BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemampuan spiritual keagamaan, kepribadian yang baik, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. jawab untuk kepentingan masa depan (Badrudin, 2014:2) tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa UUD 1945

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berakhlak. Proses mengembangkan siswa harus dengan tertib, dan teratur agar

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI MTs SHABILUL HUDA KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani manusia supaya tetap bisa bertahan hidup. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB V PENUTUP. pengetahuan. Kesadaran yang harus kembali kepada Al-Qur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. maupun di akhirat. Dengan pendidikan seseorang akan memperoleh bekal

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN. beragam mengatur pada standar nasional pendidkan untuk menjamin. prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah dan Penegasan Judul. berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan terus menjadi perhatian pemerintah melalui pengkajian sistem

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Jawa merupakan mata pelajaran muatan lokal yang wajib

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan juga merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan nasional adalah

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dari proses demokratisasi negara. Pasca reformasi, semangat

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju dalam persaingan global. Berbagai perbaikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pesantren adalah salah satu lembaga pendidikan Islam di Indonesia, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan pendidikan yang memadai seseorang akan mampu menjawab

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian (2006:220).

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I. I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani kearah kedewasaan. 1 Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan manusia bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi dasar dari kemajuan suatu bangsa, tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pedoman, penyelenggara kegiatan pembelajaran, untuk mencapai. kompetensi dasar dan tujuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 46).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari segi hasil. Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sering kali berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan.

Oleh: Dr. Badrudin, M.Ag.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, oleh karena itu pendidikan perlu dikaji secara baik. Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pendidikan saat ini sudah sangat jauh berbeda dengan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sejalan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. didik ke arah kedewasaan, kemandirian dan bertanggung jawab. Untuk. hal itu terjadi walaupun memakan waktu lama.

BAB I PENDAHULUAN. mengalir begitu cepat ini memberikan pengaruh terhadap perilaku peserta

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1 ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB V PEMBAHASAN. A. Penetapan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku. kepribadian siswa dalam menerapkan pendidikan karakter

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna, berhasil guna. terintegrasi dan terkoordinasi dalam mencapai tujuan pendidikan, maka dibutuhkan integrasi konstruktif dari berbagai komponen pendidikan yang meliputi pendidik, peserta didik, kurikulum, sarana dan prasarana, serta pembiayaan yang dapat dilakukan melalui penerapan ilmu manajemen yang baik, dan tepat manajemen pendidikan merupakan manajemen yang diterapkan dalam bidang pendidikan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Manajemen sebagai suatu proses sosial berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dilakukan dengan bantuan manusia serta sumber-sumber lain dan menggunakan metode yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini berdasarkan atas keterbatasan kemampuan manusia (fisik, pengetahuan, waktu dan perhatian), sedangkan kebutuhan manusia tidak terbatas jumlahnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi keterbatasan kemampuan 1

2 tersebut, usaha yang dapat dilakukan manusia yaitu dengan membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian ini, maka terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi sehingga pekerjaan yang berat dan sulit dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai berdasarkan sebab inilah penerapan ilmu manajemen penting dilakukan dalam segala sendi kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Kegiatan belajar mengajar pada proses pendidikan dapat berjalan dengan lancar, kondusif dan interaktif sehingga mampu mencapai tujuan pendidikan apabila dilandasi oleh dasar kurikulum yang tepat. Menurut Yamin (2009: 13) kurikulum mengandung sekian banyak unsur konstruktif supaya pembelajaran terlaksana optimal. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal I ayat (19) pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih tegas, menurut Dede Rosyada sebagaimana dikutip Yamin (2009: 25) menyatakan bahwa kurikulum merupakan inti dari sebuah penyelenggaraan pendidikan. Jadi kurikulum memiliki peran penting dalam berbagai kegiatan pembelajaran dan dipandang sebagai cara dan upaya guna mencapai tujuan pendidikan. Menurut Muhlis, Jurnal Manajemen Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab. Vol.1. Mei 2014: 128. Menyatakan bahwa, kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan

3 pendidikan. Dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan, peran kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah sangatlah strategis. Bahkan kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan, serta kurikulum merupakan syarat mutlak dan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri. Mengingat perannya yang cukup strategis, maka ia menjadi tanggung jawab bersama diantara pihak yang terkait (stake holder) dalam proses pendidikan. Menurut Oemar Hamalik (2012:3) menyatakan bahwa Kurikulum harus dapat merespon terhadap segala tuntutan perubahan zaman yang dapat dicapai melalui pengembangan kurikulum sebagai proses yang dinamik. Pendidikan Islam sebagai wahana untuk menanamkan nilai-nilai ajaran agama, meningkatkan kualitas SDM dan mentransformasikan budaya serta menanamkan ide-ide cemerlang pada generasi muda sebagai penerus bangsa. Dibalik dari aspek program dan praktik penyelenggaraan, setidaknya pendidikan Islam dapat dikelompokkan kedalam lima jenis, yaitu (1) Pendidikan Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, yang menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebut sebagai pendidikan keagamaan (2) pendidikan umum yang bernafaskan islam (3) pelajaran agama Islam yang diselenggarakan di lembaga pendidikan sebagai suatu untuk mata pelajaran saja (4) pendidikan Islam dalam keluarga atau di tempat-tempat ibadah dikajian keislaman (5) pendidikan madrasah yang saat ini disebut sebagai sekolah umum berciri khas agama Islam.

4 Menurut Mastuhu sebagaimana dikutip Kusdiana (2014: 2) Pesantren memiliki peran yang sangat penting terutama dalam kegiatan pendidikan, kiprahnya dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan keagamaan yang sudah teruji sejak lama. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang paling banyak berhubungan dengan rakyat secara langsung. Karena alasan itu, tidaklah berlebihan jika dinyatakan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan, sudah sangat menyatu dengan kehidupan sebagian besar rakyat. Pesantren sebagai lembaga pendidikan khas nusantara memberikan jawaban atas tuntutan zaman dewasa ini. Dengan proses pembelajaran yang berlangsung selama 24 jam memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya melalu berbagai kegiatan yang telah ditetapkan. Pesantren merupakan pengejawantahan ajaran Islam yang melibatkan peran serta masyarakat sebagai pemandu tolak ukur keberhasilan dalam pengembangan kurikulum. Dalam menjaga eksistensi dan menanggapi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pesantren sebagai lembaga Islam tertua di Indonesia membutuhkan pengembangan kurikulum yang sejalan dengan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional agar mampu menghasilkan out put yang berakhlak mulia serta kompetitif ditengah persaingan global. Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan sebagai lembaga pendidikan Islam yang telah berperan besar dalam mendidik peserta didiknya dalam berbagai ilmu

5 pengetahuan, baik pengetahuan umum dan pengetahuan kepesantrenan dan lebih ditekankan terhadap kebahasaan diantara lain bahasa Arab dan bahasa Inggris. Ketercapaian tujuan kurikulum bahasa Arab di tunjang dengan adanya divisi yang menangani khusus kebahasaan. Divisi ini bertanggung jawab atas perkembangan bahasa di lingkungan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. Pembinaan bahasa yang ditekankan kepada penguasaan keterampilan dasar kebahasaan, baik keterampilan mendengar, membaca, menulis, berbicara maupun menerjemahkan sehingga diharapkan para santri mampu mengaplikasikannya dalam rutinitas keseharian mereka. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 11 November 2016 dengan mewawancarai Bapak Aep Encu selaku guru bahasa Arab, diperoleh kenyataan bahwa terdapat masalah terhadap para siswa karena pengetahuan bahasa Arab yang sangat kurang, akan tetapi di pondok ini dituntut untuk bisa dan memahami bahasa Arab khususnya dalam penyampaian materi pelajaran bahasa Arab di pondok pesantren Al-Ihsan ini ditekankan kepada para pendidik mempergunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar di dalam kelas. Serta dalam berkomunikasi sehari-hari di pondok pesantren Al-Ihsan ini menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Dengan hal tersebut para peserta didik dituntut untuk mampu memahami bahasa Arab, baik dalam proses pembelajaran di dalam kelas dan proses berkomunikasi sehari-hari di pondok pesantren. Dua hal tersebut akan berdampak pada kemampuan berfikir peserta didik, karena beban berfikir yang bertambah.

6 Sesuai dengan kebutuhan zaman dewasa ini penerapan kurikulum bahasa Arab selalu bersifat dinamis sehingga pengembangan kurikulum pada bidang ini selalu dilakukan, mengingat pentingnya bahasa Arab yang berperan besar dalam peradaban Islam dan merupakan bahasa Al-Qur an. Pengembangan kurikulum bahasa Arab tersebut menarik untuk diteliti mengingat banyaknya lembaga pendidikan saat ini yang ikut tergerus zaman karena tidak adanya pengembangan kurikulum yang seharusnya menjadi sentral dalam pencapaian tujuan sehingga berakibat pada proses pembelajaran yang pasif dan tidak bersifat konstruktif terhadap peserta didik. Sesuai dengan fenomena tersebut, penulis tertarik untuk menelaah lebih lanjut pengembangan kurikulum yang dilakukan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah ini akan menyajikan proses pengembangan kurikulum bahasa Arab yang tepat melalui penerapan berbahasa Arab secara rutin dalam kegiatan keseharian para peserta didik yang menjadi salah satu cara jitu dalam meningkatkan keterampilan berbahasa peserta didik. Fenomena tersebut menarik untuk diteliti lebih jauh dan memunculkan beberapa masalah mendasar, diantaranya: Apakah peserta didik mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran bahasa Arab? Bagaimana manajemen pendidikan di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah? Bagaimana manajemen kurikulum yang diterapkan sehingga mampu mengoptimalkan pengembangan kurikulumnya? Atas dasar fenomena tersebut di atas, dan atas dasar pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan dikembangkan, maka penulis tertarik untuk melakukan

7 penelitian kualitatif, dengan mengambil judul. "Manajemen Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab (Penelitian di Pondok Pesantren Modern Al-ihsan Baleendah Kabupaten Bandung)". B. Rumusan Masalah Fokus penelitian ini adalah Manajemen Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Kabupaten Bandung. Masalah tersebut dirinci dalam rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana latar alamiah Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan? 2. Bagaimana konsep kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan? 3. Bagaimana perencanaan pengembangan kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan? 4. Bagaimana pelaksanaan pengembangan kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan? 5. Bagaimana evaluasi pengembangan kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan? 6. Bagaimana faktor penunjang dan penghambat dalam manajemen pengembangan kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al- Ihsan? 7. Bagaimana hasil yang dicapai dalam manajemen pengembang kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan?

8 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Selaras dengan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana latar alamiah Pondok Pesantren Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. 2. Untuk mengetahui konsep kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. 3. Untuk mengetahui perencanaan pengembangan kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. 4. Untuk mengetahui pelaksanaan pengembangan kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. 5. Untuk mengetahui evaluasi pengembangan kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. 6. Untuk mengetahui faktor penunjang dan penghambat dalam manajemen pengembangan kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan 7. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam manajemen pengembang kurikulum bahasa Arab di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan. Sedangkan kegunaan penelitian yang diharapkan dengan penelitian ini secara teoritis adalah: 1. Mengembangkan ilmu pendidikan Islam

9 2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkuat dan mengembangkan teori-teori tentang manajemen pengembangan kurikulum bahasa Arab. Sedangkan secara praktis adalah: 1. Sebagai refleksi bagi peneliti dan yang diteliti khususnya bidang manajemen pengembangan kurikulum bahasa Arab. 2. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi jurusan manajemen pendidikan Islam, khususnya bagi yang akan meneliti lebih lanjut mengenai manajemen pengembangan kurikulum. D. Kerangka Pemikiran Menurut Bogdan dan Taylor dalam Lexy Moleong (2011:4) penelitian kualitatif adalah penelitian deskriptif yang datanya berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik. Oleh sebab itu, maka penelitian ini tidak akan terlepas dari pengaruh latar alamiah, sehingga akan memengaruhi semua aktivitas di lokasi penelitian. Manajemen pengembangan kurikulum, menurut Oemar Hamalik (2012: 10) adalah suatu proses sosial yang berkenaan dengan upaya yang dilakukan dalam rangka pengembangan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan. Pengembangan kurikulum diharapkan mampu memaksimalkan proses pembelajaran yang terjadi antara pendidik dan peserta didik dan mampu memberikan

10 perubahan sehingga peserta didik mampu mengaktualisasikan diri semaksimal mungkin sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. Proses pengembangan kurikulum mengikuti pemikiran yang selaras dengan tahapan dalam manajemen. Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji lebih lanjut mengenai manajemen pengembangan kurikulum. Menurut Oemar Hamalik (2012:143) menyatakan bahwa prosedur pengembangan kurikulum meliputi tiga langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Perencanaan merupakan proses penentuan keberhasilan suatu kegiatan dan merupakan langkah awal dalam penetapan suatu rancangan yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan merupakan tindakan nyata dari perencanaan yang menentukanapakah sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disinilah peran perencanaan yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan pengembangan kurikulum. Evaluasi sebagai kegiatan berkesinambungan berfungsi untuk mengontrol proses pelaksanaan agar tujuan tercapai dengan optimal. Selama pelaksanaan kurikulum, menurut Oemar Hamalik (2012: 143) perlu dilakukan penilaian dan pemantauan yang berkenaan dengan desain kurikulum dan hasil pelaksanaan kurikulum serta dampaknya. Jadi pada tahap ini proses evaluasi berperan dalam mengetahui sejauh mana pengembangan kurikulum tersebut mampu membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga tujuan yang yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal.

11 Menurut Tafsir (2011: 54) mengatakan bahwa komponen dalam kurikulum itu terbagi kedalam empat komponen, yaitu: 1) Komponen tujuan, mengarahkan atau menunjukan sesuatu yang hendak dituju dalam proses belajar mengajar. Tujuan itu mula-mula bersifat umum sampai pada penjabaran tujuan khusus yang dirumuskan dalam rencana pengajaran. 2) Komponen isi atau materi, disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, materi yang disajikan relevan dengan tujuan pengajaran. 3) Komponen metode, mempertimbangkan kegiatan anak dan guru dalam proses belajar mengajar, kegunaan metode ini sebagai kegiatan dalam mencapai tujuan. 4) Komponen evaluasi, yaitu kegiatan kurikuler berupa penilaian untuk mengetahui berapa persen tujuan tadi dapat dicapai. Tiap komponen kurikulum tersebut saling berkaitan erat dengan komponenkomponen yang lainnya. Tujuan bertalian erat dengan bahan pelajaran, proses belajar mengajar dan penilaian. Menurut Lincoln dan Guba sebagaimana dikutip Moleong (2007:8) menyatakan bahwa; Penelitian kualitatif melakukan penelitian pada latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (cntity). Hal ini dilakukan karena ontologi alamiah menghendaki adanya kenyataan-kenyataan sebagai keutuhan yang tidak dapat

12 dipahami jika dipisahkan dari konteksnya. Menurut mereka hal tersebut didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu: 1. Tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, karena itu hubungan penelitian harus mengambil tempat pada keutuhan dalam konteks untuk keperluan pemahaman. 2. Konteks sangat menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi konteks yang lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam keseluruhan pengaruh lapangan, dan 3. Sebagian struktur nilai kontekstual bersifat determinative terhadap apa yang dicari. Atas dasar asumsi tersebut penelitian dengan pendekatan kualitatif akan mengkaji masalah dengan dilandasi kajian latar alamiah mengenai keadaan Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah yang membawa peneliti untuk memasuki dan melibatkan sebagian waktunya di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah untuk meneliti mengenai manajemen pengembangan kurikulum bahasa Arab. Tentunya dalam pelaksanaan manajemen pengembangan kurikulum bahasa Arab, tidak akan terlepas dari adanya faktor penunjang dan penghambat. Faktor penunjang disini adalah segala hal yang membantu dan mendukung terhadap pengembangan kurikulum bahasa Arab. Sedangkan faktor penghambat adalah segala hal yang mempengaruhi, memperlambat terhadap pengembangan kurikulum bahasa

13 Arab. Faktor penunjang dan penghambat dapat bersumber dari faktor intern maupun ekstren. Pengkajian terhadap faktor penunjang dan faktor penghambat merupakan upaya untuk menemukan suatu kelebihan dan kelemahan dari semua sistem pendidikan, sehingga dengan ditemukan faktor tersebut dapat meningkatkan pengembangan kurikulum yang lebih efektif dan efisien dalam mengelola lembaga pendidikan yang ada. Secara skematis kerangka pemikiran tersebut digambarkan dalam bagan halaman berikut:

GAMBAR 1.1 SKEMA MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM BAHASA ARAB (Penelitian di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Kabupaten Bandung) Input Proses Produk Santri di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Manajemen Pengembangan Kurikulum 1. Perencanaan Pengembangan Kurikulum 2. Pelaksanaan Pengembangan Kurikulum 3. Evaluasi Pengembangan Kurikulum Santri mahir dalam berbahasa Arab dengan empat maharots al lughoh atau penguasaan bahasa yaitu menulis, membaca, mendengar dan menafsirkan. Faktor Penunjang Faktor Penghambat 14

15 E. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan Skripsi Manajemen Pendidikan Islam atas nama Elis Kartika; tahun 2013; dengan judul Pengembangan Kurikulum Qur an Hadits Pada Madrasah Aliyah Yamisa Soreang Kabupaten Bandung. Isi pokoknya adalah seputar konsep dan keberhasilan pengembangan kurikulum Qur an Hadits di Madrasah Aliyah Yamisa Soreang Kabupaten Bandung. Posisi skripsi penulis yang berjudul Manajemen Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab ( Penelitian di Pondok Pesantren Modern Al-Ihsan Baleendah Kabupaten Bandung). Yang berbeda dari skripsi atas nama Elis Kartika; tahun 2013; dengan judul Pengembangan Kurikulum Qur an Hadits Pada Madrasah Aliyah Yamisa Soreang Kabupaten Bandung yakni dari segi setting, fokus penelitian dan isi pokok pembahasan. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Skripsi, Tesis dan Disertasi Universitas Islam Negeri Gunung Djati Bandung Tahun 2016 yang ditulis oleh Prof. Dr. H.I. Nurol Aen, MA dan Pedoman Penyusunan Skripsi Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Bandung Tahun 2016 yang digunakan sebagai acuan dasar penulisan skripsi.