BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan melihat indikator yang tercantum dalam Milenium

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan antenatal adalah upaya untuk menjaga kesehatan ibu pada masa

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

BAB I PENDAHULUAN. tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG RESIKO TINGGI KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami perubahan dalam dirinya baik fisik maupun psikologis. Dua

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses normal, alamiah dan. sehat. Namun bila tidak dipantau secara intensif dapat terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 102/ kelahiran hidup (Visi Indonesia Sehat 2015). Penyebab tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu komplikasi atau penyulit yang perlu mendapatkan penanganan lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN TABANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan persalinan dan nifas setiap tahunnya, sebanyak 99% ditentukan dalam tujuan yaitu meningkatkan kesehatan ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan tantangan yang lebih sulit dicapai dibandingkan dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. (Depkes RI, 2010). Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya untuk indikator kesehatan ibu (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

ALI SADIKIN NIM : J

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan antenatal yang ditetapkan. Pelayanan antenatal care ini minimum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO 1948), Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang ibu dalam usia reproduktif. Perubahan-perubahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand hanya 44 per

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil perlu dilakukan pelayanan antenatal secara berkesinambungan, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu,

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari)

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB 1 PENDAHULUAN. bersalin dan nifas. Namun demikian banyak faktor yang membuat teknologi

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan wanita. Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baru dilahirkan (Saifuddin, 2010:1). Keberhasilan penyelenggaraan. gerakan keluarga berencana (Manuaba, 2010:10).

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Ibu (AKI) ini adalah mengacu pada deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat terjadinya kehamilan, yang disebabkan oleh kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang fisiologis namun dalam prosesnya terdapat kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asuhan Kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang

KERANGKA ACUAN POSTNATAL CARE (PNC)

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. kontrasepsi merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. berada dalam rahim (uterus) mulai dari konsepsi saat bertemunya sel telur

BAB 1 PENDAHULUAN Di bawah MDGs, negara-negara berkomitmen untuk mengurangi angka

KERANGKA ACUAN KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Mortalitas dan morbilitas wanita hamil dan bersalin adalah masalah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, bayi baru lahir (Lestari, 2014:34).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kodrat dari wanita yaitu mengandung, melahirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berpengaruh tidah baik terhadap kehamilan tersebut (Prawiroharjo, 2010).

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan ibu hamil, kurangnya Antenatal Care (ANC), diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling membahagiakan bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB 1 PEDAHULUAN. Kehamilan merupakan proses yang alami artinya perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN. kandungan, saat kelahiran dan masa balita (dibawah usia lima tahun).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi kesehatan dunia memperkirakan diseluruh dunia setiap hari

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. berhasil dalam meningkatkan derajat kesehatan masyara kat yang setinggitingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan status kesehatan masyarakat di Indonesia sudah mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat disuatu negara dapat dinilai dengan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. di kawasan ASEAN yaitu sebesar 228/ kelahiran hidup (SDKI. abortus (11%), infeksi (10%), (SDKI 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba, 2010)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) pada Hari

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tekanan darah dan proteinuria yang muncul ditrimester kedua

BAB I PENDAHULUAN. mulai masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan penggunaan KB

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap negara di dunia memiliki konsep pemeriksaan kehamilan yang berbeda-beda yang tentu saja sangat berpengaruh terhadap Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). Dari hasil penelilitan (Yousif, dkk 2006), perawatan kehamilan sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan bayi yang akan dilahirkan. Wanita yang secara teratur pergi ke fasilitas pelayanan kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan akan memiliki kesehatan yang baik dan melahirkan bayi yang sehat, sedangkan wanita yang memiliki kesehatan yang buruk akan lebih rentan menyebabkan kematian bayi. Kematian ibu dan perinatal merupakan persoalan yang terselubung sebagai akibat dari berbagai faktor seperti kemiskinan, kebodohan, kurangnya nilai gizi yang sesuai dengan kebutuhan hamil dan menyusui, jumlah dan jarak hamil terlalu pendek, dan usia yang terlalu tua atau masih sangat muda untuk hamil. Semuanya memberikan kontribusi kehamilan dengan resiko tinggi (Manuaba, 2011). Morbiditas dan mortalitas wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang contohnya Indonesia dan menanggapi masalahibu yang sedemikian besar tahun 1989 untuk pertama kalinya di tingkat Internasional diadakan konfrensi tentang kematian ibu di Neirobu di Kenya. Tahun 1994 diadakan pula International Conferene On Population and Development ( ICPD) di Kairo, 1

2 Mesir yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan social dan pembangunan sumber daya manusia (SDM). Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai pelayanan yang integral dari pelayanan dasar yang akan terjangkau oleh masyarakat, di dalamnya termasuk pelayanan kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan dan persalinan dengan selamat (Saifudin, 2003). World Health Organization (WHO) memperkirakan lebih dari 585.000 pertahunnya meninggal saat hamil dan bersalin. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur (WUS) disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. (Saifudin, 2001). Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007, dimana pada Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) 34/1000 Kelahiran Hidup (KH), Angka Kematian Balita (AKBA) 44/1000 KH dan Angka Kematian Ibu (AKI) 228/100.000 KH. Target pencapaian sasaran di tahun 2015 yaitu AKB 23/1000 KH dan AKBA 32/1000 KH,sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Sumatera Utara (Sumut) masih tinggi, yakni mencapai 230/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2012. Ini jauh di atasaki nasional yang hanya 102/100.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2012). Menurut Riskesdas (2011), tingginya AKI di Indonesia disebabkan beberapa penyebab yaitu pendarahan (26,99%), eklamsia (23%), infeksi (10,99%), komplikasi puerpurium (8%), trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (5%), partus lama (5%),abortus (5%) dan lain-lain (10,99%).

3 Sedangkan menurut Depkes RI (2009) penyebab tingginya angka kematian ibu di Indonesia disebabkan langsung oleh beberapa faktor diantaranya yaitu perdarahan (28%), eklamsi (24%), dan infeksi (11%). Selain itu, terdapat penyebab tidak langsung yaitu 4T: terlambat mendeksi ibu hamil resiko tinggi, terlambat mengambil keputusan keluarga untuk merujuk, terlambat mencapai fasilitas rujukan dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas rujukan Menurut Depkes RI 2003 komplikasi - komplikasi yang terjadi sebagian besar dapat dicegah apabila kesehatan ibu selama hamil selalu terjaga melalui pemeriksaan antenatal yang teratur dan pertolongan yang bersih dan aman. Dalam upaya konkritnya antara lain adalah melalui upaya meningkatkan mutu dan menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan ibu serta perinatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan rujukan primer, dapat juga dilakukan dengan mengembangkan konsep Audit Maternal-Perinatal (AMP), selain itu ditingkat masyarakat adalah dengan cara meningkatkan pemahaman ( pengetahuan, sikap, praktik dan persepsi ) masyarakat tersebut dengan pelayanan ANC tersebut. Salah satu upaya yang dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi adalah pendekatan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas, yaitu melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC). Tujuan dari ANC sendiri menurut Depkes RI (2008) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pengawasan sebelum lahir (antenatal) mempunyai kedudukan yang

4 sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik selama kehamilan untuk menghadapi persalinan, dengan pengawasan pada masa kehamilan dapat diketahui berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan sehingga segera dapat diatasi. Tingginya komplikasi obstetric seperti perdarahan pasca persalinan, eklamsia, sepsis dan komplikasi keguguran menyebabkan tingginya kasus kesakitan ibu dibanyak negara berkembang (Depkes RI, 2004). Menurut Organisasi kesehatan Dunia (WHO, 2005) Antenatal Care (ANC) adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medic pada ibu hamil, untuk memperoleh satu proses kehamilan serta persalinan yang aman dan memuaskan. Tujuan antenatal care adalah untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya resiko resiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan resiko tinggi serta menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan perinatal (Prawirohardjo,2006). Kunjungan ANC yang teratur dan pengawasan yang rutin dari bidan maupun dokter selama masa kehamilan tersebut diharapkan membuat komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum dapat dikenali secara lebih dini. Hal ini dapat mengurangi resiko kematian ibu hamil. Menurut Depkes RI (2008) faktor yang mempengaruhi pencapaian kunjungan KI dan K4 ibu hamil diantaranya adalah faktor internal (paritas dan usia) dan eksternal (pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis, informasi dan dukungan). Pada tahun 2012 cakupan kunjungan antenatal K1 dan K4 meningkat yaitu sebesar

5 112% dan 90,7%. Perbedaan persentase cakupan kunjungan K1 dan K4 mengindikasikan beberapa ibu hamil tidak melakukan kunjungan awal (K1) atau melewatkan kunjungan K4 selama masa kehamilannya. Pemeriksaan kehamilan yang teratur akan menurunkan bukan saja angka kematian ibu hamil, ibu bersalin dan nifas tetapi juga menurunkan angka kecacatan bayi di Indonesia. Menurut lestari (2011) dampak dari ibu hamil yang tidak mengikuti ANC adalah meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas ibu, tidak terdeteksinya kelainan-kelainan kehamilan dan kelainan fisik yang terjadi pada saat persalinan tidak dapat dideteksi secara dini. Cakupan pelayanan ANC dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan baru ibu hamil (KI) untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit 4 kali (K4) dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga. Sekitar 61% perempuan usia 20-59 tahun melakukan kunjungan pelayanan antenatal yang disyaratkan selama masa kehamilan terakhir mereka, 72% melakukan kunjungan pertama, tapi putus sebelum 4 kunjungan yang disyaratkan, ini disebabkan pelayanan kesehatan yang diterima masyarakat tidak memadai. Pelayanan kesehatan sangat dibutuhkan oleh ibu dan bayinya karena sebagian besar kematian ibu dan bayibaru lahir terjadi pada masa persalinan dan paska persalinan (Qomariah, 2013). Pendidikan ibu mempunyai hubungan yang terbalik dengan resiko kematian anak. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi umumnya berhubungan dengan resiko

6 kematian yang rendah, hal ini karena pendidikan membuat ibu mendapatkan informasi tentang perawatan kehamilan dan anak yang lebih baik. Sebagai contoh, angka kematian bayi 77 % lebih rendah pada anak yang ibunya berpendidikan perguruan tinggi dibanding anak yang ibunya tidak berpendidikan (masing-masing 15 dan 66 kematian per 1.000 kelahiran) (SDKI, 2012). Penelitian Srimarti (2009) membuktikan bahwa Health Education merupakan salah satu kegiatan yang tepat guna dalam upaya penurunan angka kematian ibu hamil yaitu Modifikasi Model Community Development Guna Peningkatan Pemeriksaan Kehamilan dan Persalinan pada Tenaga Kesehatan. Berdasarkan penelitian tersebut, terungkap alasan ibu hamil lebih memilih melahirkan pada dukun karena latar belakang budaya. Hasil penelitian tersebut menyatakan bila ibu hamil melakukan persalinan pada bidan maka persalinannya dianggap sulit yang dalam bahasa Madura yaitu malarat. Sehingga ibu hamil cenderung malu bila persalinannya dikatakan malarat. Selain karena latar belakang budaya, hasil penelitian tersebut juga menyatakan beberapa alasan lain yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan persalinan pada bidan, yaitu karena biaya persalinan bidan mahal, keluarga yang ikut campur dalam memberi keputusan, takut operasi dan berobat ke puskesmas, serta rendahnya pengetahuan kesehatan ibu hamil. Berdasarkan penelitian Devi (2009) dan teori Dignan tentang Health Promotion, maka perlu adanya kegiatan Community Analysis sebelum dilakukan kegiatan Health Education, agar kegiatan Health Education menjadi tepat guna dan

7 efektif. Budaya bagi masyarakat adalah suatu hal yang penting, bahkan diantaranya dipercaya dan menjadi pegangan hidup oleh masyarakat. Ada banyak alasan yang dikemukakan oleh pengguna jasa dukun bayi, antara lain dukun bayi dianggap sebagai tokoh masyarakat danmasih memegang peranan penting dimasyarakat tersebut. Masyarakat masih mempercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena dukun dianggap murah dan dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat bayi dan memandikan bayi (Diah, 2012). Selain berkaitan dengan budaya, pengaruh dukun bayi sulit tergantikan oleh bidan maupun dokter karena dukun bayi mampu memberikan pelayanan paripurna mulai dari menolong persalinan sampai memimpin kelahiran bayi. Dukun bayi merupakan orang yang dituakan dan sangat dikenal dimasyarakat sehingga mampu memberikan rasa aman dan nyaman. Selain itu dukun bayi juga selalu siap jika dibutuhkan (Qomariah, 2013). Penelitian Werner (2001) menyebutkan bahwa perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada wanita hamil meningkatkan dependency need /kebutuhan. Penelitian tersebut juga menunjukan kebutuhan akan perhatian yang lebih besar, keinginan memastikan bahwa bantuan yang dibutuhkan telah tersedia dan keinginan akan keterlibatan teman dan keluarga. Mensosialisasikan hidup sehat bagi ibu hamil. Suami istri perlu mendapatkan pelayanan antenatal yang tepat, pemeriksaan ini langkah penting demi kesehatan dan keselamatan istri dan anak

8 yang dikandung. Hal ini agar ibu yang sedang hamil terhindar dari anemia dan kekurangan Vit A (BKKBN, 2007). Perilaku ibu yang lebih mempercayai dukun bayi dalam proses pemeriksaan kehamilan juga berperan penting dalam mempengaruhi kunjugan antenatal care. Kepercayaan ibu terhadap keterampilan dukun bayi berkaitan dengan sistem nilai budaya yang ada di masyarakat dimana dukun bayi diperlakukan sebagai tokoh masyarakat setempat sehingga memiliki potensi dalam pelayanan kesehatan. Berdasarkan data kunjungan antenatal care di puskesmas pembantu (pustu) di desa Payatusam terdapat 58 ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya namun setelah dilakukan wawancara oleh peneliti terhadap 5 ibu hamil yang menyatakan bahwa selain berkunjung ke pustu, mereka tetap memeriksakan kehamilannya pada dukun bayi tanpa adanya tentangan dari suami. Ibu mengatakan lebih sering memeriksakan kehamilannya pada dukun bayi daripada tenaga kesehatan yang ada di daerah tersebut karena letak puskesmas yang berada ± 5 km dari rumah warga, jumlah bidan yang berpengalaman 1 orang dan 2 orang bidan muda serta ibu hamil berpendapat bahwa jika ibu hamil melakukan pemeriksaan ke dukun bayi maka dapat mencegah terjadinya perdarahan pada saat persalinan, dapat memperbaiki letak janin dalam kandungan dan mencegah terjadinya kematian janin dalam kandungan. Sedangkan setelah melakukan pemeriksaan pada dukun bayi ibu hamil sering mengeluhkan sakit dibagian perut ± 2 hari. Menurut penelitian Devi (2009) dengan responden sebagian besar berusia 20-35 tahun, tingkat pendidikan rendah yaitu tidak sekolah, madrasah dan hanya

9 sampai pada tingkat SD, pekerjaan sebagai petani dan pola tempat tinggal tergolong keluarga luas. Pengaruh budaya seputar kehamilan masih cukup kuat sehingga mereka lebih percaya dukun dari pada anjuran petugas kesehatan (dokter dan bidan) dalam perawatan kehamilan. Pada persalinan, mereka masih memilih dukun karena bersalin ke bidan dianggap persalinan yang susah atau sulit. Hasil penelitian Wahyuni (2013) di Desa Galang daerah Pontianak juga menunjukkan selain rutin memeriksakan kehamilan di posyandu masyarakat juga menggunakan jasa dukun baik dalam perawatan kehamilan maupun menolong persalinan. Menurut mereka akan lebih mudah melahirkan di dukun jika sudah tiba waktu persalinan karena selain dukun bayi mengetahui umur kandungan melalui urut (pijatan) saat bulan pertama ibu hamil dan melalui pemijatan pula dukun bayi dapat memperbaiki posisi janin atau kandungan yang bermasalah, pada bulan-bulan seterusnya seperti yang dirasakan ibu hamil pada umumnya sehingga bayi mudah dilahirkan. Melihat permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pemeriksaan Antenatal Care Di Desa Paya Tusam Kecamatan Wampu Kabupaten Langkat Tahun 2014. 1.2. Permasalahan Melihat data yang diperoleh dari ibu hamil yang mengatakan masih menggunakan jasa dukun bayi dalam memantau kehamilannya dan dengan memperhatikan latar belakang yang telah diuraikan di atas yang menjadi masalah

10 pada penelitian ini adalah : Bagaimana Pemeriksaan Antenatal Care di Desa Paya Tusam Kecamatan Wampu Tahun 2014. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam bagaimana pemeriksaan antenatal care di Desa Paya Tusam Kecamatan Wampu Tahun 2014. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi puskesmas untuk meningkatan sosialisasi pada ibu hamil dan suami untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan ANC. 2. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan agar melakukan sosialisasi dan promosi tentang perlunya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan pada masa kehamilan. 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang melanjutkan penelitian ataupun melakukan penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini.