Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER POSITIF SISWA SD

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

Nur Indah Sari* STKIP Pembangunan Indonesia, Makassar. Received 15 th May 2016 / Accepted 11 th July 2016 ABSTRAK

Unnes Science Education Journal

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SMA UNTUK TOPIK SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN METODE PICTORIAL RIDDLE

Rahma Ditasari, Endah Peniati, Kasmui. Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Ina Agustin Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Ronggolawe Tuban

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA MATERI LINGKARAN UNTUK SISWA SMP KELAS VIII JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERKARAKTER PADA TEMA PENGELOLAAN LINGKUNGAN UNTUK KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center learning) menjadi

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

P 75 PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI INTERKONEKSI

Arif Widiyatmoko Jurusan IPA Terpadu, FMIPA Universitas Negeri Semarang

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR 1 BERBASIS GUIDED INQUIRY

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Unnes Science Education Journal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

STUDI KOMPARASI STRATEGI READING ALOUD DAN READING GUIDE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI TEGALGONDO WONOSARI TAHUN 2014/2015

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis PBL (problem based learning)

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,

PELATIHAN TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) MATERI SISTEM KOLOID

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan mendapat perhatian besar dari pemerintah dan masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Research and Development (R & D). Menurut Sugiyono (2011: 333),

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

Joyful Learning Journal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISKUSI KELAS DENGAN STRATEGI BEACH BALL PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT DI SMAN 22 SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

Yuni Permata Sari*, Rini**, Rasmiwetti*** No. Hp:

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

PRESTASI BELAJAR IPA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

PENGEMBANGAN BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA: PENGUJIAN JENIS KAWAT KONDUKTOR KOMERSIAL

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUICK ON THE DRAW TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (JURNAL) Oleh SYAHDA AULIA FATMANINGRUM

Kata kunci: Perangkat pembelajaran, keterampilan berkomunikasi, pembelajaran diskusi kelas

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

Unnes Physics Education Journal

Unnes Physics Education Journal

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

ANALYSIS OF STANDARD PROCESS IMPLEMENTATION AT LEARNING SCIENCES BASED ON CURRICULUM 2013 IN CLASS VIII AT SMP NEGERI PEKANBARU

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

2 Fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

Imam Mahadi Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL INCREASE OF LEARNING ENGLISH THROUGH APPLICATION REMEDIAL TEACHING

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

HUBUNGAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAINAN.,, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan. Tingkat Satuan Pendidikan 2006.

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

Diah Pitaloka Handriani SMP Negeri 1 Surakarta

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU TEMA PEMANASAN GLOBAL BERBASIS KOMIK DI SMPN 4 DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SUBMATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN DI SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 20. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

PENGGUNAAN METODE COMPLETE SENTENCE

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional sedang menggalakan pendidikan berbasis karakter. Undang-Undang

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MAJALAH SISWA PINTAR FISIKA (MSPF) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP (Pokok Bahasan Gerak Pada Benda)

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dalam sistem pendidikan nasional termuat dalam UU Sisdiknas, yaitu

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS DENGAN TEMA HUJAN ASAM UNTUK KELAS VII SMP

E-journal Prodi Edisi 1

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS EKSPERIMEN MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA UNTUK SISWA KELAS V SD ARTIKEL

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

Transkripsi:

JPII 2 (2) (2013) 183-188 Jurnal Pendidikan IPA Indonesia http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpii PENGEMBANGAN MODUL TEMATIK DAN INOVATIF BERKARAKTER PADA TEMA PENCEMARAN LINGKUNGAN UNTUK SISWA KELAS VII SMP N. Izzati 1 *, N. Hindarto 2, S. D. Pamelasari 1 1 Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Indonesia 2 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Indonesia Diterima: 19 Juni 2013. Disetujui: 23 September 2013. Dipublikasikan: Oktober 2013 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan modul tematik dan inovatif berkarakter pada tema pencemaran lingkungan dan mengetahui pengaruh modul terhadap peningkatan karakter siswa SMP. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kelayakan modul dengan kategori sangat layak, angket siswa dan guru mendapatkan kriteria sangat baik, aktivitas siswa mendapat kategori sangat aktif, dan analisis hasil belajar siswa mencapai KKM sebesar 100%. Berdasarkan hasil analisis karakter siswa diperoleh peningkatan karakter siswa dengan kategori sedang. Skor tertinggi terdapat pada karakter komunikatif dan skor terendah pada karakter percaya diri. ABSTRACT This research is aimed to find out the validity of thematic, innovative, characterize module Environment Pollution theme and to find out the effect of the module toward the improvement with students s character. The design of this research is Research and Development. Based on the result of research, it was obtained that module validity showed very valid category, the student and teacher s questionnaire showed very good category, the students s activity showed very active category, and the analysis of students s learning reached the passing grade in amount of 100%. Based on the data analysis of student s character, it was obtained that the improvement of students s character is in medium category. The highest score is communicative character and the lowest score for a confident character. Keywords: module, thematic, character, environment pollution 2013 Prodi Pendidikan IPA FMIPA UNNES Semarang PENDAHULUAN Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak *Alamat korespondensi: Email: izza_gmw@yahoo.co.id mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Berdasarkan amanah dalam sisdiknas tersebut, maka pemerintah mendorong adanya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sebagai upaya membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satu cara untuk melaksanakan pendidikan karakter di sekolah adalah dengan

184 N. Izzati, N. Hindarto, S. D. Pamelasari / JPII 2 (2) (2013) 183-188 mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam pembelajaran IPA terpadu. Menurut Khusniati (2012), mata pelajaran IPA terpadu harus mengimplementasikan pendidikan karakter, karena masuknya nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran IPA dapat menanamkan nilai-nilai tersebut dengan baik kepada siswa yang pada akhirnya akan terbentuk sebuah karakter yang baik. Pembelajaran IPA terpadu merupakan amanah Permendiknas nomor 22 tahun 2006 yang menyatakan, bahwa pembelajaran IPA dilaksanakan dengan menggabungkan bidang kajian fisika, kimia, dan biologi. Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa dapat lebih aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selain itu siswa juga terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh (holistik), bermakna, otentik, dan aktif (Listyawati, 2012, dengan modifikasi). Melalui serangkaian kegiatan dalam pembelajaran IPA terpadu dapat membantu terbentuknya karakter siswa, seperti rasa ingin tahu dan mandiri. Berdasarkan observasi di SMP Negeri 1 Sragi tahun 2013, permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu di SMP Negeri 1 Sragi, antara lain belum adanya bahan ajar IPA terpadu. Berdasarkan hasil observasi inilah peneliti mengembangkan sebuah bahan ajar berupa modul IPA terpadu. Pengembangan modul bertujuan agar siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri (Mularsih dalam Indaryanti dan Aisyah, 2008). Modul IPA terpadu yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah modul IPA yang menggunakan model keterpaduan tematik atau dikenal dengan model webbed (jaringan tema). Penyusunan tema dalam modul dilakukan secara tematik dengan mengangkat tema pencemaran lingkungan dan kemudian dibagi menjadi beberapa pokok subtema. Subtema dibahas dari berbagai aspek bidang kajian IPA, yaitu bumi dan antariksa, materi dan sifatnya, makhluk hidup dan proses kehidupan, serta kesehatan. Pengembangan modul tematik ini diinovasikan dengan pendidikan karakter. Pengembangan modul tematik dan inovatif berkarakter ini merupakan hal yang baru, karena belum banyak ditemui di pasaran. Adanya inovasi karakter di dalam modul merupakan terobosan peneliti untuk mengangkat pendidikan karakter sesuai dengan upaya pemerintah untuk menginternalisasi pendidikan karakter ke dalam setiap jenjang pendidikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan modul tematik dan inovatif berkarakter pada tema pencemaran lingkungan yang dikembangkan dan untuk mengetahui pengaruh modul tematik dan inovatif berkarakter pada tema pencemaran lingkungan terhadap peningkatan karakter siswa SMP. METODE Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sragi, Kabupaten Pekalongan pada semester genap. Responden yang dipilih adalah pakar, guru, dan siswa. Uji coba skala kecil dilakukan pada enam siswa kelas VIII-1, sedangkan pada uji coba skala besar dilakukan pada 36 siswa kelas VII-1. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D) yang diadaptasi dari Sugiyono (2011). Instrumen penelitian menggunakan dokumentasi untuk memperoleh foto, daftar nama, dan daftar nilai IPA sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan responden, tes evaluasi untuk menilai kemampuan kognitif siswa dengan bentuk soal pilihan ganda, observasi digunakan untuk mengamati aspek psikomotorik siswa selama praktikum dan diskusi dan aspek afektif yang berkaitan dengan karakter siswa, angket untuk memperoleh validasi dari pakar serta tanggapan guru dan siswa. Perangkat penelitian terdiri atas silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, soal uji kompetensi, validasi pakar, angket, alat ukur hasil belajar, serta lembar observasi aktivitas dan karakter siswa. Analisis pengaruh modul terhadap peningkatan karakter siswa diuji menggunakan uji gain faktor. Besar faktor-g dikategorikan dalam beberapa tingkat, yaitu: (1) tinggi= jika g>0,7; (2) sedang= jika 0,3<g<0,7; (3) rendah= jika g<0,3 (Wiyanto, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN Pencemaran lingkungan merupakan materi yang diajarkan pada kelas VII semester II dan dapat digabungkan dengan beberapa standar kompetensi dari tingkat kelas yang berbeda, yaitu standar kompetensi memahami saling ketergantungan dalam ekosistem (biologi kelas VII/2), memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan (kimia kelas VIII/2), dan memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya (fisika kelas IX/2). Secara keseluruhan ada dua data pokok yang dihasilkan dalam penelitian ini, yaitu data kelayakan modul dan data pengaruh modul terhadap peningkatan karakter siswa. Uji kelayakan modul menggunakan instumen penilaian buku

N. Izzati, N. Hindarto, S. D. Pamelasari / JPII 2 (2) (2013) 183-188 185 teks dari BSNP yang telah dimodifikasi, serta menganalisis dari hasil angket tanggapan guru dan siswa, data aktivitas siswa, serta data hasil belajar siswa, dan uji pengaruh modul terhadap peningkatan karakter siswa menggunakan analisis uji gain. Uji kelayakan modul meliputi tiga komponen, yaitu komponen isi, kebahasaan, dan penyajian. Penilaian modul dilakukan oleh enam pakar yang terdiri atas tiga dosen FMIPA Unnes dan tiga guru SMP Negeri 1 Sragi. Penilaian kelayakan modul terdiri atas dua tahap pokok, yaitu tahap I dan tahap II. Penilaian tahap I mencakup cover atau kelengkapan modul, sedangkan penilaian tahap II mencakup keseluruhan modul, meliputi komponen kelayakan isi, bahasa, dan penyajian. Hasil penilaian tahap I mendapat respon positif (Ya) dari para pakar dan mencapai skor rerata sebesar 100%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa modul yang dikembangkan langsung lolos tahap I, selain itu juga tidak mendapatkan revisi dari pakar, sehingga dapat dilanjutkan ke tahap II. Adapun rekapitulasi hasil penilaian modul tahap II disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tahap II oleh 1 2 3 4 5 6 Komponen Penilaian Isi Kebahasaan Penyajian Rerata Skor 36 - - 3,60 40 - - 4,00-19 - 3,80-19 - 3,80 - - 39 3,25 - - 48 4,00 Syarat kelayakan untuk masing-masing komponen berbeda. Berdasarkan kriteria dari BSNP, syarat kelayakan untuk komponen kelayakan isi harus mencapai skor rerata minimal 2,75 dan pada hasil akhir validasi tercapai rerata sebesar 3,60 dan 4,00. Komponen kelayakan kebahasaan dan penyajian harus mencapai skor rerata minimal 2,50 dan pada hasil akhir validasi tercapai rerata sebesar 3,80 dan 3,80 untuk komponen kebahasaan, sedangkan untuk komponen penyajian tercapai rerata sebesar 3,25 dan 4,00. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa modul yang dikembangkan mencapai proses layak tanpa revisi, karena rerata skornya sudah melebihi 2,5 dan 2,75. Perolehan kriteria layak ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin, Mustikawati dan Suyidno (2012) yang menyatakan, bahwa setelah melakukan tahap validasi, modul yang dikembangkan layak sebagai media pembelajaran dalam hal konten, kebahasaan, dan penyajian. Adapun mengenai saran dari pakar, ada tiga saran yang diperoleh, yaitu (1) kelengkapan daftar pustaka, (2) gambar dibuat lebih besar dan diberi keterangan yang lebih komperehensif dan fungsional, dan (3) keluasan materi dalam modul. Perbaikan dilakukan terhadap modul sesuai dengan saran dari para pakar. Tahap selanjutnya adalah uji coba skala kecil. Uji coba skala kecil diberikan kepada guru dan siswa kelas VIII-1. Data yang diperoleh berupa data tanggapan guru dan siswa terhadap modul. Analisis tanggapan guru dan siswa termasuk dalam kategori baik dan tidak memperoleh saran apapun, sehingga dapat diujicobakan pada skala yang lebih besar. Uji coba skala besar dilakukan di kelas VII-1 dan data yang diperoleh ada lima macam, yaitu data tanggapan siswa dan guru, data aktivitas dan hasil belajar, serta data pengaruh modul terhadap peningkatan karakter siswa. Penilaian angket tanggapan guru mendapatkan tanggapan yang sangat baik. Tanggapan terhadap modul ini memperoleh saran, yaitu untuk menambahkan alokasi waktu pada setiap unit kegiatan belajar. Selanjutnya mengenai tanggapan siswa, respon siswa terhadap modul untuk setiap item penilaian berkisar antara baik dan sangat baik. Item yang ditanggapi berjumlah 20 item yang isinya sama dengan tanggapan siswa pada uji coba skala kecil dan memperoleh kategori layak. Hasil tanggapan guru dan siswa ini sesuai dengan hasil penelitian Pradana & Triyanto (2013), yang menyatakan, bahwa rata-rata untuk setiap item penilaian angket tanggapan, responden merespon dengan sangat baik dan memperoleh kategori layak. Data tanggapan guru dan siswa dapat dilihat dalam Tabel 2.

186 N. Izzati, N. Hindarto, S. D. Pamelasari / JPII 2 (2) (2013) 183-188 Tabel 2. Hasil Angket Tanggapan Guru dan Siswa Angket Skala Kecil (%) Skala Besar (%) Angket Guru 100 100 Angket Siswa 99,15 90,79 Indikator kelayakan modul ini tidak hanya diukur dari hasil belajar saja, tetapi juga dilihat dan ditinjau dari aktivitas siswa, karena aktivitas dan hasil belajar siswa keduanya saling mendukung. Penilaian terhadap aktivitas siswa sangat penting, hal ini senada dengan Mulyasa (2009, dengan modifikasi), yang menyatakan, bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas siswa melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Data hasil aktivitas siswa dan dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas VII-1 Data Praktikum Diskusi Jumlah siswa 36 36 Siswa kategori sangat aktif 27 29 Siswa kategori 9 7 aktif Kriteria rata-rata aktivitas siswa sangat aktif sangat aktif Hasil analisis aktivitas siswa tersebut mencapai rata-rata aktivitas siswa dalam kategori sangat aktif. Keaktifan siswa pada saat praktikum mencapai 75% dan pada saat diskusi mencapai 80,5%. Hal ini dapat disimpulkan, bahwa terjadi peningkatan keaktifan siswa sebesar 5,5%. Hasil ini sesuai dengan penelitian Patkur & Wibowo (2013), yang menyatakan, bahwa dalam penelitiannya terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan modul yang dikembangkan pada pertemuan selanjutnya. Pencapaian keaktifan siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya dipengaruhi oleh adanya inovasi pengemasan pembelajaran secara tematik, sehingga ranah kegiatan pembelajaran lebih mengaktifkan siswa untuk selalu bertanya, menjawab, dan bertindak saat pembelajaran berlangsung. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Khanafiyah & Yulianti (2013), yang menyatakan, bahwa pembelajaran dimulai dengan menampilkan permasalahan yang dilanjutkan dengan diskusi aktif. Berdasarkan hasil analisis aktivitas siswa dapat disimpulkan, bahwa penggunaan modul dapat membantu siswa dalam mencapai kualitas belajar secara psikomotorik dengan baik. Keaktifan siswa ini akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar untuk pencapaian KKM. Hasil belajar digunakan untuk menjaring data dalam ranah kognitif yang diperoleh dari nilai tugas, praktikum, diskusi, dan evaluasi. Perhitungan hasil belajar menggunakan modifikasi rumus dari Suharsimi (2012) dengan bobot yang berbeda untuk tiap nilai. Nilai tugas dan evaluasi merupakan nilai individu siswa, sedangkan nilai praktikum dan diskusi merupakan nilai kelompok dan setiap siswa memperoleh nilai yang sama dengan satu kelompoknya, sehingga melalui nilai praktikum dan diskusi tersebut siswa tetap memperoleh nilai individu, bukan nilai kelompok lagi. Data hasil belajar siswa disajikan pada Tabel 4. Batas nilai minimum atau KKM IPA yang ditetapkan oleh sekolah adalah 75. Berdasarkan Tabel 4 hasil belajar siswa dikategorikan dalam kriteria baik dan mencapai ketuntasan klasikal sebesar 100%. Hal ini dikarenakan siswa dapat menguasai kompetensi belajar dengan baik melalui pengenalan pembelajaran IPA terpadu yang didukung dalam butir pernyataan pada tanggapan siswa. Pembelajaran terpadu berkaitan dengan pengenalan tema yang terdapat keterkaitan ide antara fisika, kimia, dan biologi yang terhubung ke pusat suatu tema. Menurut hemat peneliti dan berdasarkan hasil analisis hasil belajar, nilai KKM IPA di SMP N 1 Sragi dapat ditingkatkan menjadi 80. Hal ini dikarenakan untuk memotivasi siswa dan sekolah, bahwa ternyata melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa masih mampu mencapai ketuntasan klasikal sebesar 88,89% dan ini termasuk dalam kategori baik, karena siswa yang tuntas sudah melebihi persentase 75%. Tabel 4. Hasil Belajar Siswa Kelas VII-1 Hasil Belajar Ket. Untuk KKM 75 80 Nilai tertinggi 92 92 Nilai terendah 75 75 Nilai rata-rata 84 84 Siswa yang tuntas belajar Siswa yang tidak tuntas belajar 36 32 0 4

N. Izzati, N. Hindarto, S. D. Pamelasari / JPII 2 (2) (2013) 183-188 187 Gambar 2. Hasil Uji Gain Pengaruh Modul terhadap Peningkatan Karakter Siswa (dalam %) Selanjutnya, mengenai pembahasan pengaruh penggunaan modul terhadap peningkatan karakter siswa yang dianalisis menggunakan uji gain dan dapat dilihat pada Gambar 2. Peningkatan karakter siswa secara menyeluruh berada pada kategori sedang dengan perolehan faktor-g sebesar 0,35. Initial character menunjukkan nilai-nilai karakter siswa sebelum menggunakan modul dan final character menunjukkan nilai-nilai karakter siswa setelah menggunakan modul. Perolehan peningkatan karakter dalam kategori sedang ini bukan berarti tidak memberikan hasil yang maksimal, karena kategori sedang sudah termasuk baik dalam analisis suatu peningkatan sebuah karakter. Alasan ini dikarenakan melihat jangka waktu pelaksanaan penelitian yang masih terbatas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Pratiwi, Sarwi dan Nugroho (2013), bahwa pelaksanaan penelitian tentang karakter membutuhkan waktu yang tidak sebentar seperti dalam penelitian hanya satu bulan, atau bahkan satu semester-pun belum cukup, karena pendidikan karakter menekankan pada kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan dilakukan. Peningkatan pada setiap karakter yang diamati memiliki hasil yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil analisis uji gain dari keenam karakter, terdapat empat karakter pada kategori sedang yaitu peduli lingkungan, rasa ingin tahu, komunikatif, dan mandiri, sedangkan karakter mandiri dan gemar membaca berada pada peningkatan rendah. Karakter peduli lingkungan meningkat secara sedang dengan faktor-g sebesar 0,34. Karakter ini sangat didukung oleh adanya tema pencemaran lingkungan. Karakter rasa ingin tahu berkaitan dengan banyaknya siswa yang bertanya dengan kegiatan akademik dan inisiatif bertanya dalam praktikum dan diskusi, peningkatannya sedang dengan faktor-g 0,38. Karakter percaya diri pada siswa masih kurang baik dan perlu ditingkatkan lagi, karena peningkatannya rendah dengan faktor-g 0,27. Hal ini sesuai dengan pendapat Salirawati (2012), bahwa dalam setiap tahapan proses pembelajaran, siswa harus beraktivitas yang membutuhkan percaya diri, seperti berbicara mengeluarkan pendapat, menjawab pertanyaan guru, tampil presentasi ke depan, mengerjakan soal atau tugas secara mandiri. Karakter komunikatif merupakan karakter dengan skor tertinggi di antara karakter yang lainnya dan memperoleh peningkatan dalam kategori sedang dengan faktor-g sebesar 0,56. Hasil penelitian mengenai karakter komunikatif ini sejalan dengan penelitian Baroroh (2011), yaitu kemampuan komunikasi antarresponden memiliki peningkatan, pada awalnya malu untuk berkomunikasi di depan umum, pada akhirnya dapat berkomunikasi dengan baik dan siswa terpacu untuk dapat berkomunikasi di depan umum dalam menyampaikan gagasan baik berupa pertanyaan maupun pernyataan secara santun. Karakter mandiri berkategori sedang dengan faktor-g sebesar 0,31. Peningkatan yang diperoleh pada karakter mandiri ini sesuai dengan penelitian Pratiwi, Sarwi dan Nugroho (2013), yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan karakter mandiri ini cukup signifikan, karena responden sudah mampu melakukan kegiatan pembelajaran dengan mandiri. Hal ini sesuai dengan fungsi modul sebagai sarana untuk membelajarkan siswa secara mandiri. Karakter gemar membaca memiliki kategori rendah dengan besar faktor-g 0,26. Penanaman terhadap peningkatan karakter siswa juga dilibatkan dalam pembuatan soal evaluasi yang berbentuk wacana dan analisis, agar siswa lebih mudah dalam memahami dan menghayati karakter. Penggunaan wacana diharapkan selain mendukung pembelajaran IPA

188 N. Izzati, N. Hindarto, S. D. Pamelasari / JPII 2 (2) (2013) 183-188 terpadu, juga untuk mempengaruhi siswa untuk lebih gemar membaca, karena karakter gemar membaca ternyata memiliki peningkatan yang masih rendah. Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian dan pengembangan modul tematik dan inovatif berkarakter ini memperoleh hasil yang efektif untuk meningkatkan karakter siswa. Dalam penilaian karakter perlu diadakan pendalaman dan refleksi, untuk melihat sejauh mana kelebihan maupun kekurangannya. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, terdapat korelasi positif antara peningkatan nilai karakter siswa dengan hasil belajar siswa. Akan tetapi, korelasi ini tidak begitu signifikan, karena siswa yang memiliki hasil belajar baik belum tentu karakternya baik, dan begitu sebaliknya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti faktor internal dan eksternal. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Benninga et al., (2003) yang menyatakan bahwa sekolah yang lebih tinggi dalam implementasi pendidikan karakter dan total cenderung memiliki skor akademik yang lebih tinggi, meskipun hubungan itu tidak begitu kuat. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa simpulan, yaitu: (1) modul tematik dan inovatif berkarakter pada tema pencemaran lingkungan sudah layak sesuai dengan syarat kelayakan BSNP; (2) modul tematik dan inovatif berkarakter pada tema pencemaran lingkungan dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan karakter siswa secara positif, terutama pada karakter peduli lingkungan, rasa ingin tahu, percaya diri, komunikatif, mandiri, dan gemar membaca. Terima kasih dan puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, terima kasih untuk kedua orang tua dan keluarga saya tercinta atas doa dan dukungannya, para dosen pembimbing yang telah membantu terwujudnya penelitian ini, sahabat-sahabat, serta almamater tercinta. DAFTAR PUSTAKA Baroroh, K. 2011. Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Karakter Peserta Didik Melalui Penerapan Metode Role Playing. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan, 8 (2): 149-163. Benninga, J.S., Berkowitz, M.W., Kuehn, P., & Smith, K. 2003. The Relationship of Character Education Implementation and Academic Achievement in Elementary Schools. Journal of Research in Character Education, 1 (1): 19-32. Indaryanti, Y. Hartono, & N. Aisyah. 2008. Pengembangan Modul Pembelajaran Individual dalam Mata Pelajaran Matematika di Kelas XI SMA Negeri 1 Palembang. Jurnal Pendidikan Matematika, 2 (2): 35-44. Khanafiyah, S. & D. Yulianti. 2013. Model Problem Based Instruction pada Perkuliahan Fisika Lingkungan untuk Mengembangkan Sikap Kepedulian Lingkungan. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 9 (1): 35-42. Khusniati, M. 2012. Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1 (2): 204-210. Listyawati, M. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu di SMP. Journal of Innovative Science Education, 1 (1): 61-69. Mulyasa. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Patkur, M. & Wibowo, T.W. 2013. Pengembangan Modul Pembelajaran AutoCAD untuk Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Siswa Kelas X TPM di SMKN 1 Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 1 (3): 86-96. Pradana, R. & Triyanto. 2013. Efektivitas Pengembangan Modul Pembelajaran CNC I pada Program Studi D3 Teknik Mesin Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Teknik Mesin, 1 (2): 48-47. Pratiwi, T.R, Sarwi, & S.E. Nugroho. 2013. Implementasi Eksperimen Open Inquiry untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Mengembangkan Nilai Karakter Mahasiswa. Unnes Physics Education Journal, 2 (1): 62-67. Salirawati, D. 2012. Percaya Diri, Keingintahuan, dan Berjiwa Wirausaha: Tiga Karakter Penting bagi Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Karakter, 2 (2): 213-224. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi, A. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains Mengembangkan Kompetensi Laboratorium. Semarang: Unnes Press. Zainuddin, Mustikawati, & Suyidno. 2012. Pengembangan Modul Fisika Bumi-Antariksa untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mahasiswa Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam. Jurnal Vidya Karya, 1 (1): 63-70.