HIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Hidrolisis Biji Sorgum Menjadi Bioetanol. Menggunakan NaOH Papain Dengan Metode Sakarifikasi Disusun dan Fermentasi Oleh : Simultan

PENGARUH TEMPERATUR LIKUIFIKASI KONVERSI PATI SORGUM MENJADI GULA

VARIASI TEMPERATUR LIQUIFIKASI PATI SORGUM MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES SKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

Pembuatan Etanol dari Sorgum (Shorghum Bicolor L.Moench) Melalui Hidrolisis Enzimatik diikuti Fermentasi Menggunakan Saccharomyces cerevisiae

PRODUK BIOETANOL DARI PATI MANGGA (Mangifera Indica L.) DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM DAN FERMENTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permintaan tapioka di Indonesia cenderung terus meningkat. Peningkatan

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

VARIETAS UNGGUL UBIKAYU UNTUK BAHAN PANGAN DAN BAHAN INDUSTRI

PEMBUATAN BIOETANOL DARI RUMPUT GAJAH

BIOETANOL DARI PATI (UBI KAYU/SINGKONG) 3/8/2012

UJI KERJA REAKTOR ENZIMATIS DALAM PEMBUATAN DEKSTRIN PATI JAGUNG MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan daerah penghasil ubi kayu terbesar di Indonesia.

Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengadaan Alat dan Bahan a. Pengadaan alat b. Pengadaan tetes tebu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pati merupakan polisakarida yang terdiri atas unit-unit glukosa anhidrat.

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BUAH SALAK DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI

PEMBUATAN GULA CAIR DARI PATI SINGKONG DENGAN MENGGUNAKAN HIDROLISIS ENZIMATIS

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

PEMBUATAN BIOETANOL DARI UBI JALAR (Ipomea batatas) DENGAN PROSES FERMENTASI Saccharomyces cerevisiae

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. A. Pemanfaatan Rumput Ilalang Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi.

PROSES PEMBUATAN BIOPLASTIK BERBASIS PATI SORGUM DENGAN PENGISI BATANG SINGKONG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Santoso (2009) menyatakan bahwa yoghurt merupakan produk susu. yang difermentasi. Fermentasi susu merupakan bentuk pengolahan susu

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

TINJAUAN PUSTAKA. empat di dunia. Ubi jalar merupakan salah satu sumber karbohidrat dan memiliki

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

PENDAHULUAN. penduduk sehingga terjadi masalah hal ketersediaan pangan. Ketergantungan pada

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR KULIT KETELA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Proses Produksi Bioetanol Dari Pati Jagung. Jagung dikeringkan dan dibersihkan, dan di timbang sebanyak 50 kg.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kebutuhan bahan bakarnya

VARIASI PENGADUKAN DAN WAKTU PADA PEMBUATAN BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK (SSF)

APLIKASI PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN DISTILASI BERBAHAN DASAR BUAH PISANG

I. PENDAHULUAN. Persediaan bahan bakar fosil yang bersifat unrenewable saat ini semakin

LAMPIRAN C GAMBAR DAN DIAGRAM ALIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. asam ataupun enzimatis untuk menghasilkan glukosa, kemudian gula

VARIASI KONSENTRASI ENZIM STARGEN TM 002 PADA PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK PATI SORGUM MENJADI BIOETANOL

LIMBAH. Veteran Jatim A Abstrak. sebagai. hidrolisa yang. menggunakan khamir. kurun waktu. beberapa tahun hingga lain seperti pembuatan

RANCANG BANGUN ALAT DISTILASI SATU TAHAP UNTUK MEMPRODUKSI BIOETANOLGRADE TEKNIS

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

MODIFIKASI PATI SORGUM MENJADI MALTODEKSTRIN MENGGUNAKAN ENZIM ALFA AMILASE,GLUKOAMILASE, DAN PEPSIN

PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISA ASAM DAN ENZIMATIS

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu sentra produksi pisang nasional.

BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Proses Pembuatan Bioetanol dari Pati Ganyong (Canna edulis Ker.) dengan Proses Fermentasi Anaerob

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

PEMANFAATAN UMBI UWI (Dioscorea alata L) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

PEMANFAATAN PATI GARUT(Maranta arundinaceae) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN FERMENTASI OLEH SACHAROMYCES CEREVICEAE

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PERSENTASE STARTER PADA NIRA AREN (Arenga pinnata) TERHADAP BIOETHANOL YANG DIHASILKAN

PRODUKSI BIOETANOL DARI PATI SORGUM DENGAN PROSES SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SERENTAK DENGAN VARIASI TEMPERATUR LIQUIFIKASI

KEUNGGULAN KOMPETITIF GULA CAIR KIMPUL

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kaya akan sumber daya alam salah satunya adalah rumput laut. Rumput

BIOETANOL DARI BONGGOL POHON PISANG BIOETHANOL FROM BANANA TREE WASTE

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI BAHAN BAKU BIOETANOL DENGAN PROSES HIROLISIS H 2 SO 4 DAN FERMENTASI SACCHAROMYCES CEREVICEAE

Pengaruh Rasio Pelarut dan Berat Yeast pada Proses Fermentasi Pati Keladi (Colocasia esculenta) menjadi Etanol

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

Katakunci :Tepungsorgum, Bioetanol, Hidrolisis, Fermentasi, Ragi Roti

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. bahan yang memiliki sifat rentan terhadap kerusakan oleh lingkungan luar dengan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan salah satu sumber kehidupan bagi makhluk hidup.

METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia semakin tahun

I PENDAHULUAN. diantaranya adalah umbi-umbian. Pemanfaatan umbi-umbian di Indonesia belum

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

TUGAS AKHIR. PEMANFAATAN TALAS (Calocasia esculenta L. Schott) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOETANOL

PRODUKSI DEKSTRIN DARI UBI JALAR ASAL PONTIANAK SECARA ENZIMATIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

PEMBUATAN DEKSTRIN DARI PATI SORGUM SECARA HIDROLISIS MENGGUNAKAN ENZIM α-amilase

PEMANFATAAN AMPAS TAHU MENJADI BIOETANOL DENGAN PROSES FERMENTASI DAN HIDROLISA H 2 SO 4

LAMPIRAN. Lampiran 1. Umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.) Schott) Lampiran 2. Pati umbi talas (Xanthosoma sagittifolium (L.

LAPORAN TUGAS AKHIR SIRUP GLUKOSA DARI BIJI SORGUM. ASAM KLORIDA (HCl)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

PRESENTASI PROPOSAL TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. grade industri dengan kadar alkohol %, netral dengan kadar alkohol 96-99,5

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BIOETANOL DARI LIMBAH KULIT SINGKONG MELALUI PROSES HIDROLISIS SDAN FERMENTASI DENGAN N SACCHAROMYCES CEREVISIAE

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar mengandung karbohidrat sebanyak 27,9 g yang dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES LIKUIFIKASI TERHADAP PRODUKSI BIOETANOL MENGGUNAKAN PATI SORGUM SEBAGAI BAHAN BAKU

Transkripsi:

HIDROLISIS BIJI SORGUM MENJADI BIOETANOL MENGGUNAKAN NaOH PAPAIN DENGAN METODE SAKARIFIKASI DAN FERMENTASI SIMULTAN Dini Anggriani 2306100036,Erika Ariane Susilo 2306 100 090 Prof.Dr.Ir. Nonot Soewarno, M.Eng Laboratorium Proses Pemisahan Teknik Kimia FTI-ITS Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku industri pembuatan bioetanol. Pati dalam biji sorgum sulit diurai disebabkan oleh protein body yang membungkusnya. Faktor penghambat tersebut dapat diatasi dengan pretreatment larutan alkali atau enzim protease. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh penambahan NaOH dan papain terhadap hidrolisis biji sorgum dan mendapatkan viskositas gelatinisasi yang dapat diterapkan di dunia industri pembuatan etanol (<2000 cp). Variabel penelitian yang digunakan yakni konsentrasi NaOH (0,05%; 0,1%; 0,15% w/v) dengan variasi papain (0,05%; 0,15%; 0,25% w/v) dan tanpa menggunakan NaOH dengan konsentrasi papain 0,3% w/v serta tanpa pretreatment. Pada proses persiapan bahan baku, biji sorgum digiling kemudian diayak melewati ukuran 20 mesh. Selanjutnya dilakukan proses pretreatment dengan direndam dalam larutan NaOH 2 jam (konsentrasi sesuai variabel). Larutan ditambah dengan HCl hingga ph mencapai 6, dan papain sesuai variabel lalu direndam selama 0,5 jam. Kemudian, proses liquifikasi dilakukan pada suhu 80-90 C selama 2 jam, dilanjutkan proses sakarifikasi pada suhu 55-60 C dengan ph 4,5-5 selama 3 jam. Setelah itu aerasi dilakukan selama 2 jam dan proses fermentasi selama 60 jam secara anaerobik. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan NaOH dan papain menghasilkan DE sebesar 58,76% dan tanpa pretreatment 28,95%. Hidrolisis biji sorgum pada variabel 1

konsentrasi NaOH 0,15% w/v dan papain 0,25% w/v menghasilkan viskositas gelatinisasi terbaik sebesar 150 cp. PENDAHULUAN Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman sejenis rumput yang menghasilkan biji untuk dimakan ( sereal ) dan cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daya adaptasi cukup baik dan merupakan komoditas alternatif untuk pangan, pakan, dan industri.(sirappa, 2003). Kandungan pati pada biji sorgum sulit diurai dibanding jenis sereal lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya protein body dan matriks protein yang membungkus granula pati yang sukar diluruhkan (Duodu, 2003). Faktor faktor penghambat tersebut dapat diatasi dengan penambahan enzim protease atau larutan alkali saat pretreatment. Tujuan pretreatment adalah untuk meluruhkan protein body dan matriks protein yang menyelubungi biji sorgum sehingga pada saat hidrolisis enzim alpha amylase dan glucoamylase dapat bekerja secara optimum untuk mengkonversi pati. Penggunaan enzim protease pada tepung sorgum dalam penelitian ini menggunakan enzim papain yang berasal dari pengeringan getah pepaya dalam bentuk tepung. Sedangkan untuk larutan alkali digunakan NaOH. Pada proses hidrolisis adanya gelatinisasi saat liquifikasi sangat berperan penting dalam peruraian pati. Sifat fungsional pati yang penting adalah kemampuan pati untuk mengentalkan dan membentuk gel. Sifat pengental pati ditunjukkan dengan kemampuan pati mencapai viskositas tinggi selama pemanasan. Pada industri etanol sendiri, proses gelatinisasi ini apabila kekentalannya diatas 2.000 cp maka akan menimbulkan masalah dimana agitator dalam cooking tank akan sulit berputar untuk mengaduk campuran tepung sorgum. Oleh karena itu dalam penelitian ini diukur derajat kekentalan saat gelatinisasi dari biji sorgum tanpa pretreatment dan dengan pretreatment NaOH papain. 2

METODOLOGI Peralatan utama yang digunakan adalah jar fermentor 2L dan peralatan distilasi. Tempat Pemasukan Bahan Penelitian Agitator Rotameter Udara Bukaan Pengambil Sample Jar Fermentor Jacket Jar Fermentor Tempat Pengeluaran Air Gambar 1. Skema jar fermentor Gambar 2. Skema peralatan distilasi 3

Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium. Biji Sorgum yang digunakan adalah varietas Hermada. Sorgum diperoleh dari daerah Bandar Jaya, Lampung Tengah. Variabel penelitian yaitu konsentrasi NaOH (0,05%, 0,1%, 0,15% w/v) dan papain (0,05%, 0,15%, 0,25% w/v). Waktu perendaman biji sorgum mula-mula dengan larutan NaOH selama 2 jam kemudian dilanjutkan dengan penambahan campuran papain dengan aquadest selama 0,5 jam. Proses pembuatan etanol dilakukan pada jar fermentor dengan volume kerja 2 L. Enzim yang digunakan untuk hidrolisis adalah Liquozyme dan Dextrozyme. Total sugar awal yang digunakan dalam penelitian adalah ± 17%. Proses liquifikasi dilakukan pada suhu 80-90 o C selama 2 jam, dilanjutkan proses sakarifikasi pada suhu 55-60 o C selama 3 jam. Kemudian dilakukan proses fermentasi pada suhu 30-32 o C selama 60 jam. Dalam penelitian akan diukur total sugar, reducing sugar, cell number, acidity, viskositas dan konsentrasi etanol. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada semua variabel penelitian terlihat bahwa persen DE semakin meningkat seiring bertambahnya waktu seperti pada Gambar IV.12. Misalnya pada variabel NaOH 0,05% dan papain 0,05% pada jam ke-(2,5), (4,5), dan (7,5) berturut turut sebesar (2,6), (19,58), dan (30,0) dikarenakan protein body dan matriks protein yang menyelubungi biji sorgum dapat meluruh sehingga enzim bekerja dengan baik memecah rantai pati menjadi molekul-molekul glukosa. 4

60 % DE 50 40 30 20 10 0 0 2,5 5 7,5 Waktu (Jam) Simbol NaOH ( %w/v) Papain ( %w/v) 0,05 0,05 0,05 0,15 0,05 0,25 0,10 0,05 0,10 0,15 0,10 0,25 0,15 0,05 0,15 0,15 0,15 0,25 0,00 0,30 0,00 0,00 Gambar IV.12 Penambahan NaOH dan papain (sesuai variabel) saat Pretreatment, liquifikasi,dan sakarifikasi terhadap % DE DE tertinggi didapatkan dari hasil pretreatment dengan menggunakan NaOH 0,15 % dan papain 0,25% yakni pada jam ke-(2,5), (4,5), dan (7,5) berturut turut (4,70), (33,69), dan (58,76). Viskositas gelatinisasi, DE setelah sakarifikasi, %FR, dan konsentrasi etanol pada jam ke-60 ditunjukkan pada Tabel IV.2. Pada konsentrasi NaOH 0,05% w/v dan papain 0,05%;0,15%;0,25% DE yang dihasilkan masih rendah yaitu berkisar antara 30%; 31,3%;40% dan yeast hanya mampu menghasilkan etanol 7,3%; 7,5%; 7,6% serta viskositas gelatinisasi masih > 2.000 cp. Namun jika ditinjau dari viskositas gelatinisasi, dengan konsentrasi NaOH sebesar 0,05% w/v 5

meskipun dengan kenaikan konsentrasi papain dari 0,05% sampai 0,25% masih menimbulkan masalah pada agitator karena batas viskositas gelatinisasi maksimal sebesar 2.000 cp. Ketika konsentrasi NaOH dinaikkan sebesar 0,1% w/v dan 0,15% w/v dengan papain 0,05%;0,15%;0,25% maka DE semakin meningkat. Ini menunjukkan kenaikan konsentrasi variabel (NaOH dan papain) berpengaruh pada kenaikan nilai DE. Nilai DE itu sendiri merepresentasikan kandungan dextrose (glukosa) yang dapat dikonversi dari Total Sugar (TS). Semakin besar konsentrasi NaOH maupun papain yang digunakan maka semakin besar kerja NaOH dan papain dalam proses peluruhan matriks dan protein body. Dengan demikian kinerja enzim saat hidrolisis lebih optimal untuk memecah pati sehingga pada akhir proses sakarifikasi Reducing Sugar (RS) yang dihasilkan semakin besar sehingga berdampak pada kenaikan nilai DE. Oleh karena nilai DE meningkat maka semakin banyak jumlah glukosa yang tersedia sehingga konsentrasi etanol yang dihasilkan dari konversi glukosa oleh yeast saat proses fermentasi semakin besar. Hal ini terlihat dari konsentrasi NaOH sebesar 0,15% w/v dengan papain 0,05%;0,15%;0,25% menghasilkan konsentrasi etanol masingmasing sebesar 8,8%; 9,1%; dan 9,3% v/v. Fungsi penambahan NaOH pada tahap pretreatment adalah untuk menembus matriks protein yang mengandung glutelin, albumin, dan globulin. Namun NaOH sukar menguraikan protein body yang mengandung kafirin (Taylor et al., 1984). Sedangkan papain merupakan golongan enzim yang dapat memecah komponen kafirin, sehingga proses peluruhan protein semakin baik (Dubey et al., 2007). Dengan ketersediaan RS yang semakin besar memungkinkan yeast untuk mengkonversi glukosa menjadi etanol dengan hasil yang lebih besar. 6

Tabel IV.2 Pengaruh konsentrasi NaOH dan papain terhadap viskositas gelatinisasi, Dextrose Equivalent (DE), Fermentation Ratio (FR), dan konsentrasi etanol Pretreatment Viskositas DE Setelah Jam ke-60 NaOH Papain Gelatinisasi Sakarifikasi FR Etanol (% w/v ) (% w/v ) ( cp ) (%) (%) (% v/v) 0,05 0,1 0,15 0,05 7.000 30,00 69,54 7,3 0,15 5.500 31,30 73,07 7,5 0,25 4.200 40,00 77,57 7,6 0,05 700 48,81 80,51 7,7 0,15 550 49,46 80,42 8,3 0,25 350 49,79 80,98 8,5 0,05 350 50,86 82,92 8,8 0,15 250 57,89 84,81 9,1 0,25 150 58,76 85,74 9,3 0,00 0,30 400 58,60 82,57 7,8 0,00 0,00 14.500 28,95 67,79 6,8 Konsentrasi etanol, DE sakarifikasi, dan FR tertinggi dihasilkan dari konsentrasi NaOH 0,15% w/v dan papain 0,25% w/v yakni etanol = 9,3% v/v, DE sakarifikasi = 58,76% dan FR = 85,74% dibandingkan variabel konsentrasi yang lain bahkan dengan konsentrasi papain yang lebih tinggi yakni 0,3% w/v. Penggunaan konsentrasi papain tertinggi (0,3% w/v) belum bekerja maksimal dikarenakan papain lebih berperan dalam penguraian kafirin pada protein body dan bukan pada matriks protein. 7

KESIMPULAN Berdasarkan data penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan hal-hal berikut : 1. Penggunaan NaOH dan papain meningkatkan nilai Dextrose Equivelent (DE) pada akhir proses sakarifikasi sebesar 58,76% dan tanpa pretreatment 28,95%. 2. Penggunaan NaOH dan papain dapat meningkatkan kadar etanol yang dihasilkan pada akhir fermentasi berkisar antara 7,3%v/v - 9,3%v/v dan tanpa pretreatment pada hidrolisis biji sorgum yakni 6,8%v/v. 3. Viskositas gelatinisasi pada hidrolisis biji sorgum pada variabel konsentrasi NaOH 0,1% w/v dan 0,15% w/v dengan konsentrasi papain masing-masing 0,05%, 0,15%, dan 0,25% w/v tidak menimbulkan masalah pada industri etanol karena viskositas gelatinisasi yang dihasilkan kurang dari 2.000 cp berkisar antara 150 cp 700 cp. DAFTAR PUSTAKA Bai, F.B., W.A. Anderson, and M. Moo-Young. Ethanol Fermentation Technologies from Sugar and Starch Feedstocks. Biotechnology Advance.2008;26:89-105 Broto, W. dan N. Richana. Inovasi Teknologi Proses Industri Bioetanol dari Ubi Kayu Skala Pedesaan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. 2006. De Jong, F.M., J.C. Du Preez, and P.M. Lategan. Effect of Polyphenol Content on the Hydrolysis and Fermentation of Grain Sorghum Starch. Biomass. 1987;12: 57. Dubey, V.K., M. Pande. Papain-like Protease : Applications of Their Inhibitors. African Journal of Biotechnology. 2007;6(9):1077-1086. Du Preez, J.C., F. De Jong, P.J. Botes, and P.M. Lategan. Fermentation Alcohol from Grain Sorghum Starch. Biomass. 1985;8:101. 8