapat terlihat bahwa semakin besar aperture spasial yang digunakan (Gambar 5.1&2), semakin dapat mempertegas event-event sesar yang ada. Demikian pula dengan penggunaan parameter aperture temporal yang lebih tinggi (Gambar 5.4&5), dapat mengurangi atau memperhalus kenampakan event-event refleksi yang tidak signifikan dalam penentuan lapisan dan struktur. Dalam tampilan slice horizontal/time slice, kenampakan struktur sangat dipengaruhi oleh penggunaan parameter yang tepat terutama aperture temporal. Pada Gambar 5.3 dan Gambar 5.6, dapat dibandingkan bahwa pada penggunaan aperture temporal yang kecil, event-event yang tidak koheren cukup banyak terlihat dan membaur sehingga cukup sulit untuk langsung menentukan posisi sesar yang sebenarnya. Sedangkan pada aperture temporal yang lebih besar sesar sesar diindikasi dengan garis-garis hitam memanjang. Pada tampilan time slice ini, juga dapat terlihat jurus/arah kemenerusan sesar secara lateral. Gambar pengaruh variasi aperture temporal
62 (e) (f) Gambar 5.4. Output Coherence Cube pada inline 1398 pada skala aperture spasial =1, dan aprture temporal yang berbeda. Aperture temporal=3, Aperture temporal=5, Aperture temporal =7, Aperture temporal=15, (e) Aperture temporal =21. Dan (f) Aperture temporal =15 dengan Aperture spasial =3
63
64 (e) (f) Gambar 5.5. Output Coherence Cube pada crossline 5082 pada skala aperture spasial =1, dan aprture temporal yang berbeda. Aperture temporal=3, Aperture temporal=5, Aperture temporal =7, Aperture temporal=15, (e) Aperture temporal =21. Dan (f) Aperture temporal =15 dengan Aperture spasial =3
65 (e) (f) Gambar 5.6. Output Coherence Cube pada time 1636 pada skala aperture spasial =1, dan aprture temporal yang berbeda. Aperture temporal=3, Aperture temporal=5, Aperture temporal =7, Aperture temporal=15, (e) Aperture temporal =21. Dan (f) Aperture temporal =15 dengan Aperture spasial =3 Aperture, sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya, merupakan besaran yang menunjukkan banyaknya komponen tetangga yang akan dilibatkan dalam satu kali perhitungan. Dari algoritma koherensi struktur eigen, pada persamaan (3.6) dapat difahami bahwa semakin besar aperture yang digunakan,