KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci : Kebutuhan Irigasi, Kebutuhan Non Irigasi, keandalan waduk

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BENDUNG MRICAN1

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEBUTUHAN AIR DALAM KECAMATAN BANDA BARO KABUPATEN ACEH UTARA

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

STUDI POTENSI IRIGASI SEI KEPAYANG KABUPATEN ASAHAN M. FAKHRU ROZI

DAFTAR ISI. 1.2 RUMUSAN MASALAH Error Bookmark not defined. 2.1 UMUM Error Bookmark not defined.

Studi Optimasi Operasional Waduk Sengguruh untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air

KATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder

ABSTRAK. Kata kunci : Saluran irigasi DI. Kotapala, Kebutuhan air Irigasi, Efisiensi. Pengaliran.

STUDI POLA PEMANFAATAN BENDUNG PEJENGKOLAN UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI

OPTIMASI PEMANFAATAN AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN LINEAR PROGRAMMING (LP) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI CIDANAU, BANTEN. OLEH : MIADAH F

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

TUGAS KELOMPOK REKAYASA IRIGASI I ARTIKEL/MAKALAH /JURNAL TENTANG KEBUTUHAN AIR IRIGASI, KETERSEDIAAN AIR IRIGASI, DAN POLA TANAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI III-1

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KETERSEDIAAN AIR SAWAH TADAH HUJAN DI DESA MULIA SARI KECAMATAN MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

ANALISIS KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI BANGBAYANG UPTD SDAP LELES DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TAHUN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

BAB III METODE PENELITIAN. tepatnya di Desa Suban Kecamatan Tungkal Ulu di kabupaten Tanjung Jabung Barat,

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu :

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

RENCANA PENJADWALAN PEMBAGIAN AIR IRIGASI DAERAH IRIGASI PAGUYAMAN KANAN KABUPATEN BOALEMO PROVINSI GORONTALO

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

ANALISIS KESEIMBANGAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI TABANIO KABUPATEN TANAH LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

EVALUASI KINERJA PENYALURAN AIR DI DAERAH IRIGASI PAYA SORDANG KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN TENGGARA KABUPATEN TAPANULI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

STUDI OPTIMASI POLA TANAM DAERAH IRIGASI KOSINGGOLAN DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

3 BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pertanian adalah suatu kegiatan manusia dalam mengelola sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI DEDIKASI KATA PENGANTAR

BAB 3 METODE PENELITIAN

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

PRAKTIKUM VIII PERENCANAAN IRIGASI

PENINGKATAN KINERJA OPERASI WADUK JEPARA LAMPUNG DENGAN CARA ROTASI PEMBERIAN AIR IRIGASI

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

ANALISIS KEBUTUHAN AIR PADA DAERAH IRIGASI MEGANG TIKIP KABUPATEN MUSI RAWAS

Bab III TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

Transkripsi:

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW Muhamad Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Analisa dan penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan suatu sistim pemberian air irigasi untuk tanaman padi yang efektif dan efisien yaitu dengan menggunakan Sistim Intermitten Flow. Prinsip pemberian air irigasi Sistim Intermitten Flow untuk tanaman padi adalah pemberian air sampai tinggi genangan yang diinginkan dengan waktu pemberian air yang telah ditentukan, setelah itu pemberian air dihentikan sampai genangan di sawah habis, kemudian setelah genangan habis sawah diairi kembali. Besarnya kebutuhan air irigasi dihitung berdasarkan evapotranspirasi dan faktor faktor yang lain. Studi ini membandingkan besarnya kebutuhan air irigasi dan besarnya debit di intake Sistim Continous Flow dengan Sistim Intermitten Flow. Hasil penelitian dan analisa menunjukkan bahwa sistim pemberian air irigasi untuk tanaman padi dengan menggunakan Sistim Intermitten Flow dapat menghemat kebutuhan air dibandingkan Sistim Continous Flow. Penghematan kebutuhan air dengan Sistim Intermitten Flow pada Musim Tanam I sebesar 1.859.374,101m 3 atau 38,87 %, pada Musim Tanam II sebesar 691.027,94 m 3 atau 21,65 %, dan total selisih kebutuhan air Sistim Continous Flow dengan Sistim Intermitten Flow selama dua musim tanam padi dengan pola tanam Padi Padi Palawija sebesar 2.550.402,041 m 3 atau 31,88 %. Kata kunci : debit intake,continous Flow, Intermitten Flow PENDAHULUAN Daerah Irigasi Mranti di Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo mempunyai daerah cakupan yang cukup luas yaitu 268 hektar dan berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Dulang, sedangkan sungai yang mengairinya adalah Sungai Mranti dengan panjang 3,150 km (Dinas Pengairan Purworejo, 2010). Penggunaan air terbesar pada Daerah Irigasi Mranti adalah pertanian beririgasi teknis yang memanfaatkan lebih dari 70% penggunaan air, dan lebih dari 90% dari seluruh penggunaan konsumtif air. Dengan estimasi kebutuhan air irigasi bertambah 15% - 20% untuk 25 tahun kedepan, sehingga kemungkinan terjadi konflik serius untuk pemenuhan kebutuhan air irigasi, pemenuhan kebutuhan air untuk manusia dan ekosistem (Everhad,N.K, 2006). Oleh karena

itu, perlu dicari upaya agar penggunaan air lebih efisien terutama penggunaan air untuk irigasi yang merupakan penggunaan air terbesar. Mengacu pada permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu sistim pemberian air irigasi yang lebih efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan menerapkan sistim pemberian air dengan sistim Intermitten Flow. Sistim ini pada hakikatnya adalah pemberian air dengan rotasi terputus putus. Dengan sistim Intermitten Flow diharapkan dapat memperkecil jumlah air yang terbuang, sehingga tidak terjadi inefisiensi di lapangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian terhadap perencanaan sistim pemberian air pada petak tersier Daerah Irigasi Mranti. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah yang diamati dan dianalisa sebagai berikut : 1. Berapa kebutuhan air di Daerah Irigasi Mranti dengan sistim Intermitten Flow. 2. Bagaimana sistim pemberian air dengan sistim Intermitten Flow untuk tanaman padi di Daerah Irigasi Mranti. 3. Bagaimana prosentase perbandingan jumlah kebutuhan air irigasi Sistim Intermitten Flow (terputus) dengan Sistim Continous Flow (menerus). Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi serta merencanakan sistim pemberian air pada petak tersier untuk tanaman padi dengan sistim pemberian air secara Intermitten Flow (terputus), sehingga diharapkan dapat menghasilkan suatu sistim pemberian air ke petak tersier yang lebih hemat dan efisien dalam penggunaan/pemanfaatan air yang sesuai dengan karakteristik air di Daerah Irigasi Mranti. Selain itu jika air yang tersedia cukup untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada musim tanam kemarau, serta kelebihan air dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan yang lain.

METODE PENELITIAN Studi ini mengambil lokasi di Daerah Irigasi Mranti yang terletak di Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo. Daerah Irigasi Mranti terletak pada 7º42 LS dan 110 º00 BT. Pengumpulan data dapat diperoleh dari observasi langsung di lapangan dan dapat juga diperoleh dari instansi-instansi terkait. Secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu data primer dan data sekunder. Adapun data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : a. Data curah hujan Stasiun hujan yang digunakan adalah stasiun hujan terdekat yaitu : Stasiun hujan Kedungputri. b. Data Topografi berupa peta lokasi c. Data Klimatologi Data klimatologi pada lokasi dimbil dari stasiun terdekat. Data klimatologi ini meliputi : data temperatur, kecepatan angin, penyinaran matahari, dan kelembaban relatif. Stasiun klimatologi yang digunakan adalah stasiun klimatologi Kradenan. d. Data Luas Lahan Irigasi e. Data-data lain yang akan menunjang analisis dalam studi ini. Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah : Alat tulis, Komputer dan Kamera Tahapan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : a. Uji Konsistensi Data Curah Hujan dilakukan metode RAPS (Rescaled Adjusted Partial Sums). b. Analisis Curah hujan Efektif dengan keandalan dihitung dengan menggunakan data curah hujan dari satu stasiun hujan terdekat yaitu stasiun Kedungputri. c. Analisis Data Klimatologi digunakan untuk menghitung besarnya evapotranspirasi yang terjadi pada daerah tersebut. Data klimatologi yang digunakan dalam analisis data klimatologi ini adalah Data Klimatologi Kradenan. Seluruh rangkaian kegiatan penelitian ini dilakukan dengan tahapan seperti bagan alir pada Gambar di bawah ini

Mulai Persiapan Pengumpulan Data Data Klimatologi Data Curah Hujan Evapotranspirasi Tidak Uji Konsistensi Ya Hujan Efektif Perhitungan Luas Unit Tersier Padi Perhitungan Kebutuhan Air Padi Sistim Continous Flow Perhitungan Kebutuhan Air Padi Sistim Intermitten Flow Volume Kebutuhan Air di Intake Volume Kebutuhan Air di Intake Pembahasan dan Kesimpulan Selesai Gambar Bagan Alir Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kebutuhan air tanaman dianalisis berdasarkan faktor klimatologi, curah hujan, suhu, koefisien tanaman, dan segala hal yang berkaitan dengan penguapan. Perhitungan kebutuhan air tanaman padi dilakukan pada dua musim tanam berdasarkan pola tanam Padi Padi Palawija. Hasil perhitungan kebutuhan air tanaman padi dengan pola tanam Padi Padi Palawija untuk awal tanam Oktober sebagai berikut : 1. Kebutuhan air di sawah maksimum (NFR) = 1,37 l/det/ha 2. Kebutuhan air di intake (DR) maksimum per hektar = 2,11 l/det/ha 3. Kebutuhan air di intake (DR) maksimum 268 ha = 0,564 m 3 /det 4. Jumlah Petak Tersier = 23 petak 5. Luas Petak Tersier =1,32-50,55ha Kebutuhan air terbesar 2,11 l/det/ha berada pada Musim Tanam I, bulan Oktober Minggu ke 1(satu). Untuk lebih lengkapnya, perhitungan kebutuhan air dengan metode continous flow dapat dilihat pada Tabel di bawah ini Tabel Hasil perhitungan volume kebutuhan air sistim continous flow Musim Jenis Pengolahan Lahan Volume Kebutuhan Air dan Tanam Tanaman Masa Pertumbuhan m 3 m 3 /ha (hari) MT. I Padi 120 4.809.307,101 17.945,18 MT. II Padi 120 3.191.275,78 11.907,75 Jumlah 8.000.582,881 Jika waktu yang digunakan untuk pengolahan lahan dan masa pertumbuhan tanaman padi 120 hari, maka volume kebutuhan air tiap musim tanam adalah :

Tabel Hasil perhitungan volume kebutuhan air sistim Intermitten Flow Musim Jenis Pengolahan Lahan dan Volume Kebutuhan Air Tanam Tanaman Masa Pertumbuhan (hari) m 3 m 3 /ha MT. I Padi 120 2.949.933 11.007,2 MT. II Padi 120 2.500.247,84 9.329,28 Jumlah 5.450.180,84 Penggunaan air terbesar adalah untuk pengolahan lahan pada sistim Intermitten Flow yaitu : 1,105 m 3 /det dengan waktu pemberian air 12 jam/hari. Jika dibandingkan dengan penggunaan air maksimum pada sistim continous flow yaitu 0,564 m 3 /det maka terdapat kenaikan penggunaan air untuk intermitten (1,105 0,564) Flow sebesar x100% 1,105 = 48,96 %. Lama pengolahan lahan 30 hari, maka untuk sistim Intermitten Flow, air diberikan 3 kali, sesuai interval waktu rotasi pemberian air 12 hari. Tabel Perbandingan volume kebutuhan air sistim Intermitten Flow dan sistim Continous Flow untuk tiap musim tanam. Musim Tanam Kebutuhan Air Perbandingan Sistim Continous Flow Sistim Intermitten Flow (Intermitten:CF) m 3 m 3 /ha m 3 m 3 /ha % MT - I 4.809.307,101 17.945,18 2.949.933 11.007,2 61,13 MT - II 3.191.275,78 11.907,75 2.500.247,84 9.329,28 78,35 Jumlah 8.000.582,881 5.450.180,84 68,12 Selisih Volume penggunaan air tiap musim tanam adalah : a. Musim Tanam I : 4.809.307,101-2.949.933 = 1.859.374,101 m 3 b. Musim Tanam II : 3.191.275,78-2.500.247,84 = 691.027,94 m 3 Perbandingan volume total penggunaan air tanaman padi selama 2 musim tanam adalah : 68,12%. Dengan demikian penghematan air dengan menggunakan sistim Intermitten Flow sebesar 31,88%.

SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan 1. Dari hasil perhitungan volume kebutuhan air irigasi sistim Continous Flow dan sistim Intermitten Flow diperoleh penghematan/efisiensi kebutuhan air sebagai berikut : Musim Tanam - I : 1.859.374,101 m 3 atau 38,87 % Musim Tanam - II : 691.027,94 m 3 atau 21,65 % Total Dua Musim tanam : 2.550.402,041 m 3 atau 31,88 % 2. Pemberian air sistim Intermitten Flow lebih hemat air dibanding sistim Continous Flow dan tidak mempengaruhi produksi. b. Saran 1. Untuk mengurangi atau memperkecil puncak kebutuhan air saat pengolahan lahan pada sistim Intermitten Flow, disarankan agar kegiatan pengolahan lahan tidak dilaksanakan secara serentak untuk seluruh daerah irigasi, dengan penggolongan daerah irigasi dimana awal tanam yang dimulai dengan pengolahan lahan, pelaksanaannya tidak bersamaan pada tiap golongan. 2. Jika pembagian lahan tidak sama pada sistim Intermitten Flow, maka waktu pemberian air setiap hari akan berbeda, karena itu perlu adanya jadwal dan ketentuan giliran pemberian air pada tiap blok rotasi, dan harus disosialisasikan pada petani sebagi pengguna air. 3. Rotasi penghentian air untuk sistim Intermitten Flow agar dilakukan selama empat sampai sembilan hari.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (KP-01). Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jendral Pengairan. CV Pesada : Bandung. Everhad, N, K. 2006. Kajian Hasil Sistim Perencanaan Pemberian Air Pada Petak Tersier Daerah Irigasi Sangkub Kabupaten Bolaang Mongondow Sulawesi Utara. Institut Teknologi Bandung. Darmono. 1994. Irigasi Pada Petak Tersier, Pengelolaan Air dan Desain. Bandung. Direktorat Jendral Sumber Daya Air. 2004. Pengetahuan Umum Tentang Irigasi. Modul Pelatihan dan Pemeliharaan Irigasi : Bekasi. Fadli Rustam. Modul Tentang Kebutuhan dan Cara Pemberian Air Irigasi. Pemberdayaan P3A, WISMP-IMRI..