I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Pendidikan sudah dapat

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak dan semakin menguat pada masa remaja.hurlock (1980:235) kesatuan membentuk apa yang disebut sebagai konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman post modern manusia cenderung mengalami

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di dalam tinjauan pustaka akan di jelaskan lebih lanjut tentang : a) konformitas,

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya ini mengakibatkan ilmu pengetahuan memiliki. dampak positif dan negatif. Agar dapat mengikuti dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan karakter mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. dicanangkan dengan alasan bahwa selama ini dunia pendidikan kurang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Budi Pekerti merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. dan memerlukan bantuan guru pembimbing. Gunarsa (2002) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai pemikir, perencana, penggerak, dan pendukung pembangunan pada

I. PENDAHULUAN. Evaluasi merupakan langkah penting dalam manajemen program bimbingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa didampingi peranan bimbingan dan konseling tentunya akan menghadapi banyak masalah dalam mencapai tujuan dari pendidikan di negara kita, yang salah satunya yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, dan membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, serta memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Menurut Giyono (2010: 1) layanan bimbingan dan konseling dalam sistem operasional pendidikan di sekolah merupakan bagian yang integral. Hal ini memberikan makna bahwa layanan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan bagian yang lain dalam sistem pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan sekolah yang menjadi tanggung jawab bersama dari semua tenaga kependidikan yang ada di

2 sekolah. Depdiknas (2009: 7) menjelaskan bahwa pelayanan konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok atau klasikal sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluangpeluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Salah satu tujuan khusus dari layanan bimbingan dan konseling di sekolah menurut Giyono (2010: 10) yaitu peserta didik mampu memahami tentang siapa sebenarnya dirinya. Hal ini memiliki pengertian bahwa peserta didik mampu mengenal kelebihan (kekuatan) dan kelemahan (kekurangan) yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik diharapkan dapat memahami potensi yang ada di dalam dirinya dan peserta didik mampu memecahkan berbagai kesulitan yang dihadapi secara mandiri. Hal tesrsebut bertujuan agar siswa tidak memiliki ketergantungan kepada orang lain dalam pemecahan masalah yang ada di hidupnya. Peserta didik merupakan obyek tujuan dari pemberian layanan bimbingan dan konseling, pelaksana dari kegiatan layanan bimbingan dan konseling harus bisa memahami fase-fase perkembangan yang terjadi pada diri peserta didik. Di dalam fase-fase perkembangan siswa remaja sering terjadi penyimpangan perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangannya. Remaja yang juga

3 termasuk bagian dari peserta didik, terutama pada sekolah menengah tingat pertama (SMP) perlu mendapatkan perhatian khusus dari pelaksana layanan bimbingan dan konseling, tenaga pendidik, pemerintah dan khususnya orangtua siswa. Peralihan masa dari sekolah dasar ke SMP ini merupakan langkah yang cukup berarti dalam kehidupan remaja, karena remaja akan banyak mengalami perubahan pada diri sendiri pada masa ini. Rentang usia remaja pada masa SMP termasuk dalam masa remaja awal yaitu rentang umur antara 12/13 tahun sampai 17/18 tahun. Menurut Winkel & Hastuti (2010: 142) kebutuhan siswa selama rentang umur lebih kurang 12-15 tahun sangat dominan pada kebutuhan yang sifatnya psikologis. seperti mendapat kasih sayang, menerima, pengakuan terhadap dorongan untuk semakin mandiri, memperoleh prestasi di berbagai bidang yang dihargai oleh orang dewasa dan teman sebayanya, mempunyai hubungan persahabatan dengan teman sebaya, merasa aman dengan perubahan kejasmaniannya sendiri dan hal ini terjadi pada masa remaja. Masa remaja adalah suatu masa peralihan yang sering menimbulkan gejolak di dalam transisi perubahannya. Sesuai dengan pendapat Hurlock (1994 : 206) yang mendefinisikan bahwa remaja berasal dari istilah adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Dapat disimpulkan bahwa masa remaja adalah masa dimana seorang anak berkembang dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dan di dalam masa perkembangan ini remaja berusaha mencari jati diri dan peran sosial

4 untuk mencapai kematangan pribadinya yang ditandai dengan perubahan emosional-sosial, dan fisik. Pada masa remaja awal dialami oleh anak pada usia 11 tahun ke atas yang dimana pada masa ini anak telah memasuki tahap operasional formal. Individu remaja awal telah mampu mewujudkan suatu keseluruhan dalam pekerjaannya yang merupakan hasil dari berpikir logis. Aspek perasaan dan moralnya juga telah berkembang sehingga dapat mendukung penyelesaian tugas-tugas perkembangannya. Menurut Piaget (Ali & Asrori, 2006: 26) remaja melakukan interkasinya dengan lingkungannya sudah sangat luas, menjangkau banyak teman sebaya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksi dengan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja awal memiliki kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan teman sebayanya dan orang dewasa untuk mendapatkan penerimaan bahwasanya mereka bukanlah anak kecil lagi. Untuk mendapatkan penerimaan di dalam lingkungan sosialnya remaja perlu menyesuaikan diri mereka. Penyesuaian diri remaja merupakan salah satu tugas yang paling penting dan sulit bagi tugas perkembangan masa remaja seiring meningkatnya pengaruh kelompok sebaya di dalam kehidupan sosialnya. Piaget (dalam Ali & Asrori, 2006 : 30) memiliki pandangan dasar bahwa setiap individu memiliki kecenderungan inheren untuk menyesuaikan diri dengan lingkunngan. Karena individu atau remaja itu sendiri lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah bersama dengan teman-teman sebayanya sebagai suatu kelompok dibanding dengan waktu bersama dengan anggota

5 keluarganya. Jadi mudah dipahami jika pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku remaja lebih besar daripada pengaruh keluarga terhadap perkembangan dirinya. Pada masa awal remaja, remaja memiliki kebutuhan untuk bergabung dalam pertemanan kelompok sebaya. Sebagian remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok terpopuler, maka besar kesempatan baginya untuk diterima di dalam kelompok tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi tugas perkembangannya untuk mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita dan juga peran sosialnya. Kelompok teman sebaya memiliki aturan tertentu yang harus dipatuhi oleh remaja sebagai anggota kelompoknya. Penyesuaian remaja terhadap norma dengan berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya itulah yang disebut dengan konformitas (Mőnks, 2004 : 282). Untuk mendapatkan penerimaan dari kelompok teman sebayanya, siswa remaja cenderung mengikuti nilai-nilai dan peraturan yang berlaku di dalam kelompok teman sebayanya baik secara sukarela maupun dalam keadaan tertekan. Seperti yang telah dijelaskan Kiesler & Kiesler (dalam Sarwono, 2005: 172 ) yaitu adanya konformitas dapat dilihat dari perubahan perilaku atau keyakinan karena adanya tekanan dari kelompok, baik yang sungguhsungguh ada maupun yang dibayangkan saja.

6 Menurut Santrock (2002 : 46) Konformitas dapat bersifat positif dan juga negatif. Konformitas positif dapat terjadi apabila mayoritas teman sebaya dari individu cenderung kepada hal-hal yang bermanfaat, seperti bakti sosial, olahraga, dan lain-lain yang bisa menjadi wadah kemampuan remaja dan tempat penyaluran bakat yang dimiliki oleh siswa, hal tersebut yang akan mendorong siswa remaja lainya untuk bergabung dalam kegiatan yang bermanfaat bagi siswa remaja, karna ketika siswa remaja tidak bergabung dengan kelompok yang mayoritas, maka individu tersebut akan tersingkir dari pergaulan teman sebayanya yang secara tidak langsung siswa remaja akan mengalami kesulitan dalam interaksi sosialnya. Konformitas positif siswa pada teman sebaya dapat membantu siswa dalam memilih pergaulan yang tepat dan dapat mengembangkan bakat dan minat pada tempat yang tepat. Di dalam kelompok sebaya yang baik terjadi interaksi antar teman sebaya yang baik, serta mengacu kepada kegiatan-kegiatan remaja yang bermanfaat, kompetitif, dan hal positif lainnya. Konformitas positif pada siswa dapat dilihat pada sifat-sifat positif dari setiap kegiatan yang diikuti dalam suatu kelompok. Konformitas terhadap kelompok teman sebaya pada masa remaja menjadi masalah yang cukup penting yang ditemukan tempat penelitian yaitu SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat. Berdasarkan hasil wawancara semi terstruktur dengan wali kelas yang terlampir pada lampiran 4 halaman 136, masalah yang ditemui di lapangan

7 adalah rendahnya konformitas positif siswa pada teman sebaya. Rendahnya konformitas positif siswa dengan teman sebaya dapat dilihat pada adanya siswa yang mengikuti kebiasaan kebanyakan teman sebayanya yang kurang baik seperti berpakaian tidak sesuai dengan peraturan sekolah, membolos pelajaran beramai-ramai dengan kelompok teman sebayanya, menggunakan bahasa yang kurang baik mengikuti orang-orang yang terkenal disekitarnya, ikuti berkelahi jika salah satu anggota kelompoknya berkelahi, ikut kebutkebutan di jalan agar dianggap dewasa, dan jika kebanyakan teman-teman mereka merokok maka dia pun ikut merokok karena dia merasa sudah menjadi bagian dari kelompok. Kurangnya pengetahuan siswa dalam memilih teman serta pergaulan yang baik dan sehat, membuat siswa siswa remaja memilih mengikuti gaya trend pergaulan muda-mudi jaman sekarang. Siswa lebih memilih disebut gaul dibandingkan aktif dalam kegiatan akademik atau ekstrakurikuler yang sejatinya menjadi wadah bagi siswa untuk menyalurkan minat dan bakat yang dimilikinya. Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya keinginan langsung dari diri siswa dan juga karena tekanan dari teman sebayanya. Apabila individu tersebut menolak, maka ia akan tertolak oleh kelompok teman sebayanya bahkan terisolir dari kelompoknya yang secara langsung akan mengganggu pemenuhan tugas perkembangannya yaitu tercapainya tingkah laku sosial yang bertanggung jawab dan individu tersebut mampu menjaga hubungan baik dengan kelompoknya, berpartisipasi sebagai anggota kelompok sebaya dan

8 belajar, bagaimana caranya berbuat sesuatu untuk kelompoknya yang tidak lain semua itu hanya bisa didapatkan di dalam kelompok sebayanya. Perilaku yang muncul dari rendahnya konformitas positif siswa pada teman sebaya tersebut juga menimbulkan kesulitan bagi tenaga pendidik karena perilaku negatif yang muncul dari rendahnya konformitas positif siswa pada teman sebaya akan mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di dalam kelas seperti sulit mengarahkan siswa selama proses pembelajaran karena siswa lebih mengutamakan pertemanan mereka dibandingkan mengikuti proses pembelajaran. Berkaitan dengan masalah tersebut maka perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan konformitas positif siswa dengan teman sebayanya dengan memberikan perlakuan berupa layanan bimbingan kelompok. Layanan bimbingan kelompok yang mengaktifkan dinamika kelompok digunakan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan, pribadi dan pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok diharapkan Peneliti dapat meningkatkan konformitas positif siswa pada teman sebaya, yang merupakan permasalahan aktual (hangat) pada masa remaja saat ini. Melalui dinamika kelompok yang intensif di dalam bimbingan kelompok, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yang lebih efektif sesuai dengan tujuan khusus dari pelaksanaan layanan

9 bimbingan kelompok (Prayitno, 2004: 3). Maka masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya konformitas positif siswa pada teman sebaya Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meningkatkan konformitas positif pada siswa SMP dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok, karena melihat pentingnya pendampingan siswa dalam masa perkembangannya. Dan sesuai dengan fungsi dari bimbingan kelompok menurut Sukardi (2008) yaitu informatif, pengembangan, preventif dan kreatif yang diterapkan pada masa perkembangan siswa SMP agar kedepannya siswa SMP dapat melewati masa remaja awalnya dengan baik dan dapat menjalankan masa selanjutnya dengan bekal perkembangan yang baik. 2. Identifikasi Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Ada siswa yang berpakaian tidak sesuai dengan peraturan sekolah mengikuti kebiasaan kelompok teman sebayanya 2. Ada siswa yang membolos pelajaran beramai-ramai dengan kelompok teman sebayanya, 3. Ada siswa yang menggunakan bahasa yang kurang baik mengikuti orang-orang yang terkenal disekitarnya 4. Ada siswa yang ikut berkelahi jika salah satu anggota kelompoknya berkelahi, 5. Ada siswa yang ikut kebut-kebutan di jalan agar dianggap dewasa,

10 6. Ada siswa yang jika kebanyakan teman-teman mereka merokok maka dia pun ikut merokok karena dia merasa sudah menjadi bagian dari kelompok. 3. Pembatasan Masalah Untuk mengkhususkan arah dalam penelitian ini, maka masalah dalam penelitian ini hanya terbatas pada: Upaya meningkatkan konformitas positif siswa pada teman sebaya dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan Tahun Pelajaran 2011/2012. 4. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini adalah Rendahnya konformitas positif siswa pada teman sebaya maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah konformitas positif siswa pada teman sebaya dapat ditingkatkan dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat?. B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan konformitas positif siswa pada teman sebaya dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok pada

11 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan kajian dalam mengembangkan ilmu pendidikan terutama dalam bimbingan dan konseling tentang pelaksanaan bimbingan kelompok. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan informasi dan gambaran kepada orang tua dan guru mengenai pergaulan siswa SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat saat ini dan kondisi perkembangan dan kebutuhan anak dan peserta didiknya pada masa perkembangannya. b. Sebagai kontribusi bagi guru pembimbing untuk lebih meningkatkan mutu layanan bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya dalam upaya meningkatkan konformitas positif siswa pada teman sebaya melalui layanan bimbingan kelompok C. Ruang Lingkup 1. Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah bagaimana upaya meningkatkan konformitas positif siswa pada teman sebaya dengan

12 menggunakan layanan bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat. 2. Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun pelajaran 2011/2012 yang memiliki konformitas positif pada teman sebaya yang rendah. 3. Ruang lingkup wilayah penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun pelajaran 2011/2012. 4. Ruang lingkup waktu penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. 5. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan izin penelitian pendahuluan yang diajukan oleh peneliti untuk mempermudah mendapatkan data-data yang diperlukan. D. Kerangka Pikir Menurut Sekaran, kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sugiyono, 2010: 91). Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya konformitas positif siswa pada teman sebaya. Konformitas adalah penyesuaian remaja terhadap norma dengan berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya (Mőnks, 2004: 282). Konformitas positif akan menurun apabila siswa tidak memahami apa yang diikutinya serta norma

13 yang diikuti oleh individu tidak sesuai dengan norma yang ada di dalam masyarakat dan cenderung mal adapatif atau merugikan. Sesuai dengan tahapan perkembanganya menurut Havighurst (dalam Ali dan Asrori, 2006: 165) remaja pada masanya memiliki tugas perkembangan yang salah satunya yaitu mencari kemandirian emosional dari orang tua dan orangorang dewasa lainnya, dalam hal ini dimaksudkan bahwa remaja pada masa ini mengalami sikap ambivalen terhadap orang tuanya. Remaja ingin mendapatkan kebebasan, namun remaja sering merasakan bahwa dunia dewasa itu cukup rumit dan asing baginya. Oleh karena itu remaja banyak belajar dari teman sebaya mereka dalam hal interaksi sosial, menemukan jati diri dan mendapatkan kelompok yang menerimanya. Namun terkadang seorang remaja tidak mampu memilih kelompok teman sebaya yang memiliki norma yang baik di dalam kelompknya. Keadaan inilah yang menjadikan siswa remaja sering memberontak dan melakukan perilaku-perilaku yang menyimpang sesuai dengan kebiasaan kelompok sebayanya. Dalam penanganannya dibutuhkan peranan Bimbingan dan Konseling untuk mengatasi rendahnya konformitas positif tersebut. Di dalam Bimbingan dan Konseling terdapat layanan bimbingan kelompok yang merupakan salah satu jenis layanan yang tepat untuk meningkatkan konformitas positif siswa pada teman sebaya. Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari

14 pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya seharihari baik individu maupun sebagai pelajar, keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan (Sukardi, 2008). Konformitas menurut Mőnks (2004: 282) yaitu penyesuaian remaja terhadap norma dengan berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya. Dengan demikian jelas bahwa konformitas dapat terbentuk dari adanya interaksi sosial antara individu dengan orang lain (teman sebaya). Diharapkan dengan adanya interaksi yang terjadi dalam layanan bimbingan kelompok, remaja dapat berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan sesama anggota kelompok bimbingan, serta siswa remaja dapat memilah ketika konform dengan teman sebayanya dengan baik, dan dapat meningkatkan konformitas positif. Untuk meningkatkan keberhasilan layanan bimbingan kelompok dalam rangka meningkatkan konformitas positif pada siswa diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan terutama siswa. Siswa yang telah memasuki masa remaja perlu memahami pentingnya dalam memilih teman untuk menemukan jati dirinya sebagai individu yang beralih dari masa anakanak ke masa dewasa, karena teman sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan pribadi remaja. Baik buruknya perilaku siswa remaja bisa dilihat dari teman sebaya yang diikuti oleh individu remaja yang sedang berkembang. Dengan demikian, diperlukan pula suatu strategi dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam mengurangi kemungkinan

15 rendahnya konformitas positif siswa pada teman sebaya salah satunya adalah melalui layanan bimbingan kelompok. Dalam pelaksanaannya, siswa akan diberikan gambaran tentang pemilihan teman bergaul yang baik dan mencontoh pergaulan yang baik agar siswa tidak mengikuti kebiasaan berperilaku negatif dari kelompok sebayanya. Dengan pengetahuan yang diberikan dalam materi layanan bimbingan kelompok, siswa remaja bisa menemukan jati dirinya di dalam kelompok teman sebaya yang baik, adaptif, dan berprestasi dan siswa akan lebih konform kepada teman-temannya yang berprestasi, berperilaku baik dan positif dibandingkan sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok. Dengan kata lain Jika bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik, maka konformitas positif siswa pada teman sebaya akan meningkat. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa : Konformitas positif siswa pada teman sebaya rendah Layanan Bimbingan Kelompok Konformitas positif siswa pada teman sebaya meningkat Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian dengan menggunakan layanan bimbingan kelompok.

16 E. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Agar penelitian ini terarah, diperlukan adanya hipotesis. Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan kerangka pikir, maka hipotesis penelitian yang penulis ajukan adalah: Konformitas positif siswa pada teman sebaya dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan hipotesis penelitian di atas maka penulis mengajukan hipotesis statistik sebagai berikut : Ho : Konformitas positif siswa pada teman sebaya tidak dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok. Ha : Konformitas positif siswa pada teman sebaya dapat ditingkatkan menggunakan layanan bimbingan kelompok.