Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS

dokumen-dokumen yang mirip
Persyaratan-Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut Standar Perikanan Tangkap

Standar Produksi Pertanian

Mengekspor dalam Lasekap Hukum yang Bergeser LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS. Kota, Negara Tanggal, 2013

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke Negara-Negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

PENDAHULUAN. Perdagangan satwa liar mungkin terdengar asing bagi kita. Kita mungkin

Pedoman Pemasok Olam. Dokumen terakhir diperbarui. April Pedoman Pemasok Olam April

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Indorama Ventures Public Company Limited

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Kota, Negara Tanggal, 2013

Selayang Pandang tentang Standar Produksi Pertanian (APS)

Kode Etik C&A untuk Pasokan Barang Dagangan

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. pepohonan dan tumbuhan lainnya. Hutan adalah bentuk kehidupan yang tersebar

Prakarsa Karet Alam Berkesinambungan Sukarela (SNR) Kriteria dan Indikator Kinerja

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

Fair Trade USA. Standar Perikanan Tangkap. Versi 1.0. Desember 2014

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

2 Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3544); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan

I. PENDAHULUAN. mengkhawatirkan. Dalam kurun waktu laju kerusakan hutan tercatat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

Standar Perikanan Tangkap

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

Ketentuan-Ketentuan Harga Khusus dan Premium

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.39/Menhut-II/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.83/Menhut-II/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

Catatan Pengarahan FLEGT

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 022 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Program Perikanan Tangkap


Kode Etik Pemasok 1/11

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Indorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok

Bahan Kuliah Ke-10 Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KARANTINA

Fair Trade USA Ketentuan-Ketentuan Harga Khusus dan Premium Versi 1.0.0

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN... PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN...

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I Cara. Indikator. Kualitas (esensi) Ada/Tidak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *)

DRAF REVISI. 21. ISO/IEC 17000:2004 Conformity assessment vocabulary and general prinsiples

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

LAMPIRAN. 1. Lampiran 1 : Rincian Beban Tidak Terikat RSUD Tarakan.

CATATAN ATAS RUU KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (VERSI DPR)

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 479/Kpts-II/1994 Tentang : Lembaga Konservasi Tumbuhan Dan Satwa Liar

BAB I PENDAHULUAN. endemik pulau Jawa yang dilindungi (Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 165 TAHUN 2000 TENTANG

Transnational Organized Crime

Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995 Tentang : Pembenihan Tanaman

KUALA LUMPUR KEPONG BERHAD. PELATIHAN MENGENAI KEBIJAKAN KEBERLANJUTAN KLK (KLK Sustainability Policy)

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

Legalitas Pengeksporan Hasil-Hasil Hutan ke negara-negara Uni Eropa, Australia dan Amerika Serikat. Kota, Negara Tanggal, 2013

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transnational Organized Crime (TOC)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1995 TENTANG PEMBENIHAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada usia dini anak mengalami masa keemasan yang merupakan masa dimana

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 04/MEN/2010 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN JENIS IKAN DAN GENETIK IKAN

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PELAKSANAAN INSPEKSI SISTEM PANGAN ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. benua dan dua samudera mendorong terciptanya kekayaan alam yang luar biasa

KODE PERILAKU 4C DISETUJUI OLEH DEWAN 4C PADA TANGGAL 9 DESEMBER 2014 VERSION 2.0

Freeport-McMoRan Kode Perilaku Pemasok. Tanggal efektif - Juni 2014 Tanggal terjemahan - Agustus 2014

Raden Fini Rachmarafini Rachmat ( ) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai daya tarik wisata, seperti contoh wisata di Taman Nasional Way

Kebijakan Pedoman Perilaku dan Etika Perusahaan

Marine Stewardship Council. Standar MSC Chain of Custody: Versi Default

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

Kode Perilaku 4C. 4CDoc_001a_Code of Conduct_v1.3_id

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.53/Menhut-II/2006 TENTANG LEMBAGA KONSERVASI MENTERI KEHUTANAN,

Transkripsi:

Persyaratan untuk Cakupan Sertifikat Menurut APS Versi 1.0.0 Versi 1.0.0 Fair Trade USA A. Pengantar Standar Produksi Pertanian (Agricultural Production Standard/APS) Fair Trade USA merupakan serangkaian persyaratan yang berlaku untuk beragam kelompok pertanian dan fasilitas-fasilitas pengolahan. Oleh karena itu cakupan Sertifikat dapat berupa satu entitas tunggal (misalnya satu pertanian), atau kelompok entitas dengan beragam ukuran dan/atau yang dimiliki dan dikontrol oleh berbagai pihak, misalnya sebuah koperasi yang dimiliki secara kolektif oleh berbagai produsen kecil, atau satu eksportir yang melakukan pembelian dari pertanian-pertanian independen. Karena APS dapat diterapkan untuk berbagai entitas dengan berbagai ukuran, cakupan sebuah Sertifikat bisa berbeda satu sama lain. Penting untuk memastikan dipenuhinya persyaratan-persyaratan cakupan untuk memastikan bahwa cakupan yang diusulkan memenuhi syarat untuk mendapat sertifikasi dan bahwa semua persyaratan yang berlaku dievaluasi pemenuhannya oleh setiap entitas selama audit. B. Maksud Dokumen ini menjelaskan persyaratan-persyaratan cakupan sertifikasi yang akan menjadi dasar audit dan diberikannya Sertifikat. Dokumen ini menjelaskan entitas, produk, lokasi dan aktivitas yang bisa atau harus dimasukkan dalam cakupan sebuah Sertifikat. Ia juga menjelaskan persyaratan-persyaratan untuk lokasi-lokasi yang mengelola produk Fair Trade yang tidak masuk dalam cakupan Sertifikat. Semua entitas, lokasi dan aktivitas yang masuk dalam cakupan sebuah Sertifikat harus memenuhi persyaratan-persyaratan APS dan wajib diaudit oleh Fair Trade USA dan/atau Badan Sertifikasi yang disetujui. C. Cakupan Dokumen ini berlaku untuk semua entitas yang disertifikasi menurut Standar Produksi Pertanian Fair Trade USA. Hal 1 dari 5

1. Persyaratan-Persyaratan untuk Pemegang Sertifikat 1.1. Pemegang Sertifikat memegang Sertifikat APS atas nama satu entitas atau lebih dalam rantai pasoknya. Ia bertanggung jawab untuk memastikan pemenuhan APS oleh entitas-entitas tersebut. 1.2. Pemegang Sertifikat harus mempunyai staf atau dukungan yang cukup di negara yang sama dengan para pemasok yang dicakup dalam Sertifikat untuk melaksanakan Sistem Manajemen Internal (Internal Management System/IMS) dan memastikan bahwa para pemasoknya memenuhi APS. Pemegang Sertifikat haruslah a) berada di negara yang sama dengan para pemasoknya yang masuk dalam cakupan Sertifikat; atau b) mempunyai anak perusahaan setempat yang bertanggung jawab untuk melaksanakan IMS yang disyaratkan dalam Modul 6, atau c) mempunyai staf setempat yang memadai atau menjalin kontrak dengan satu organisasi setempat sebagai Mitra Pelaksana untuk mengelola sejumlah atau semua IMS. 1.3. Pemegang Sertifikat harus memastikan bahwa peran dan tanggung jawab dipahami dengan jelas oleh semua pihak. Badan Sertifikasi bertanggung jawab untuk menentukan apakah sebuah IMS memadai untuk memastikan bahwa semua entitas yang masuk dalam cakupan Sertifikat melaksanakan APS dengan benar. 1.4. Hanya Pemegang Sertifikat APS yang dapat membeli dan menjual produk yang berlabel Fair Trade Certified. Pemegang Sertifikat bisa menjual produk dari entitas-entitas yang masuk dalam cakupan Sertifikat APS mereka sebagai produk yang Bersertifikat Perdagangan yang Adil. Pemegang Sertifikat juga bisa membeli produk-produk dari para Pemegang Sertifikat APS lainnya dan menjualnya sebagai produk yang Bersertifikat Perdagangan yang Adil. Pemegang Sertifikat juga bisa membeli produk-produk dari entitas-entitas yang tidak bersertifikat selama tidak dijual sebagai produk yang Bersertifikat Perdagangan yang Adil dan aturan-aturan keterlacakan untuk produk Bersertifikat Perdagangan yang Adil dipenuhi. Lihat persyaratan-persyaratan tersebut dalam Modul 5 APS ini. 1.5. Entitas dan lokasi yang independen dari atau tidak menjadi satu kesatuan hukum dengan Pemegang Sertifikat namun masuk dalam cakupan Sertifikat hanya boleh menjual produk sebagai produk yang Bersertifikat Perdagangan yang Adil kepada Pemegang Sertifikat mereka atau entitasentitas yang masuk dalam cakupan Sertifikat. 2. Persyaratan terkait Produk-Produk yang Masuk dalam Cakupan Sertifikat 2.1. Sertifikasi spesies yang genting dan terancam punah dilarang. Spesies yang perdagangannya diawasi dan dipantau oleh Apendiks I, II, atau III dari Konvensi tentang Perdagangan Internasional Spesies Satwa dan Tumbuhan Liar (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora /CITES), masuk dalam daftar Genting (Endangered) atau Kritis (Critically Endangered) dalam Daftar Merah global IUCN, dan/atau teridentifikasi sebagai spesies yang genting dalam peraturan-peraturan nasional atau Daftar Merah Nasional, tidak boleh disertifikasi sebagai produk Perdagangan yang Adil kecuali produsen telah mendapatkan ijin yang diperlukan untuk budidaya, pemanenan dan penjualan produk tersebut dari pihak yang memiliki kewenangan hukum. Hal 2 dari 5

2.2. Sertifikasi produk yang diperoleh dari alam liar (yaitu tidak dibudidayakan) hanya boleh dilakukan apabila diperoleh dari wilayah-wilayah yang diijinkan secara hukum dan peramu/pengumpul mendapatkan ijin dari pihak yang mempunyai kewenangan hukum terkait, dan aktivitas-aktivitas pemanenan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap populasi, habitat, atau ekosistem spesies sasaran. Pengaju sertifikasi akan perlu menunjukkan kepada Fair Trade USA dan/atau Badan Sertifikasi bahwa pemanenan produk-produk tersebut tidak mengancam keberlangsungan hidup spesies sasaran atau layanan-layanan ekosistem di wilayah pemanenan. Produsen dan pengumpul yang merupakan Anggota Perdagangan (Trading Members) yang bereputasi baik dalam Asosiasi Perdagangan Hayati yang Beretika (Union for Ethical BioTrade) dan produk-produk yang bersertifikat National Organic Program dari USDA untuk pemanenan tanaman pangan liar, FairWild, atau standard-standar pengumpulan Hasil Hutan Non-Kayu dari Forest Stewardship Council, akan memenuhi persyaratan ini. Produk-produk tersebut dikecualikan dari Modul 4 untuk tahap pemanenan/pengumpulan dan aktivitas-aktivitas pengumpulan tidak akan diaudit dengan menggunakan kriteria-kriteria tersebut. Meskipun demikian, segala pengolahan yang terjadi setelah pemanenan dan yang masuk dalam cakupan Sertifikat akan disyaratkan untuk memenuhi seluruh, termasuk Modul 4. 2.3. Sebuah daftar produk yang saat ini sudah disertifikasi Fair Trade USA ada di dalam data base tentang Price and Premium di situs web kami: FairTradeUSA.org. Permintaan-permintaan untuk varietas dan kategori produk yang baru harus dikirimkan kepada standards@fairtradeusa.org. 3. Persyaratan terkait Lokasi yang Masuk dalam Cakupan Sertifikat 3.1. Semua lokasi tempat terjadinya budidaya pertanian dan pemanenan produk-produk Perdagangan yang Adil harus selalu dimasukkan dalam cakupan Sertifikat APS dan audit. Sebuah lokasi adalah pengelompokan alamiah satu bangunan atau pertanian atau lebih yang menggunakan tenaga kerja bersama yang bisa saja bekerja di tempat-tempat yang berbeda untuk tugas-tugas yang berbeda atau dimana para pekerja bisa saling bertemu pada jam kerja di siang hari bahkan ketika mereka tidak bekerja bersama. Sebuah lokasi meliputi, misalnya, satu kompleks rumah kaca yang mempunyai pintu masuk yang bisa digunakan bersama-sama. Tempat tinggal yang disediakan untuk pekerja oleh Pemegang Sertifikat, pertanian, fasilitas, atau pemberi kerja dipandang sebagai bagian dari sebuah lokasi, bahkan jika terletak di tempat lain, dan masuk dalam cakupan Sertifikat dan audit APS. 3.2. Lokasi yang dikelola oleh Pemegang Sertifikat tempat dimana produk Perdagangan yang Adil dibudidayakan, diproses, dikemas, disortir berdasarkan kualitasnya, atau diubah harus masuk dalam cakupan Sertifikat. Lokasi-lokasi lain yang dikelola oleh Pemegang Sertifikat dimana produk Perdagangan yang Adil hanya disimpan atau diangkut tidak perlu masuk dalam cakupan Sertifikat namun harus memenuhi persyaratan-persyaratan Lokasi yang Tidak Masuk dalam Cakupan Sertifikat seperti dijelaskan dalam Bagian 5 dokumen ini. 3.3. Beberapa jenis lokasi yang dimiliki dan dijalankan secara independen juga harus masuk dalam cakupan Sertifikat. Sertifikat APS dapat mencakup berbagai entitas independen di bawah satu Sertifikat. Semua operasi pembelian dan penjualan yang melalui perantara antara petani dan Pemegang Sertifikat dimana produk Perdagangan yang Adil diolah, dikemas, disortir berdasarkan kualitasnya atau diubah harus masuk dalam cakupan Sertifikat APS. Jika perantara hanya menyimpan atau mengangkut produk, mereka tidak disyaratkan untuk masuk dalam cakupan Sertifikat namun harus memenuhi Hal 3 dari 5

persyaratan-persyaratan Lokasi yang Tidak Masuk dalam Cakupan Sertifikat seperti dijelaskan dalam Bagian 5 dokumen ini. 4. Persyaratan terkait Aktivitas yang Masuk dalam Cakupan Sertifikat 4.1. Semua aktivitas budidaya pertanian dan pemanenan harus masuk secara minimal dalam cakupan Sertifikat dan audit. Ini artinya bahwa jika seorang petani menjual buah di pohon, petani ini tidak bisa menjadi Pemegang Sertifikat APS karena langkah pemanenan juga harus disertakan. Perusahaan yang bertanggung jawab untuk memanen (atau perusahaan lain nantinya dalam rantai pasok) harus menjadi Pemegang Sertifikat sehingga paling tidak langkah budidaya pertanian dan pemanenan bisa dimasukkan. Semua aktivitas budidaya dan pemanenan masuk dalam cakupan Sertifikat tanpa memandang apakah pekerja yang melaksanakan aktivitas diperkerjakan secara langsung atau melalui kontraktor tenaga kerja. 4.2. Untuk lokasi yang masuk dalam cakupan Sertifikat, semua pekerjaan dan pekerja reguler di lokasi dalam rantai produksi masuk dalam cakupan Sertifikat. Ini berlaku setara untuk pekerja permanen dan temporer, pekerja yang dipekerjakan secara langsung, dan mereka yang dipekerjakan melalui satu kontraktor tenaga kerja. Pekerjaan reguler dalam rantai produksi meliputi segala layanan yang dilakukan paling tidak setahun sekali yang berkaitan dengan produksi dan transformasi, bahkan mungkin jika pekerjaan tersebut tidak untuk menghasilkan produk Perdagangan yang Adil. Ini meliputi, namun tidak terbatas pada, segala pekerjaan pemanenan, penyemprotan, dan pemeliharaan/pembersihan peralatan atau fasilitas dan tidak termasuk proyek-proyek non-produksi jangka pendek, misalnya pembangunan khusus. Ini artinya bahwa ketentuan-ketentuan kerja untuk semua pekerja di lokasi mana pun di dalam cakupan Sertifikat harus memenuhi APS, bahkan jika ada sejumlah pekerja yang tidak pernah menangani produk Perdagangan yang Adil. 5. Persyaratan untuk Lokasi yang Tidak Masuk dalam Cakupan Sertifikat 5.1. Lokasi yang tidak disyaratkan untuk masuk dalam cakupan Sertifikat bisa dimasukkan atas kebijaksanaan Pemegang Sertifikat. Sebagai contoh, lokasi-lokasi dimana produk Perdagangan yang Adil hanya disimpan atau diangkut, atau segala pengolahan, pengemasan, penyortiran berdasarkan kualitas, atau pengubahan yang disubkontrakkan di lokasi lain. 1 Lokasi-lokasi ini tidak disyaratkan untuk masuk dalam cakupan Sertifikat namun Pemegang Sertifikat bisa memilih untuk memasukkannya ke dalam cakupan Sertifikat. 5.2. Untuk lokasi dimana produk Perdagangan yang Adil disimpan, diangkut atau ditangani namun tidak masuk dalam cakupan Sertifikat, Pemegang Sertifikat harus mempunyai kontrak dengan entitas yang meliputi elemen-elemen berikut: 1 Ini mengacu pada subkontraktor (perorangan atau perusahaan) yang tidak dikelola oleh Pemegang Sertifikat atau tidak berada dalam kendali Pemegang Sertifikat (baik melalui kepemilikan atau hubungan kekeluargaan) dan yang tidak mempunyai kepemilikan legal atas produk Perdagangan yang Adil namun memberikan layanan untuk mengolah, mengemas atau mengubah produk. Hal 4 dari 5

a) Bahwa entitas harus memastikan bahwa produk Perdagangan yang Adil tidak tercampur dengan produk non-perdagangan yang Adil, sesuai dengan persyaratan dalam Sub-modul 5.1 dalam APS. b) Bahwa entitas memenuhi Konvensi-Konvensi Inti ILO: i. Konvensi tentang Kerja Paksa, 1930 (No. 29) ii. Konvensi tentang Penghapusan Kerja Paksa, 1957 (No. 105) iii. Konvensi tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi, 1948 (No. 87) iv. Konvensi tentang Hak untuk Berorganisasi dan Melakukan Perundingan Bersama, 1949 (No. 98) v. Konvensi tentang Usia Minimum, 1973 (No. 138) vi. Konvensi tentang Pelarangan dan Tindakan Segera untuk Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan terburuk untuk Anak, 1999 (No. 182) vii. Konvensi tentang Pemberian Upah yang Sama, 1951 (No. 100) viii. Konvensi tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan dan Jabatan, 1958 (No. 111) c) Bahwa Fair Trade USA dan/atau Badan Sertifikasi yang disetujui bisa memasuki lokasi untuk melakukan aktivitas-aktivitas pengawasan untuk memastikan dipenuhinya persyaratan-persyaratan kontrak tersebut. Hal 5 dari 5