2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

2015 UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MENGGUNAKAN MODEL MIND MAP PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara dalam Karisma,

I.PENDAHULUAN. produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan sikap manusia. Proses pendidikan dilakukan oleh siapapun, dimanapun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Keterampilan Menulis Kalimat dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan. pendidikan diharapkan mampu mencetak manusia yang berkualitas yang

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Ihsanudin, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP PENCAPAIAN LITERASI KUANTITATIF SISWA SMA PADA KONSEP MONERA

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanyalah salah satu faktor saja -dari sekian banyak faktor- yang perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun kualitasnya semakin rendah hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evi Khabibah Lestari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi. Akan tetapi, matematika

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa komponen. Dalam prosesnya, siswa dituntut untuk meningkatkan kompetensinya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangPenelitian Valentino Rizky Pamuji,2014

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

2014 PENGARUH CTL DAN DI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan mendidik yang didalamnya terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antar peserta didik yang memiliki suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai. Dalam proses pembelajaran, memiliki tahapan tertentu yang tertuang dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Nasional Pendidikan pasal 20 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Peserta didik harus ditempatkan sebagai objek sekaligus subjek belajar, sehingga peserta didik tidak hanya menerima informasi akan tetapi harus mampu mencari dan menerapkan informasi tersebut. Hal ini berarti bahwa peserta didik dalam belajar selalu dituntut untuk mengembangkan semua kemapuan dan potensinya secara maksimal. Pembelajaran pasif harus dihindari, agar tidak menyebabkan peserta didik kesulitan dalam mempelajari geografi, baik itu berupa pemahaman konsep pelajaran geografi maupun penyelesaian yang diberikan oleh guru. Guru harus melakukan pembelajaran yang mendorong peserta didik mengalami suatu keadaan yang menjadikan peserta didik mengembangkan kemampuan berfikirnya. Selain itu, guru tidak hanya memberikan informasi kepada peserta didik, namun guru dan peserta didik harus membentuk komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran. Sehingga peserta didik memahami konsep materi pembelajaran dengan baik. Belajar merupakan suat proses untuk mendapatkan pengetahuan. Pada masyarakat umumnya belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Kegiatan belajar dapat digolongkan menjadi belajar informasi, belajar konsep, belajar prinsip, belajar keterampilan dan belajar sikap. (Suprijono, 2009, hlm.

2 7). Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar jenjang sekolah menengah atas, mata pelajaran geografi adalah suatu ilmu yang berfungsi untuk menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Ruang lingkup bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses pembentuknya, hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Untuk itu, diharapkan muncul guru-guru yang ahli di bidangnya masing-masing, salah satunya mata pelajaran geografi diajarkan oleh guru yang memiliki latar belakang pendidikan geografi, agar dalam proses pembelajaran guru tersebut mampu membangun dan mengembangkan pemahaman konsep peserta didik. Suprijono (2009, hlm. 9) mengungkapkan bahwa konsep adalah ide atau pengertian umum yang disusun dengan kata, simbol dan tanda. Konsep merupakan satu ide yang mengkombinasikan beberapa unsur sumber-sumber berbeda ke dalam satu gagasan tunggal. Konsep dapat diartikan suatu jaringan hubungan dalam objek, kejadian dan lain-lain yang mempunyai ciri-ciri tetap dan dapat diobservasi. Berdasarkan hal tersebut maka pemahaman konsep itu penting, seperti yang dikemukakannya bahwa : Dengan belajar konsep, peserta didik dapat memahami dan membedakan benda-benda, peristiwa atau kejadian yang ada dalam lingkungan sekitar. Melalui kegiatan belajar konsep ada beberapa keuntungan yaitu (1) mengurangi beban berat memori karena kemampuan manusia dalam mengkategorisasikan berbagai stimulus terbatas; (2) merupakan unsur unsur pembangun berfikir; (3) merupakan dasar proses mental yang lebih tinggi; (4) diperlukan untuk memecahkan masalah. Hal ini selaras dengan pernyataan Ningrum (2009, hlm. 59) penguasaan konsep yang terkandung di dalam suatu materi pembelajaran oleh peserta didik sangat penting bahkan merupakan suatu hal yang mutlak dimiliki peserta didik. Sedangkan Fajriah (2013, hlm. 3) menyatakan bahwa dalam mempelajari geografi diperlukan pemahaman konsep. Hal tersebut berarti peserta didik mampu memahami istilahistilah yang digunakan dalam ilmu geografi, karena geografi merupakan integrasi disiplin ilmu dari dimensi fisik (alam) dan manusia (sosial). Dengan mempelajari geografi peserta didik dan guru melihat makna dalam pengaturan berbagai hal dalam ruang; melihat hubungan anatara orang-orang, tempat dan lingkungan; keterkaitan dari ruang. dan

3 Dengan demikian, pemahaman konsep merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran untuk memahami suatu materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan peserta didik dapat menyimpan informasi lebih lama dengan cara memahami konsep-konsep dalam mata pelajaran geografi, tidak hanya sekedar hafalan yang tidak dipahami. Pemahaman dalam pengertian tersebut merupakan pemahaman yang dikemukakan oleh Bloom (1979, hlm. 89). Aspek kognitif secara hierarki, pemahaman menempati tingkat kedua (C2), dan hanya dibatasi dari tiga aspek, yaitu translasi (kemampuan menerjemahkan), interpretasi (kemampuan menafsirkan), serta ekstrapolasi (kemampuan meramalkan). Selama proses pembelajaran berlangsung, secara umum kegiatan pembelajaran diawali oleh guru memberikan informasi, kemudian menerangkan suatu konsep beserta contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya pemahaman konsep sebagai langkah awal dalam membangun kemampuan pengetahuan dan hasil utama pendidikan, dinyatakan oleh Dahar (2011, hlm. 62) bahwa: Belajar konsep merupakan hasil utama pendidikan. Konsep merupakan batu pembangun berpikir. Konsep merupakan dasar bagi proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Berdasarkan pernyataan tersebut disimpulkan bahwasannya pemahaman konsep merupakan suatu langkah awal pembangun kemampuan berpikir yang lebih tinggi, peserta didik harus memahami konsep terlebih dahulu sebelum mengembangkan proses berfikir yang lebih kompleks. Pemahaman konsep harus dimiliki oleh peserta didik, karena apabila pemahaman konsep peserta didik kurang baik, maka akan berakibat pada hasil belajar pula. Dalam ranah pemahaman konsep, peserta didik tidak hanya difokuskan untuk mengingat informasi terkait materi pelajaran. Akan tetapi pada proses pembelajaran geografi di kelas XI IIS SMA Kartika XIX-1 Bandung masih bersifat hafalan. Hal itu terlihat pada saat memahami konsep materi pelajaran geografi, istilah-istilah dalam materi geografi banyak yang kurang dipahami oleh peserta didik. Pada ahir

4 pembelajaran apabila dilakukan test, rata-rata peserta didik mampu menjawab soal terkait materi yang diajarkan, akan tetapi pada saat dilakukan Ulangan Tengah Semester ataupun Ulangan Akhir Semester sebagian besar peserta didik tidak mampu menjawab soal dengan benar. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep peserta didik masih rendah, yang disebabkan oleh materi pelajaran yang hanya diingat, tetapi kurang dipahami dengan baik. Permasalahannya adalah bagaimana menemukan metode yang baik untuk menyampaikan berbagai konsep mata pelajaran geografi agar siswa dapat memahami konsep tersebut. Bagaimana agar guru dan siswa bisa berinteraksi dengan baik, bagaimana guru mampu membuka wawasan siswa yang beragam dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata. Bagaimana guru mampu menggunakan model pembelajaran yang berkaitan dengan cara memecahkan masalah. Dengan demikian diperlukan suatu model pembelajaran yang membantu dalam meningkatkan pemahaman konsep materi pelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep adalah model pembelajaran Problem Based Instruction. Nur (2011, hlm. 33) menyatakan kelebihan-kelebihan penggunaan Problem Based Instruction, diantaranya : 1. Menekankan pada makna, bukan fakta 2. Meningkatkan pengarahan diri 3. Membentuk pemehaman lebih tinggi dan pengembangan keterampilan yang lebih baik 4. Siswa dapat berlatih pengetahuan dalam konteks fungsional, sehingga diharapkan mereka akan lebih baik dalam penerapan pengetahuan dan keterampilan itu dalam bekerja kelak 5. Mengembangkan keterampilan dan kerja tim 6. Mengembangkan sikap memotivasi diri 7. Tingkat pembelajaran siswa (meningkatkan keterampilan keterampilan belajar, pemecahan masalah, teknik-teknik evaluasi diri, pengumpulan data, ilmu perilaku dan hubungan mereka dengan masalah-masalah social emosional kelak. Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susilawati (2013) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Intruction dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik pada aspek translasi, interpretasi dan ekstrapolasi. Masing-masing aspek tersebut mengalami peningkatan yang berbeda,

5 pemahaman konsep pada aspek translasi mengamali peningkatan paling besar diinterpretasikan dalam kategori tinggi, sedangkan pemahaman konsep pada aspek interpretasi dan ekstrapolasi diinterpretasikan dalam kategori sedang. Model Pembelajaran Problem Based Intruction dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan pemecahan masalah, keterampilan berfikir dan pemecahan masalah, keterampilan berfikir dan perlibatan siswa dalam pengalaman nyata. Model ini dapat digunakan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan memecahkan masalah serta untuk mendapatkan pengetahuan tentang konsep-konsep penting. Masalah masalah yang dikaji dan diselesaikan dalam model ini adalah adalah masalah-masalah yang otentik, dalam penyelesaian permasalahan itu, siswa membutuhkan penyelidikan secara langsung dengan menggunakan dasar-dasar pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa, dengan seperti itu konsep yang dipelajari dan didapatkan siswa dalam pembelajaran adalah konsep-konsep yang konkret, bukan hanya sebatas konsep dan pengetahuan hafalan, karena siswa benar-benar mengalami dan merasakan sendiri apa yang sedang dan akan mereka pelajari (Fajar, 2013, hlm. 50-51). Dalam proses pembelajaran, guru berperan untuk memfasilitasi pembelajaran di kelas untuk membantu pemahaman konsep peserta didik dalam mata pelajaran geografi, sehingga pelajaran geografi itu tidak hanya berdasarkan buku saja, akan tetapi guru berperan untuk membantu peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran agar dikaitkan dengan permasalahan di kehidupan nyata, sehingga proses pembelajaran tidak hanya berdasarkan materi yang tertera di buku saja, akan tetapi peserta didik dibantu untuk menemukan relevansi antara konsep-konsep yang dipelajarinya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui wawancara dengan guru di SMA Kartika XIX 1 Bandung, diperoleh informasi bahwa guru geografi selama proses pembelajarannya sering menggukanan model Pembelajaran Langsung (direct learning). Berdasarkan kelebihan-kelebihan yang dikemukakan sebelumnya tentang Model Pembelajaran Problem Based Instruction, dan diketahui bahwa guru di SMA Kartika XIX-1 Bandung belum pernah menggunakan Model pembelajaran Problem Based Instruction selama proses pembelajarannya, maka penulis berencana untuk melakukan

6 penelitian dengan judul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP PEMAHAMAN (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi di SMA Kartika XIX-1 Bandung). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penelitian ini mengangkat judul Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Terhadap Pemahaman Konsep (Studi Eksperimen Mata Pelajaran Geografi di SMA Kartika XIX-1 Bandung). Rumusan masalah diatas dapat dijabarkan menjadi pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan hasil test antara sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada kelompok eksperimen? 2. Apakah terdapat perbedaan hasil test antara sebelum dan setelah pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada kelompok kontrol? 3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan kelas control yang tidak menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)? C. Tujuan Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu diantaranya sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui hasil test antara sebelum dan setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada kelompok eksperimen. 2. Untuk mengetahui hasil test antara sebelum dan setelah pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) pada kelompok control.

7 3. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan kelas control yang tidak menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI). D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu referensi bagi guru mata pelajaran geografi dalam melaksanakan proses pembelajaran serta dapat memberikan informasi khususnya bagi guru geografi tentang pentingnya menggunakan variasi model pembelajaran. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru geografi dalam mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran khususnya terkait pemahaman konsep dalam materi pelajaran geografi. E. Struktur Organisasi Skripsi yang merupakan studi eksperimen ini terdiri dari lima bab, yaitu : BAB I merupakan pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II merupakan tinjauan pustaka, terdiri dari teori-teori dari berbagai sumber yang diperoleh. Teori tersebut berkaitan dengan model pembelajaran, khususnya model pembelajaran Problem Based Instruction (PBI), pemahaman konsep, serta terdapat hipotesis terhadap permasalahan yang mengacu pada rumusan masalah. BAB III merupakan metodologi penelitian yang menjelaskan mengenai prosedur dan cara penulis melakukan penelitian. Terdiri dari lokasi penelitian, sampel penelitian, desain penelitian, definisi operasional, variable penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

8 BAB IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Terdapat data lokasi penelitian dan membahas data setelah melakukan penelitian dilapangan. Pemaparan dan pembahasan pada bab ini dapat menjawab hipotesis yang telah dibuat sebelumnya. BAB V merupakan kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian yang dilakukan. Skripsi ini juga dilengkapi dengan daftar rujukan sumber-sumber yang digunakan, serta lampiran-lampiran dari kegiatan penelitian.