25 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan populasi mikroorganisme (aktinomisetes, bakteri, fungi) dilakukan di laboratorium Bioteknologi FP Unila. Penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember 2008. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan terdiri dari alumunium foil, bakul dari anyaman bambu, botol semprot, bulp, spritus, alhohol, erlenmeyer, gelas ukur, gembor, gunting, kapas, labu bunsen, lakban, mortal, rak tabung reaksi, petridis, pipet, pipet mikron, plastik, shaker, spaktula, tabung reaksi, termometer, timbangan, 1 set autoclave, kompor gas, kertas label, vortex dan Quebec Colony Counter (QCC). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari limbah pasar (sampah pasar Pasir Gintung), jerami padi, serasah dedaunan di lingkungan FP Unila, cacing tanah (E. fetida dan L. rubellus), kapur pertanian, kotoran sapi, media tumbuh (agar NA, PDA dan NDA), NaCl dan streptomisin.
26 C. Metode Penelitian Pelaksanaan vermicomposting dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial terdiri dari beberapa perlakuan. Faktor pertama adalah sumber bahan organik (BO) terdiri dari: L 1 = Limbah pasar Pasir Gintung L 2 = Serasah dedaunan L 3 = Jerami padi Faktor kedua adalah jenis cacing tanah: C 0 = Tanpa cacing tanah C 1 = E. fetida C 2 = L. rubellus Faktor ketiga adalah pemberian kapur: K 0 = Tanpa kapur K 1 = Dengan kapur (5 g CaCO 3 kg -1 limbah organik) Perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga didapat 3 x 3 x 3 x 2 = 54 satuan percobaan. Homogenitas data diuji dengan Uji Bartlett dan aditifitas data diuji dengan Uji Tukey. Selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam. Perbedaan nilai tengah perlakuan diuji dengan uji BNT pada taraf nyata 5 %.
27 D. Pelaksanaan Percobaan 1. Kadar air masing-masing limbah diukur untuk 1,5 kg bobot kering oven (BKO). Perhitungan kadar air didapat dengan cara menimbang 5 g bobot basah limbah kemudian dimasukkan dalam oven selama 2-3 hari pada suhu 70 C sehingga didapatkan bobot kering ovennya. Kadar air = Bobot basah bobot kering oven x 100% Bobot basah 2. Sebanyak 1,5 kg limbah organik masing-masing: limbah pasar Pasir Gintung (L 1 ), serasah dedaunan di lingkungan FP Unila (L 2 ), dan jerami padi (L 3 ) dimasukkan ke dalam bakul. 3. Untuk mempermudah proses dekomposisi limbah padat organik yang berasal dari sampah pasar, serasah dedaunan dan jerami padi dipotong hingga berukuran ± 3 cm. 4. Sebanyak 10% (w/w) kotoran sapi dicampurkan ke dalam masing-masing limbah organik sebagai starter untuk pakan cacing tanah dan kapur 5 g CaCO 3 kg -1 limbah organik diberikan sesuai perlakuan. Kemudian dilakukan pengukuran suhu. 5. Setelah suhu media mendekati 30 C, sejumlah 25 ekor cacing dewasa (E. fetida dan L. rubellus) dimasukkan ke dalam bakul yang telah berisi limbah organik sesuai dengan perlakuan yang diterapkan. Kelembaban bahan kompos diusahakan sekitar 50-60% dengan cara menambahkan air secara periodik setiap minggu.
28 6. Bahan kompos yang sudah diperlakukan diinkubasi di tempat gelap, dengan cara menutup bakul-bakul tersebut dengan plastik selama 60 hari. 7. Selama masa inkubasi dilakukan pengukuran suhu setiap hari dengan menggunakan termometer dan setiap satu minggu sekali dilakukan penyiraman dan pembalikan kompos (menggunakan tangan) serta dilakukan pengukuran ph. 8. Populasi mikroorganisme (bakteri, fungi dan aktinomisetes) dihitung dengan metode cawan agar, dengan pembuatan seri pengenceran dan pembuatan media biakan (Anas, 1989). a. Pembuatan seri pengenceran: a) Larutan fisiologi dibuat dengan cara melarutkan 8,5 g NaCl dalam 1 L air. b) Selanjutnya disiapkan labu erlenmeyer berukuran 250 ml sebanyak 1 buah, dan tabung reaksi sebanyak 8 buah. c) Sebanyak 9 ml larutan fisiologis dimasukkan kedalam erlenmeyer dan 9 ml larutan fisiologis dimasukkan kedalam tabung reaksi. d) Labu erlenmeyer dan tabung reaksi ditutup dengan kapas dan alumunium foil. e) Sterilisasi basah dilakukan dengan menggunakan autoclave (tekanan 1 atm selama 2 jam). f) Setelah sterilisasi selesai, lakukan pengenceran kompos dengan cara memasukkan 1 g kompos kedalam 9 ml larutan fisiologi (pengenceran 10-1 ).
29 g) Pengenceran dilakukan sampai dengan 10-9 dengan cara memipet 1 ml dari pengenceran 10-1 dimasukkan kedalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan fisiologis (pengenceran 10-2 ) sampai dengan diperoleh pengenceran 10-9. b. Pembuatan media biakan: a) Untuk menumbuhkan bakteri digunakan media nutrient agar (NA). b) Pembuatan media NA dilakukan dengan cara melarutkan 28 g NA ke dalam 1000 ml aquades lalu disterilkan menggunakan autoclave selama ± 15 menit pada tekanan 1 atm dan suhu 120 C. c) Setelah sterilisasi dilakukan, sebanyak 10-15 ml medium biakan dituangkan ke dalam petridis yang telah berisi 1 ml larutan kompos dari seri pengenceran 10-4, 10-5, 10-6. d) Apabila medium telah padat, petridis dibalik dengan tujuan agar tidak ada uap air yang jatuh ke media. e) Media diinkubasi pada inkubator selama 3 hari. f) Koloni bakteri yang tumbuh dihitung dengan menggunakan QCC. g) Pengamatan fungi dan aktinomisetes menggunakan metode yang sama, pembedanya adalah medium tumbuhnya dan lama inkubasi. h) Untuk fungi media yang digunakan adalah potato dextrosa agar (PDA + streptomisin) dan digunakan seri pengenceran 10-3, 10-4, 10-5 dengan lama inkubasi 7 hari. i) Untuk aktinomisetes media tumbuh yang digunakan adalah nitrat dekstrosa (NDA + streptomisin) dan seri pengenceran yang digunakan adalah 10-3, 10-4, 10-5 dengan lama inkubasi 7 hari.
30 E. Pengamatan Percobaan 1. Variabel utama: Variabel utama yang diamati adalah populasi mikroorganisme (aktinomisetes, bakteri, dan fungi) pada amatan minggu ke 0, 1 dan 8 dengan menggunakan metode cawan agar. Minggu ke - 0 adalah hari ke - 11 pencampuran limbah padat organik dan diaplikasikannya cacing tanah (E. fetida dan L. rubellus). 2. Variabel pendukung: Variabel pendukung yang diamati adalah: a. ph (ph meter) b. Suhu (menggunakan termometer)