BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan serius.

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak orang dan terus menerus dibicarakan dan dipublikasikan. Bahkan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat memprihatinkan. Bahkan jumlah kasus. narkotika selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat, dapat dilihat berlangsungnya perubahan-perubahan,

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Nations Office Drugs and Crime pada tahun 2009 melaporkan ada 149

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah bagi sebagian besar negara di dunia. Hal ini dapat dimengerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia telah lahir beberapa peraturan perundang-undangan yang

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan permasalahan sosial merupakan tanggung jawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. adalah penyebab sepertiga kematian pada anak-anak muda di beberapa bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

PANTI REHABILITASI NARKOBA DI SAMARINDA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR TROPIS

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Napza adalah singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adikitif lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara bio, psiko maupun sosial, hal yang paling mendasar dari persoalan ini adalah banyaknya generasi muda bangsa yang terjerat dilembah hitam narkotika ini bahkan anak berusia 10 tahun tidak luput dari jerat narkoba. Masalah penyalahguanaan NAPZA adalah ancaman yang sangat mencemaskan bagi keluarga khususnya dan suatu bangsa pada umumnya. Pengaruh NAPZA sangatlah buruk, baik dari segi kesehatan pribadinya, maupun dampak sosial yang ditimbulkannya (http://www.kemsos.go.id/. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, 2009. Diakses pada Pukul 11.33 wib. 23 februari 2014). Penyalahgunaan Napza yang sedang marak dibicarakan di masyarakat kita maupun masyarakat dunia, memang merupakan kondisi yang sangat memprihatinkan. Penggunaan Napza tersebut telah merasuk dalam masyarakat dan mengancam generasi penerus bangsa. Tidak hanya orang dewasa yang menjadi sasaran Napza, tetapi juga anak-anak usia sekolahan. Kita sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki nilai-nilai, norma dan budaya yang luhur, miris sekali mendengarnya. Penyalahgunaan Napza sangat berakibat buruk, baik terhadap kondisi jasmani, rohani, hubungan sosial, hubungan dengan Tuhan, dengan orang tua, dan masih banyak lagi akibat buruk lainnya. Hasil Penelitian maupun pengamatan seharihari secara awam tentang persoalan ini jelas menunjukkan penyalahgunaan Napza secara nyata telah menurunkan derajat kesejahteraan sosial seseorang dan lingkungan sosialnya. Penyalahgunaan Napza, menyangkut aspek fisik, mental, emosional,

spiritual dan ekonomi yang selaras dengan fokus upaya-upaya kesejahteraan sosial yang menekankan pada kesejahteraan seseorang baik perorangan maupun kolektivitas secara fisik, mental, emosional, spritual dan ekonomi. Salah satu wujud dari upaya kesejahteraan sosial adalah meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial untuk para korban penyalahgunaan NAPZA (http://www.google.com/search. Rauf, 2012. Diakses pada Pukul 11.49 wib. 20 februari 2014). Menurut laporan United Nations Office Drugs and Crime (UNODC) pada tahun 2009 menyatakan 149 sampai 272 juta penduduk dunia usia 15-64 tahun yang menyalahgunakan obat setidaknya satu kali dalam 12 bulan terakhir. Dari semua jenis obat terlarang ganja merupakan zat yang paling banyak digunakan di seluruh dunia yaitu 125 juta sampai dengan 203 juta penduduk dunia dengan prevalensi 2,8%-4,5% (https://www.unodc.org/ (2009). Diakses pada Pukul 13.40 wib. 17 januari 2014). Berdasarkan Surveilans (penelitian) Terpadu-Biologis Perilaku (STBP) pada kelompok berisiko tinggi di Indonesia tahun 2011, pengguna NAPZA suntik memiliki jumlah kasus HIV tertinggi di antara kelompok paling berisiko di Indonesia dengan prevalensi Jakarta 56,4%, Surabaya 48,8%, Medan 39,2%, dan Bandung 25,2%. Prevalensi adalah seberapa sering suatu penyakit atau kondisi terjadi pada sekelompok orang. Prevalensi dihitung dengan membagi jumlah orang yang memiliki penyakit atau kondisi dengan jumlah total orang dalam kelompok (http://www.lpse.depkes.go.id/eproc/. Departemen Kesehatan RI (Depkes), 2011. Diakses pada Pukul 11.15 wib. 23 februari 2014). Catatan Badan Narkotika Nasional (BNN) 1,5 persen populasi penduduk Indonesia atau sekitar 2,9 juta sampai 3,2 juta orang terlihat penyalahgunaan narkoba.bahkan sekitar 15 ribu jiwa harus melayang sia-sia tiap tahun karena barang

haram tersebut. BNN juga mencatat, jumlah tindak pidana narkotika dan psikotropika terus meningkat. Tahun 1997 hanya terjadi 622 kasus Narkoba. Memasuki tahun 2000-an, terjadi lebih dari 3 ribu kasus. Di atas tahun 2005, kasus Narkoba mencapai puluhan ribu. Tahun 2011, kasus Narkoba yang terungkap sebanyak 26.560 kasus dengan jumlah tersangka sebanyak 32.876 orang (http://www.indonesian-publichealth.com/2013/12/surveilans. Indonesian Public Health. 2013. Surveilans Epidemiologi DBD. Diakses pada pukul 15.39 wib. 15 februari 2014). Bidang Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, jumlah pecandu narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia tahun 2012, sebanyak 14.510 orang. Terbanyak pada umur 26 40 tahun, yaitu sebanyak 9.972 orang. Dari data yang diperoleh, sebanyak 4 juta jiwa anak Indonesia terlibat penyalahgunaan narkona. Sementara yang mendapat rehabilitasi masih sekitar 15.000 jiwa, tentunya ini menjadi suatu masalah yang besar jika sisa dari penyalahguna itu tidak direhabilitasi ( http://portalkriminal. com/index.php/narkoba/11324-4-juta-pengguna. Portalkriminal, 2013. Diakses pada Pukul 11.53 wib. 13 februari 2014). Penyalahgunaan NAPZA merupakan masalah perilaku manusia dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan, bukan semata-mata masalah zat atau narkoba itu sendiri. Sebagai masalah perilaku, banyak faktor yang mem-pengaruhi. Oleh karena itu, informasi tentang bahaya NAPZA kepada anak maupun remaja, tanpa usaha mengubah perilakunya dengan memberikan keterampilan yang diperlukan, hasilnya akan kurang bermanfaat (http://lettre-deraphael. blogspot.com/2013/05/pengaruh-penyalahgunaan-narkoba.html Bahri, 2012. Diakses pada Pukul 14.55 wib.15 februari 2014).

Dari sudut individu, penyalahgunaan NAPZA harus dipahami dari masalah prilaku yang kompleks. Secara tidak langsung, penggunaan NAPZA dalam tataran individu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan mencakup keluarga, kelompok pergaulan sebaya, kehidupan sekolah dan masyarakat luas. Lingkungan termasuk media masa, iklan, undang-undang, batas usia minimum merokok dan minum-minuman beralkohol serta pelaksanaan penegakan hukum setempat. Dari ketiga faktor tersebut, faktor yang paling krusial adalah individu. Seseorang harus bertanggung jawab atas prilakunya dan tidak boleh mempermasalahkan orang lain atau keadaan. Tanggung jawab dari individu menyangkut masalah pengambilan keputusan. Seseorang melakukan sesuatu atas dasar pertimbangan mengenai apa yang baik dan buruk, atau apa yang benar dan salah. Selain itu setiap individu juga harus mengerti akan tanggung jawab yang menyangkut masalah nilai, norma, religi dan pedoman hidup (http://www.google.com/search. Asep, 2013. Diakses pada Pukul 10.00 wib.18 februari 2014). Saat ini di Indonesia kasus penyalahgunaan NAPZA meningkat dengan cepat, terutama menimpa pelajar dan generasi muda. Hal ini dikarenakan rendahnya pengetahuan mengenai bahaya narkoba dikalangan pelajar serta masih adanya pandangan yang salah bahwa NAPZA dapat menimbulkan rasa nikmat. Dewasa ini penggunaan narkoba makin marak terjadi di Indonesia, hasil survei Badan Narkotika Nasional menunjukkan dari tahun ke tahun kasus penyalahgunaan narkoba cenderung meningkat seperti apa yang dapat dilihat di tabel di bawah ini :

Tabel 1.1 Jumlah Kasus Narkoba 2005-2008 No Kasus Periode Total 2005 2006 2007 2008 1 Narkotika 8,171 9,422 11,380 10,006 18,979 2 Psikotropika 6,733 5,658 9,289 9,780 31,460 3 Bahan Adiktif 1,348 2,275 1,961 9,573 15,157 Jumlah 16,252 17,355 22,630 29,359 85,596 Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009 Empat tahun terakhir terlihat jelas bahwa ada peningkatan jumlah pemakaian narkoba berdasarkan kasus yang terungkap dari tahun 2005-2008. Dari tahun 2005-2008 kasus narkoba meningkat dari 16.252 kasus menjadi 29.359, ini menunjukkan bahwa permasalahan narkoba adalah suatu masalah yang serius. Dengan adanya jumlah kasus yang meningkat, maka otomatis jumlah pemakai narkoba pun meningkat. Tabel 1.2. Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Kewarganegaraan 2005-2008 No Warga Negara Periode Total 2005 2006 2007 2008 1 WNI 22,695 31,571 36,101 44,599 134,96 2 WNA 85 64 68 95 312 Jumlah 22,780 31,635 36,169 44,694 135,278 Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Tabel 1.3. Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Jenis Kelamin 2005-2008 No Jenis Kelamin Periode Total 2005 2006 2007 2008 1 Pria 21,046 29,423 33.134 41,340 124,943 2 Wanita 1,734 2,212 3,035 3,354 10,335 Jumlah 22,780 31,635 36,169 44.694 135,278 Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009 Tabel 1.4. Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Usia 2005-2008 No Usia Periode Total 2005 2006 2007 2008 1 < 16 Tahun 127 175 110 133 545 2 16-19 Tahun 1,668 2,447 2,617 2,001 8,733 3 20-24 Tahun 5,503 8,383 8,275 6,441 28,602 4 25-29 Tahun 6,442 8,105 9,278 10,126 33,951 5 < 29 Tahun 9,040 12,525 15,889 25,993 63,447 Jumlah 22,780 31,365 36,169 44,694 135,278 Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009

Tabel 1.5. Jumlah Tersangka Pemakai Narkoba Berdasarkan Tingkat Pendidikan 2005-2008 No Pendidikan Periode Total 2005 2006 2007 2008 1 SD 2,542 3,247 4,138 4,404 14,331 2 SLTP 5,148 6,632 7,486 10,819 30,085 3 SMA 14,341 20,977 23,727 28,470 87,515 4 PT 149 779 818 1,001 3,347 Jumlah 22,780 31,635 36,169 44,694 135,278 Sumber : Dit IV/Narkoba, Januari 2009 Naiknya jumlah pemakai narkoba pada empat tahun terakhir ini haruslah dicermati penyebabnya. Seperti yang diketahui pemakaian narkoba memiliki dampak yang serius pada sosial masyarakat khususnya para remaja sebagai generasi penerus bangsa ini. Selain sebagai penyebab timbulnya fenomena-fenomena sosial yang merugikan seperti penularan penyakit melalui jarum suntik, peningkatan perilaku kekerasan yang diakibatkan dampak pemakaian narkoba, penyalahgunaan napza/narkoba merupakan awal bibit dari kehancuran bangsa. Pada dasarnya tidak ada satu program terapi pun yang bisa membuat para penyalahguna NAPZA lepas dari ketergantungan. Karena banyak penyalahguna NAPZA yang sudah menjalani berbagai jenis terapi NAPZA, tetap mengalami kekambuhan, karena didalam menjalani terapi NAPZA, tidak hanya pengguna saja yang mempunyai komitmen, tetapi dibutuhkan juga support orang-orang terdekatnya, dalam hal ini adalah keluarga. Karena sering keluarga juga mengalami kejenuhan dalam merawat anggota keluarganya, karena terapi NAPZA

membutuhkan perawatan dalam waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit. Hal tersebut yang menjadi kendala bagi program terapi pasien NAPZA. Di Sumatera Utara, pada tahun 2010 jumlah penyalahgunaan narkotika mencapai 2,2 persen dari 12 juta penduduk. Sedangkan berdasarkan data kejahatan narkoba yang diungkapkan Polda Sumut dan jajarannya, tahun 2010 ada 2.718 kasus dan 3.736 tersangka. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 2.728 kasus dan 3.514 tersangka. Jika dilihat data beberapa tahun sebelumnya, kepolisian Sumut mencatat, 3.514 tersangka dari 2.728 kasus (2011), 3.736 tersangka dari 2.718 kasus (2010), 3.531 tersangka dari 2.802 kasus (2009), 3.896 tersangka dari 2.666 kasus (2008). Data di atas secara gamblang mengatakan bahwa jumlah rata-rata tersangka mencapai lebih dari 3.500 orang per tahun dengan kisaran 2. 700 lebih kasus (http://www.waspada.co.id/index. Widyastuti, 2012. Diakses pada pukul 14.25 wib. 20 februari 2014). Menyikapi tingginya jumlah tersangka dan banyaknya kasus narkoba di Sumut, berbagai terus melakukan pencegahan dan penindakan. Sejauh ini pencegahan yang dilakukan berupa sosialisasi antinarkoba lewat seminar-seminar, diskusi, kampanye-kampanye lewat reklame, menyediakan 5 pos polisi pencegahan narkoba yang berada di Langkat, Madina, Asahan, Pak-Pak barat, dan Labuhan Selatan. Di kota Medan, jumlah penghuni kasus narkotika di seluruh lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan per Desember 2013 adalah 7.507 orang. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 7.682. ersentase penghuni narkotika dibandingkan dengan jumlah penghuni keseluruhan sebesar 43,12 persen. Narapidana pria masih menjadi penghuni kasus narkotika mayoritas, yaitu 5.626 orang. Narapidana wanita berjumlah 263 orang, tahanan pria berjumlah 1.425, dan tahanan wanita 193 orang. Jika dikategorikan berdasar perannya, maka

penghuni yang berstatus pemakai menjadi yang terbanyak, yaitu 4.365 orang. Jumlah narapidana dan tahanan yang merupakan pengedar juga cukup banyak, yaitu 2.676 orang, disusul Bandar berjumlah 353 orang, dan pemakai sekaligus pengedar sebanyak 113 orang (http://www.waspada.co.id/index. Tribun-Medan, 2013. Diakses pada pukul 10.11 wib. 17 januari 2014). Panti Rehabilitasi Al Kamal Sibolangit Centre (Rehabilitation For Drugs Addict) Jl. Medan Berastagi KM. 45 Desa Suka Makmur Kecamatan. Sibolangit Kabupaten. Deli Serdang merupakan panti rehabilitasi korban narkoba terbesar di Sumatera Utara dengan luas 4 Ha yang dkelola oleh pihak swasta dan berada di bawah naungan Gerakan Anti Narkoba (GAN) Indonesia. Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre dengan peringkat Akreditasi A didirikan 2001 oleh Bapak H. Kamaluddin Lubis, SH. Bapak H. Kamaluddin Lubis, SH berkecimpung mengelola panti rehabilitasi miliknya di Kawasan Sibolangit Sumatera Utara. Panti tersebut di beri nama Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre. Menurut beliau sudah ratusan penghuni yang mendapat perawatan di Panti tersebut. Berasal dari berbagai daerah di Sumatera Utara maupun Aceh, bahkan ada juga pasien dari provinsi lain. Mereka yang menjadi korban ketergantungan obat terlarang itu umumnya para kawula muda yang masih berusia produktif. Bapak Kamaluddin sendiri mengaku terinspirasi mendirikan pusat rehabilitasi tersebut karena dampak dari zat Psikotropika itu juga turut merenggut nyawa puteranya, Baron beberapa tahun lalu atau sekitar tahun 1999. Dimana anak beliau mengalami kerusakan sistem pompa jantung (gagal jantung) akibat kebanyakan mengkonsumsi. Akibatnya ayah empat anak ini pun berjanji untuk mendirikan panti rehabilitasi, karena keinginannya yang kuat untuk bisa mengobati putera-puteri bangsa ini yang mengalami nasib yang sama seperti puteranya.

Panti itu awalnya, merupakan swadaya dan tanpa bantuan dari pemerintah Provinsi maupun Kabupaten. Menurut Kalamuddin, tekadnya dengan ikhlas mengelola panti rehabilitasi itu juga karena amanah sang anak yang sebelum meninggal sempat bertutur meminta agar ayahnya juga mau menolong pemudapemuda lain yang bernasib sama seperti dirinya. Selamatkan juga teman-teman saya ayah, kata Kamaluddin menceritakan pesan puteranya itu. (Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre), setiap pasien akan dikenakan biaya Rp. 5.000.000/bulan dengan masa rehabilitasi minimum 1 tahun. Berdasarkan survei awal, di Panti Rehabilitasi Narkoba Sibolangit Centre saat ini jumlah pasien ada 51 orang yang terdiri dari berbagai suku, agama dan rata rata pasiennya adalah usia muda, hanya 1 orang yang berusia sekitar 53 tahun.15 orang masih remaja dan yang lainnya produktif usia 27-40 an tahun Panti Rehabilitasi Narkoba Sibolangit Centre bukan untuk menyembuhkan pasien narkoba, tetapi adalah rehabilitasi (memulihkan)/ menetralisasikan korban (Hasil Survei Januari 2014). Beranjak dari berbagai keadaan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang berhubungan denga perilaku pengguna Napza dengan judul penelitian : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza di Panti Rehabilitasi Al-kamal Sibolangit Centre. 1.2.Perumusan Masalah Dari ruang lingkup permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka secara spesifikasi dan operasional masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Faktor-Faktor apa saja yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza di Panti Rehabilitasi Al-kamal Sibolangit Centre?

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian Sebagaimana latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah diuraikan tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyalahgunaan Napza di Panti Rehabilitasi Al-kamal Sibolangit Centre 1.3.2. Manfaat Penelitian Hasil pelaksanaan penelitian ini akan memberikan manfaat secara langsung bagi peneliti, guru, sekolah dan dinas pendidikan setempat. Manfaat-manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan pada Pusat Rehabilitasi Narkoba Al Kamal Sibolangit Centre agar dapat lebih meningkatkan perilaku penghuni. 2. Sebagai bahan masukan bagi perkembangan Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 3. Sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti selanjutnya yang akan melaksanakan penelitian dalam bidang yang sama.

1.4. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan secara garis besarnya dikelompokkan kedalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisikan teori-teori yang mendukungdalam penelitian, kerangka pemikiran, depenisi konsep dan depenisi operasional. BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian. BAB V : ANALISIS DATA Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian serta analis pembahasannya. BAB VI : PENUTUP Berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran yang bermanfaat.