BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi bangsa tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. Pepatah mengatakan bahwa pengalaman adalah guru terbaik begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Amam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN. cukup menjadi alasan, sebab matematika selalu diajarkan di setiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi. Dalam matematika terdapat banyak rumus-rumus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

1. PENDAHULUAN. perkembangan ilmu dan teknologi suatu negara. Ketika suatu negara memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rasional yang harus dibina sejak pendidikan dasar. (Hasratuddin, 2010 : 19).

BAB I PENDAHULUAN. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja, tapi juga turut serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi. Matematika juga dapat digunakan dalam kehidupan sehari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa berkaitan erat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa tersebut. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan mengolahnya, sehingga diperlukan suatu program pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis. Salah satu program yang dapat menganalisis kemampuan berpikir kritis, kreatif, sistematis, dan logis adalah matematika (Rochaminah, 2008:1). Mata pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari sekolah dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi (PT). Hal ini menunjukkan pentingnya peranan matematika dalam dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan dasar dari penerapan konsep pada jenjang selanjutnya. Tujuan pembelajaran matematika telah jelas ditunjukkan dalam Peraturan Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BNSP, 2006). Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut; (1) memahami konsep

2 matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelaskan keadaan atau suatu masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Pentingnya perananan matematika juga terlihat pada pengaruhnya terhadap mata pelajaran lain, contohnya mata pelajaran geografi, fisika, dan kimia. Dalam mata pelajaran geografi, konsep-konsep matematika digunakan untuk skala atau perbandingan dalam membuat peta. Sedangkan dalam fisika dan kimia, konsepkonsep matematika digunakan untuk mempermudah penurunan rumus-rumus yang dipelajari. Gambaran di atas merupakan hal nyata bahwa begitu pentingnya matematika dalam kehidupan, sangat banyak aktivitas manusia yang memanfaatkan matematika, baik pemanfaatan ide-ide dasar, konsep-konsep ataupun aplikasinya.

3 Apabila merujuk pada tujuan pembelajaran matematika yang dikemukakan BSNP, kemampuan pemahaman (tujuan yang ketiga) merupakan kemampuan yang harus dipunyai oleh siswa sebagai pembelajar matematika. Tentu saja banyak faktor penunjang yang harus ditempuh agar siswa paham, baik dari sisi sarana prasarana, proses belajar mengajar maupun potensi siswa yang harus guru fasilitasi agar kemampuan pemahamannya terasah. Pemahaman berasal dari kata paham, Poerwadarminta (1984:694) mengartikan kata paham sebagai mengerti benar. Seseorang diakatakan paham terhadap sesuatu jika orang tersebut mengerti benar sesuatu itu, dalam arti dia mampu menjelaskan sesuatu itu kepada orang lain. Selanjutnya, kemampuan lain yang perlu siswa kuasai dalam belajar matematika adalah kemampuan berpikir kritis matematis. Ennis (1996, xx) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan suatu proses yang bertujuan agar kita mampu membuat keputusan-keputusan yang masuk akal, sehingga apa yang kita anggap terbaik dalam suatu kebenaran dapat kita lakukan dengan benar. Kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis akan sangat baik apabila kita sebagai guru mampu mengembangkannya dengan berbagai metode atau model pembelajaran sehingga para siswa dapat terfasilitasi potensinya. Salah satu model pembelajaran yang tengah berkembang saat ini dalam dunia pendidikan khususnya pembelajaran matematika adalah pembelajaran kontekstual di mana

4 komponen-komponennya mendukung untuk memfasilitasi potensi pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis siswa. Membangun pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis siswa sangat penting dilakukan, karena pemahaman dan berpikir kritis matematis pada setiap belajar matematika akan mempeluas pengetahuan matematika yang dimiliki siswa, sehingga sangat mendukung pembelajaran matematika siswa berikutnya. Pembelajaran yang terjadi selama ini seperti yang dikemukakan oleh Heruman (2008:109) dirasa kurang mampu untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis siswa, karena siswa tidak dilibatkan langsung dalam mencari dan menemukan sendiri konsep yang dipelajari. Hal ini juga memperlihatkan bahwa sebagian waktu belajar khususnya di sekolah dasar digunakan untuk menganalisis kemampuan matematika tingkat rendah. Berdasarkan hasil penelitian Peterson dan Fennema (Suryadi, 2005) di sekolah dasar, hanya 15% dari waktu belajar yang digunakan untuk menganalisis kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi, 62% waktu belajar digunakan untuk menganalisis kemampuan berpikir matematika tingkat rendah, dan sisanya digunakan untuk kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan belajar matematika. Mengasah kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika di sekolah, yang menitikberatkan pada sistem, struktur, konsep, prinsip, dan kaitan yang ketat antara suatu bagian dan bagian lainnya (Maulana, 2008:39). Selanjutnya Ruggiero

5 (Johanson, 2007) menyatakan kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis merupakan sebuah keterampilan hidup. Kemudian Johanson (2007) menambahkan bahwa kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis matematisadalah kemampuan yang dapat dikembangkan oleh setiap orang, maka hal ini harus diajarkan di sekolah dasar, SMP, dan SMA. Menyadari pentingnya menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa sejak SD, maka diperlukan adanya pelajaran matematika yang lebih banyak melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri. Menurut Piaget, usia sekolah dasar (7-12 tahun) tengah berada pada tahap operasional konkrit sedangkan konsep-konsep matematika bersifat abstrak. Perlu ada model pembelajaran yang dapat menjembatani hal ini, salah satunya adalah pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam kontek yang beragam, baik di dalam maupun luar sekolah. Konsep-konsep matematika terorganisasikan secara sistematis, logis, dan hierarkis, dari yang sederhana sampai dengan yang komplek. Kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis terhadap konsep matematika merupakan dasar untuk mengerjakan matematika secara bermakna. Di antara cabang matematika yang diajarkan di sekolah dasar adalah geometri. Konsep ini mulai diajarkan dari kelas satu SD, yaitu mengenai pengenalan

6 bangun datar dan bangun ruang serta mengalami peningkatan di kelas-kelas berikutnya. Bangun-bangun geometri sangat mudah dijumpai di sekitar siswa, misalnya papan tulis, jendela, pintu, rumah-rumahan yang disusun oleh balok dan kubus, dan lain sebagainya, sehingga dapat disimpulkan bahwa geometri adalah cabang matematika yang sangat akrab dengan anak SD, geometri adalah salah satu cabang matematika yang membantu dalam memahami dan menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan juga memberikan kontribusi dalam banyak hal salah satunya adalah menggambarkan berbagai fenomena dan benda-benda di sekitar kita (Suhendra dan Suwarma, 2006:153). Dari hal yang telah dikemukakan, tampak peran geometri dalam pelajaran matematika sangat kuat dan berdampak positif terhadap materi lain. Jadi sudah seharusnya siswa SD memahami konsep-konsep geometri dengan baik, sehingga konsep-konsep yang telah dipelajari dapat digunakan pada jenjang selanjutnyadan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah mengingat pentingnya matematika untuk pendidikan sejak siswa SD maka perlu dicarikan solusi, yaitu suatu cara mengelola proses belajar mengajar matematika di SD sehingga matematika dapat dicerna dengan baik oleh siswa SD (Hudojo, 2005:149). Fruner dan Robinson dalam (Rochaminah, 2008:4) menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis, maka pembelajaran harus difokuskan pada pemahaman konsep dengan

7 berbagai pendekatan daripada keterampilan prosedural. Pembelajaran kontekstual adalah salah satu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang dalam penelitian ini digunakan untuk memfasilitasi berkembangnya kemampuan pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis siswa kelas V sekolah dasar. Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti kemukakan di atas, maka penelitian ini akan difokuskan pada pengaruh pembelajara kontekstual terhadap pemahaman matematis dan berpikir kritis matematis siswa kelas V Sekolah Dasar. B. Rumusan Masalah Dengan merujuk pada indikator berpikir kritis dari Ennis dan pemahaman matematis dari Skemp, maka rumusan masalahnya adalah: 1. Apakah kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung? 2. Apakah peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung? 3. Apakah kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung?

8 4. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung. 2. Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung. 3. Mengetahui kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung. 4. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan model pembelajaran langsung. D. Manfaat Penelitian 1. Menganalisis, meningkatkan, dan memberikan pengalaman yang lebih bermakna kepada siswa dalam belajar matematika terutama konsep geometri.

9 2. Bagi peningkatan mutu pembelajaran, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu dan efektivitas pembelajaran geometri khususnya dan konsep matematika umumnya di sekolah dasar terutama kelas V. 3. Bagi guru, akan dapat membantu mengatasi permasalahan pembelajaran geometri dalam kesulitan menanamkan konsep geometri dan penerapannya dalam memecahkan masalah sehari-hari. 4. Bagi siswa akan memperoleh pengalaman belajar materi pembelajaran yang lebih nyata, menarik, menyenangkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Selain itu memberikan pengalaman dan pengetahuan tentang kontek-kontek nyata dalam kehidupan sehari-hari yang memungkinkan siswa dapat menerapkan konsep geometri. 5. Bagi penulis, penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk para peneliti selanjutnya dalam rangka memperbaiki pembelajaran matematika terutama geometri dan sebagai bahan perbandingan dalam proses peningkatan kualitas pembelajaran geometri di SD kelas V. E. Definisi Operasional Definisi yang digunakan untuk istilah-istilah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan pemahaman matematis yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup kemampuan pemahaman matematis yang didefinisikan oleh

10 Skemp, yaitu (1) Pemahaman instrumental, yaitu hafal sesuatu secara terpisah atau dapat menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan sesuatu secara algoritmik saja dan (2) Pemahaman relasional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan. Pemahaman instrumental diartikan sebagai pemahaman konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana. Dalam hal ini seseorang hanya memahami urutan pengerjaan atau algoritma. Sedangkan pemahaman relasional termuat skema atau struktur yang dapat digunakan pada penjelasan masalah yang lebih luas dan sifat pemakaiannya lebih bermakna. 2. Kemampuan berpikir kritis matematis yang dimaksud mencakup: (1) menganalisis dan mengevaluasi argumen; (2) memecahkan masalah; dan (3) bertanya dan menjawab pertanyaan klarifikasi 3. Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran produktif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat belajar (Learning community), pemodelan (Modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) (Depdiknas, 2002: 26). F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka hipotesis penelitian yang diambil adalah: 1. Kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran langsung.

11 2. Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran langsung 3. Kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran langsung. 4. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang belajar dengan model kontekstual lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran langsung