protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

PENGETAHUAN 1. Apakah ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a. Ya b. Tidak 2. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a.

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Program Millenium Development Goals (MDG s) yang terdiri dari delapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indikator Human Development Index (HDI). Tidak hanya di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk meningkatkan mutu sumber daya yang sehat,

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu target dalam Millenieum Develomment Goals (MDG s). utama pembangunan kesehatan (Kemenkes, 2009b).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

(Analisa Data Sekunder) SKRIPSI DIAN NOVITA NPM:

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BAYI DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA MATSUM TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

AMENORE LAKTASI SEBAGAI METODE BER KB SERTA URGENSINYA TERHADAP PP 33 TAHUN 2012 Oleh : Andang Muryanta

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB I PENDAHULUAN. anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin. Program Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan program promosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

HUBUNGAN ANTARA ASI EKSKLUSIF DENGAN PERTUMBUHAN BAYI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan WHO, 2009). Pemberian ASI Ekslusif harus terinisiasi dini ASI saja dengan 1

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya sesuai untuk kebutuhan bayi. Zat-zat gizi yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak. (Kliegman, 1999). BBLR memiliki peluang meninggal 35 kali lebih tinggi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2006 WHO (World Health Organization) mengeluarkan Standar

BAB I PENDAHULUAN. bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian. Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

BAB I PENDAHULUAN. dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air susu Ibu (ASI) merupakan pemberian air susu kepada bayi yang langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450 / Men. Kes / SK / IV / 2004 telah menetapkan bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi yang sesuai untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi yang optimal. ASI diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulandan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan yang alamiah, namun seringkali ibu ibu kurang mendapat informasi bahkan seringkali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya ( Arini, 2012). ASI yang terbaik untuk bayi, sehingga dalam kondisi apapun ASI tetap cocok. Misalnya, bayi yang lahir prematur maka ASI yang keluar dari payudara ibu telah disesuaikan dengan kondisi bayi tersebut. ASI mengandung lebih banyak zat lemak, protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur. Bahkan, telah dibuktikan bahwa fungsi mata bayi berkembang lebih baik pada bayi bayi prematur yang diberi ASI dan memberikan kecakapan yang lebih baik dalam tes kecerdasan ( Khamzah, 2012).

Bayi harus mendapatkan ASI termasuk bayi yang lahir prematur, serta bayi yang lahir dengan kondisi lemah. Jika bayi tidak bisa meminumnya langsung dari ibu, ASI dapat diberikan melalui selang. Bayi mesti memperoleh ASI karena mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama, yaitu hormon, antibodi, faktor kekebalan, dan antioksidan. Selain itu, pemberian ASI kepada bayi akan mempererat hubungan batin ibu dan bayi. Apalagi bila ditambah dengan kontak fisik yang diwujudkan melalui belaian ataupun usapan lembut ibu saat menyusui bayinya (Prasetyono, 2012). Pemberian ASI eksklusif menurut banyak penelitian memberikan manfaat bagi ibu dan bayi, terutama pemberian ASI secara dini pada hari hari pertama kelahiran dimana terdapat kolostrum yang terbukti sangat kaya akan zat antibodi yang dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada bayi dan balita. Selain kolostrum, pemberian ASI dini terutama pada 30 menit setelah kelahiran akan merangsang pengeluaran ASI dan berhubungan erat dengan kesuksesan menyusui ( Meri, 2012) Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif adalah faktor pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan dipengaruhi banyak faktor antara lain pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, Inisiasi Menyusui Dini, penolong persalinan dan tempat persalinan. Pemberian informasi yang baik tentang ASI eksklusif dan pelarangan pemberian makanan tambahan oleh penolong persalinan terutama saat ANC sangat berpengaruh dalam keberhasilan ASI eksklusif sehingga ibu tidak memberikan makanan tambahan pada bayi (Fikawati&Syafiq, 2009).

Program ASI eksklusif sangat penting manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi ternyata masih kurang mendapat respon yang baik dari masyarakat. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009 menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan sebesar 61,33% (Susenas, 2010). Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 39,5% tahun 2003, menjadi 32% pada tahun 2007 dan 27,1% pada tahun 2012. Berdasarkan data Riset Kesehatan (RISKESDAS, 2013) cakupan ASI eksklusif di Indonesia mencapai 30,2%. Cakupan ASI eksklusif di Indonesia juga belum mencapai angka yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Data dari badan penelitian dan pengembangan kesehatan 2010 menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3%.Target Millenium Development Goals (MDGs) ke 4 adalah menurunkan AKB dan Balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990 2015. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun disamping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif yang dapat menurunkan Angka Kematian Bayi. Cakupan pemberian ASI eksklusif untuk provinsi DKI Jakarta tahun 2011 sebesar 38,6%. Data Susenas pada Sumatera Utara cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 56,6%. Di kota Medan, berdasarkan profil Dinas Kota Medan pada bulan Agustus 2011 dari 39 Puskesmas yang ada di Medan terdapat 174 (4,08%) bayi yang diberi ASI eksklusif dan terdapat 4089 (95,9%) bayi yang tidak diberi ASI eksklusif dari data Puskesmas Mandala tahun 2011 hanya 48 bayi (1,7%) yang diberi

ASI ekskusif dan pada bulan Januari sampai Agustus 2012 hanya 25 (1,6%) bayi yang diberi ASI eksklusif sementara target 80% tahun 2012. Menurut hasil penelitian Elfira (2005) di Puskesmas Karawang bahwa jika bayi belum mau menyusui, ibunya akan mengoleskan madu pada puting susunya yang ditujukan untuk menghilangkan rasa amis pada susu kuning (kolostrum) dan memberikan susu formula dengan alasan ASI belum keluar agar bayi tidak lapar. Dari hasil penelitian yang dilakukan Ningsih (2014) pengetahuan tentang ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok sangat baik, dilihat dari jawaban responden mengenai kapan sebaiknya ASI pertama kali diberikan. Rata-rata ibu sudah mengetahuinya yaitu begitu lahir langsung diberi ASI, tetapi yang menjadi halangan jika ASI tidak langsung keluar begitu bayi lahir yang menyebabkan ibu memberikan bayi susu formula terlebih dahulu. Dari hasil survei pendahuluan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara pada bulan Januari 2015 yang dilakukan pada 5 orang ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan, diketahui yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berdasarkan umur 0-1 bulan sebanyak 3 orang, umur 2 bulan hanya 1 orang dan yang mendapatkan ASI eksklusif umur >6 bulan hanya 1 orang. Rendahnya cakupan ASI eksklusif disebabkan oleh pemberian susu formula yang didukung oleh tenaga kesehatan dan budaya di desa pangirkiran seperti pemberian gula pada saat bayi memasuki rumah setelah kembali dari rumah bersalin untuk penyambutan keluarga baru serta pemberian madu pada bayi sebelum menyusui pertama kali. Hal ini sangat mendukung terjadinya kegagalan pemberian ASI eksklusif.

Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Yang Mempunyai Bayi 7-12 Bulan Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan rendahnya cakupan ASI eksklusif dan apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan dalam pemberian ASI eksklusif Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu tehadap pemberian ASI eksklusif 2. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 3. Untuk mengetahui pengaruh informasi tenaga kesehatan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 4. Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 5. Untuk mengetahui pengaruh kondisi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 6. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pemberian ASI eksklusif

1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Notoatadmojo, 2005), dengan demikian dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif 2. Ada pengaruh sikap terhadap pemberian ASI eksklusif 3. Ada pengaruh informasi petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif 4. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif 5. Ada pengaruh kondisi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 6. Ada pengaruh budaya terhadap pemberian ASI eksklusif 1.5 Manfaat Penelitian Sebagai bahan informasi bagi ibu khususnya pada ibu yang menyusui dan pada masyarakat di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara agar menjadi masukan bagi bidan desa untuk meningkatkan penyuluhan ASI eksklusif.