BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

dikomunikasikan dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dikatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana media massa pada umumnya, film menjadi cermin atau

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, disajikan lewat bentuk, siaran, cetak, hingga ke media digital seperti website

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB V PENUTUP. yang memungkinkan terjadinya rasisme antara orang kulit putih. pemikiran orang kulit putih kepada orang kulit hitam.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya dapat menjangkau seluruh segmen sosial masyarakat. Film tidak

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem diskriminasi dan pemisahan ras (apartheid). Sistem diskriminasi tersebut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

ANALISIS RESEPSI TERHADAP RASISME DALAM FILM. (Studi Analisis Resepsi Film 12 Years A Slave pada Mahasiswa Multi Etnis) NASKAH PUBLIKASI

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2 sendiri tak bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia. Studi tentang gaya busana, pakaian atau fashion pun sudah banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ingatan. Begitulah falsafah sebuah gambar, pengamatannya dibuat berimajinasi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya merupakan media hiburan yang luar biasa, tetapi film juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. demikian, timbul misalnya anggapan bahwa ras Caucasoid atau ras Kulit

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan khidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terstruktur/rekonstruksi pada iklan Wardah Kosmetik versi Exclusive Series,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Penggolongan manusia tersebut disebut dengan ras

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada awalnya film merupakan hanya sebagai tiruan mekanis dari realita atau

TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya) NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Digital Communications Award for Social Media Presence pada News Overview

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya dicarikan cara pemecahannya. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. konstruksionis, realitas bersifat subjektif, relitas dihadirkan oleh konsep subjektif

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini film adalah media yang paling populer. Kemunculan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perorangan, kelompok ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. film memiliki realitas tersendiri yang memiliki dampak yang dapat membuat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB I PENDAHULUAN. realitas yang tumbuh, serta berkembang di dalam masyarakat, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. yang atas dasar konvensi sosial yang terhubung sebelumnya - dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah film muncul memanfaatkan fenomena yang sedang hangat terjadi di masyarakat karena dianggap ampuh memotret realita yang terjadi pada saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak penonton. Film memiliki pengaruh yang kuat untuk mempengaruhi pola pikir dan budaya masyarakat, pesan-pesan yang disampaikan lewat film seringkali disampaikan secara terselubung. Pesan terselubung ini mempunyai kekuatan pengaruh tersendiri dan penonton bisa jadi menyetujui pesan pesan ini tanpa mereka sadari banyak sekali isu-isu sosial yang juga disampaikan lewat film. Film sebagai media audiovisual komunikasi dan banyak dijadikan sebagai alat propaganda yang digunakan untuk mempengaruhi pikiran masyarakat dengan memanipulasi representasinya. Oleh karena itu film sebagai medium yang paling ampuh dalam mempengaruhi pikiran khalayak. Film tak sekedar membawa pesan yang menggambarkan realitas yang hendak disampaikan secara umum dari isi film, film juga bisa dipandang sebagai media yang menjadi alat kelompok dominan untuk memanipulasi dan 1

2 mengukuhkan kehadirannya. Film sebagai media massa bisa dicurigai mengandung prasangka atau propaganda yang menjadi alat untuk mengontrol publik, maka dari itu penulis pun mencurigai film 12 Years A Slave. 12 Years A Slave adalah sebuah film biografi drama sejarah yang mengisahkan 12 tahun perjalanan bertahan hidup Solomon Northup, seorang pria kulit hitam bebas dari New York yang diculik di Washington dan dijadikan sebagai seorang pekerja paksa di Lousiana oleh orang kulit putih. Pada akhirnya Solomon diselamatkan melalui pertolongan seorang kulit putih, dalam film ini orang kulit putih seolah mendominasi dan orang kulit hitam seolah tak berdaya. 12 Years A Slave berlatarkan tahun 1841, dimana pada masa pertengahan tahun 1800-an merupakan masa penindasan orang kulit putih terhadap ras negroid yang merajalela di Amerika Serikat. Perbudakan merupakan suatu masalah yang kelam dalam sejarah kehidupan manusia. Rasisme yang tedapatpada film 12 Years A Slave sampai sekarang masih terjadi, seperti orang-orang kulit putih selalu menindas orang kulit hitam, mulai dari panggilan seperti negro sampai pada perlakuan yang tidak manusiawi. Orang kulit hitam yang menjadi budak bagi kulit putih akan disiksa jika mereka tidak mematuhi perintah orang kulit putih. Tidak dapat dipungkiri lagi rasisme terjadi di berbagai belahan bumi ini bahkan di negara negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia sekalipun. Pengalaman tindakan rasis yang diterima seseorang seperti misalnya umpatan dan serangan fisik membuat seseorang ketakutan berada di tempat umum dan merasa

3 tidak aman akibat individu tersebut berasal dari etnis minoritas tertentu yang menjadi sasaran kebencian etnis mayoritas. Film 12 Years A Slave ini hadir sebagai alat propaganda agar dihapusnya perbudakan dan rasisme yang dilakukan oleh orang Amerika kepada orang kulit hitam Afrika-Amerika. Bukan hanya untuk warga Amerika, film ini juga hadir sebagai ajakan untuk saling menghargai satu sama lain dan menghargai hak asasi Manusia. Film pada umumnya dibangun dengan berbagai tanda-tanda yang ada kemudian dimaknai oleh masyarakat untuk mengetahui hal tersebut dapat dilakukan penelitian melalui pendekatan semiotik karena tanda tidak pernah benar-benar mengatakan sesuatu kebenaran secara keseluruhan. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud menyusun skripsi dengan judul analisis semiotika film 12 Years a Slave 1.2 Fokus dan Pertanyaan Penelitian 1.2.1 Fokus Penelitian Berdasarkan konteks penelitian diatas, maka masalah yang menjasi perhatian utama adalah : Bagaimana analisis semiotika film 12 Years A Slave 1.2.2. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana makna denotasi pada film 12 Years A Slave? 2. Bagaimana makna konotasi pada film 12 Years A Slave? 3. Bagaimana mitos pada film 12 Years A Slave?

4 1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian 2. Untuk mengetahui makna denotasi pada film 12 years a slave 3. Untuk mengetahui makna konotasi pada film 12 years a slave 4. Untuk mengetahui mitos pada film 12 years a slave 1.3.2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika, dimana penelitian ini bersifat teoritis tetapi tidak menolak manfaat praktis yang didapat dalam penelitian untuk memecahkan suatu masalah. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat tidak hanya bagi peneliti tetapi juga bagi pembaca. Kegunaan penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : Kegunaan Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi positif bagi pengembangan dalam menambah wawasan pengetahuan mengenai analisis semiotika. Selain itu juga dapat menambah referensi bagi mahasiswa Universitas Pasundan untuk mengetahui tentang media dan propaganda yang terdapat dalam sebuah film. Kegunaan Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang komunikasi dan jurnalistik terutama mengenai semiotika pada film. 2. Pesan yang terdapat pada film 12 years a slave dapat bermanfaat bagi masyarakat agar tidak bersikap rasis terhadap sesama.

5 1.4 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran memberikan gambaran singkat mengenai tahapan penelitian dari tahap awal hingga akhir. Dasar pemikiran yang peneliti ambil untuk menggunakan film sebagai objek penelitian adalah karena film merupakan media massa yang untuk menikmatinya memerlukan penggabungan antara dua indra yakni indra penglihatan dan indra pendengaran. Maka dari itu film merupakan media komunikasi yang efektif dan kuat dengan penyampaian pesannya secara audiovisual. Sebagai salah satu bentuk media massa, dalam hal ini film juga harus bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat tentang apa yang akan disampaikan. tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dan menghibur tetapi film sebagai media massa juga di tuntut untuk menjalankan fungsi edukatifnya untun memberi pencerahan dan pendidikan kepada masyarakat melalui sajian audiovisual dalam film. Hal ini dikarenakan film mempunyai pengaruh yang kuat kepada msyarakat. Kuatnya pengaruh film sebagai salah satu media komunikasi massa, diakarenakan fungsi film itu sendiri. Film adalah media komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja hiburan tetapi untuk penerangan dan pendidikan. Film selalu menjadi media yang memiliki daya tarik tersendiri terhadap audiensnya. 1.4.1 Teori Konstruksi Realita Sosial Istilah konstruksi atas realitas sosial menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality : A Treatise in the Sociological of Knowledge.

6 Gambaran terhadap konstruksi realitas oleh Berger dan Luckmann seperti yang dikutip Sobur dalam bukunya Analisis Teks Media sebagai berikut, Konstruksi realitas digambarkan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu secara intens menciptakan suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. (2004:91) Berdasarkan teori tersebut, institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia. Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara objektif, namun pada kenyataannya semua dibangun dalam definisi subjektif melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi subjektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam makna simbolik yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang member legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupan. Berkenaan dengan realitas sosial, Berger dan Luckmann mendefinisikan realitas sosial seperti yang dikutip Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi sebagai berikut, Realitas sosial adalah pengetahuan yang bersifat keseharian yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep, kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari konstruksi sosial. Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Konstruksi sosial tidak berlangsung dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan. (2016:186)

7 Pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat dapat dijadikan sebagai realitas sosial yang merupakan hasil dari konstruksi sosial. Realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi yaitu usaha pencurahan atau ekspresi diri manusia ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik. Proses ini merupakan bentuk ekspresi diri untuk menguatkan eksistensi individu dalam masyarakat. Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai produk manusia. Objektivasi merupakan hasil yang telah dicapai (baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi manusia), berupa realitas objektif yang mungkin akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang berada diluar dan berlainan dari manusia yang menghasilkannya (hadir dalam wujud yang nyata). Pada tahap ini masyarakat dilihat sebagai realitas yang objektif. Internalisasi merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa, sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifikasi akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat. Pada intinya, realitas sosial yang dimaksud Berger dan Luckmann terdiri atas tiga hal seperti yang dikutip Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi antara lain, Realitas sosial terdiri dari realitas objektif, realitas simbolik dan realitas subjektif. Realitas objektif adalah realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia objektif yang berada di dunia objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. Realitas simbolik merupakan ekspresi simbolik dari realitas objektif dalam

8 berbagai bentuk. Sementara, realitas subjektif adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses internalisasi. (2016:186) Setiap peristiwa merupakan realitas sosial objektif dan merupakan fakta yang benar-benar terjadi. Realitas sosial objektif ini diterima dan diinterpretasikan sebagai realitas sosial subjektif dalam diri pekerja atau pengguna media dan individu yang menyaksikan peristiwa tersebut. Pekerja atau pengguna media mengkonstruksi realitas subjektif yang sesuai dengan seleksi dan preferensi individu menjadi realitas objektif yang ditampilkan melalui media dengan menggunakan simbol-simbol. Tampilan realitas di media inilah yang disebut realitas sosial simbolik dan diterima pemirsa sebagai realitas sosial objektif karena media dianggap merefleksikan realitas sebagaimana adanya. 1.4.2 Semiotika Roland Barthes Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Berdasarkan semiotika yang dikembangkan Saussure, Barthes mengembangkan dua sistem penanda bertingkat, yang disebutnya system denotasi dan sistem konotasi. Sistem denotasi adalah sistem pertandaan tingkat pertama, yang terdiri dari rantai penanda dan petanda, yakni hubungan materialitas penanda atau konsep abstrak di baliknya. Pada sistem konotasi atau sistem penandaan tingkat kedua

9 rantai penanda atau petanda pada sistem denotasi menjadi penanda, dan seterusnya berkaitan dengan petanda yang lain pada rantai pertandaan lebih tinggi. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan two order of signification, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure.

10 Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Semiotika Pada Film 12 Years A Slave Teori Konstruksi Realitas Sosial (L. Berger dan Thomas Luckman) Analisis Semiotika (Roland Barthes) Denotasi Konotasi Mitos Representasi Kulit Hitam dan Kulit Putih Pesan Yang terdapat pada film 12 Years A Slave Konstruksi Realita Sosial Sumber: Hasil Modifikasi Peneliti dan Pembimbing