BAB I PENDAHULUAN. kredit. Instrumen yang digunakan adalah bunga (interest). Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar (medium of exchange),

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. Bank syari ah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB I PENDAHULUAN. disetujuinya UU No. 10 Tahun Undang-Undang tersebut mengatur

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

A. Analisis Mekanisme Angsuran Usaha Kecil dengan Infaq Sukarela pada Bantuan Kelompok Usaha Mandiri di Yayasan Dana Sosial Al Falah Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa pembayaran serta peredaran uang

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan Islam sekarang ini telah dikenal luas di belahan dunia

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI RIGHT ISSUE DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI NASABAH RENTENIR TENTANG QARD} PADA PRAKTIK RENTENIR DI DESA BANDARAN KECAMATAN BANGKALAN

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

BAB I PENDAHULUAN. lembaga tersebut mencakup bagian dari keseluruhan sistem sosial masyarakat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PROSEDUR DAN APLIKASI PERFORMANCE BOND DI BANK BUKOPIN SYARIAH CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. krisis moneter. Lebih dari itu, lembaga keuangan syariah ini diharapkan mampu membawa

BAB I PENDAHULUAN. yang menerapkan prinsi-prinsip ekonomi yang didasarkan pada nilai-nilai Islam

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat pada grafik pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan, baik konvensional maupun syariah, berperan dalam segi. ekonomi dan keuangan. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

s}ahibul ma>l. Yang digunakan untuk simpanan dengan jangka waktu 12 (dua belas)

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi. Memiliki rumah sendiri adalah idaman semua orang, bahkan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. juga aspek ekonomi. Dalam aspek ekonomi Islam melarang adanya praktek. menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. rizki guna memenuhi kebutuhan kehidupannya. Agama telah menganjarkan

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi perbandingan penerapan..., Budi Setiawan, Program 1 Pascasarjana, Universitas 2008 Indonesia

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB II LANDASAN TEORI. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian kaum muslimin, pembiayaan

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV STOCK INDEX FUTURE TRADING DI CENTRAL CAPITAL FUTURES DALAM PERSPEKTIF MADZHAB SYAFI I

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan perbankan syariah sistem pembiayaan mudharabah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama universal yang mempunyai sekumpulan aturan dan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2001). Pasar modal memegang

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting didunia

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam beberapa tahun terakhir ini. Praktek perbankan Islam sebagai alternatif

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI FUTURES GRAHA PENA SURABAYA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PETANI TAMBAK KEPADA TENGKULAK DI DUSUN PUTAT DESA WEDUNI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai transaksi yang berhubungan dengan keuangan. Begitu pentingnya dunia

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

monay, dalam perbankan dan pembolehan sepekulasi menyebabkan penciptaan uang

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menjalankan sebuah kegiatan perekonomian suatu negara yang

BAB V PEMBAHASAN. ketahui hasil nya adalah sebagai berikut: Indonesia pada Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada dan dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

mura>bahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Khairunisa, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. Sistem perbankan di Indonesia didominasi oleh sistem bunga. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan Al-Qur an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Qur an dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi konvensional telah menjadikan uang sebagai komoditas, sehingga keberadaan uang saat ini lebih banyak diperdagangkan dari pada digunakan sebagai alat tukar dalam perdagangan. Lembaga perbankan konvensional juga menjadikan uang sebagai komoditas dalam proses pemberian kredit. Instrumen yang digunakan adalah bunga (interest). Uang yang memakai instrumen bunga telah menjadi lahan spekulasi bagi banyak orang di muka Bumi ini. Kesalahan konsepsi itu berakibat fatal terhadap krisis hebat dalam perekonomian sepanjang sejarah, khususnya sejak awal abad 20 sampai sekarang. Ekonomi berbagai negara di belahan Bumi ini tidak pernah lepas dari terpaan krisis dan ancaman krisis berikutnya pasti akan terjadi lagi. Islam memandang uang hanya sebagai alat tukar (medium of exchange), bukan sebagai barang dagangan (komoditas) yang diperjual belikan. Ketentuan ini telah banyak dibahas ulama seperi Ibnu Taymiyah, Al-Ghazali, Al-Maqrizi, Ibnu Khaldun dan lain-lain. Hal dipertegas lagi Choudhury dalam bukunya Money in Islam: a Study in Islamic Political Economy, bahwa konsep uang tidak diperkenankan untuk diaplikasikan pada komoditi, sebab dapat merusak kestabilan moneter sebuah negara. 1

2 Islam tidak mengenal adanya system money demand for speculation, karena spekulasi tidak diperbolehkan. Islam menjadikan harta sebagai obyek zakat. Uang adalah milik masyarakat, sehingga menimbun uang dan tidak menggunakannya untuk kegiatan produktif adalah dilarang, karena hal itu berarti mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Dalam pandangan Islam, uang adalah flow concept, oleh karenanya harus selalu berputar dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam perekonomian, maka akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan semakin baik perekonomian. Bagi mereka yang tidak dapat memproduktifkan hartanya, Islam menganjurkan untuk melakukan investasi dengan prinsip Musya>rakah atau Mudha>rabah, yaitu bisnis dengan bagi hasil. Bila tidak ingin mengambil resiko karena ber-musyar>akah atau ber-mudha>rabah, maka Islam sangat menganjurkan untuk melakukan Qard yaitu meminjamkannya tanpa imbalan apapun karena meminjamkan uang untuk memperoleh imbalan adalah riba. Motif permintaan akan uang adalah untuk memenuhi kebutuhan transaksi (money demand for transaction), bukan untuk spekulasi. Islam juga sangat menganjurkan penggunaan uang dalam pertukaran, karena Rasulullah telah menyadari kelemahan dari salah satu bentuk pertukaran di zaman dahulu yaitu barter (bai' al muqayyadah), di mana barang saling dipertukarkan. Rasulullah Saw juga menyadari akan kesulitan-kesulitan dan kelemahan - kelemahan akan sistem pertukaran ini, lalu beliau ingin menggantinya dengan sistem pertukaran melalui

uang, oleh karena itu beliau menekankan kepada para sahabat untuk menggunakan uang dalam transaksi-transaksi mereka 1. 3 Islam juga tidak mengenal konsep time value of money, tetapi Islam mengenal konsep economic value of time yang artinya bahwa yang bernilai adalah waktunya itu sendiri. Islam memperbolehkan pendapatan harga tangguh bayar lebih tinggi dari pada bayar tunai. yang lebih menarik adalah dibolehkannya penetapan harga tangguh yang lebih tinggi itu sama sekali bukan disebabkan time value of money, namun karena semata-mata karena ditahannya aksi penjualan barang 2. Berkat perjuangan panjang yang tak kenal lelah, kehadiran lembaga keuangan berasaskan syariah Islam mulai mendapatkan tempat di Indonesia sejak sekitar awal tahun 1990-an. Lebih jauh dari itu, perkembangan selanjutnya, secara kelembagaan terjadi variasi yang disebabkan oleh adanya hambatan ketentuan yuridis formal, sementara gairah dan usaha mengembangkan ekonomi syariah terutama disektor pembiayaan, maka lahirlah variasi baru dalam bagian Lembaga Keuangan Bank yang berorientasi pada pembiayaan dan menggunakan Prinsip syariah yaitu Bank Pembiayaan Rakyat Syariah atau yang lebih dikenal dengan BPRS. Keberadaan perbankan syariah di tengah-tengah aktivitas perekonomian sebagai alternatif dari perbankan konvensional merupakan suatu hal yang cukup 1 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga. Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2003), 15. 2 Ibid, 23.

4 positif. Masyarakat muslim telah mendapatkan solusi atas permasalahan yang terkait dengan fatwa MUI tentang pengharaman bunga bank. Termasuk yang sering muncul ke permukaan adalah produk jual beli seperti Produk Mura>bahah. 3 Pembiayaan Mura>bahah sampai saat ini masih merupakan pembiayaan yang dominan bagi perbankan syari'ah di dunia. Akad Mura>bahah merupakan akad jual beli barang pada harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati, yang sesuai dengan hukum Islam tentang Halalnya Jual Beli dan Larangan Riba dalam Al qur an disebutkan: ي ا ا ي ه ا ال ذ ين ا م ن وا ل ت أك ل وا ا م و ال ك م ب ي ن ك م ب ال ب اط ل ال أن ت ك و ن ت ار ة ع ن ت ر ا ض م ن ك م Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. 4 و أ خ ل الل ا لب ي ع و ح ر م الر ب ا Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. 5 3 Muhammad Syafi i Antonie, Bank Syariah (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), 86 4 Al Quran Surat An-Nisa ayat 29. 5 Al Quran Surat Al-Baqoroh Ayat 275.

5 Selanjutnya, akibat transaksi jual beli Mura>bahah menyebabkan timbulnya piutang Mura>bahah. Karena adanya penangguhan pembayaran ini menimbulkan kesan bahwa pembiayaan Mura>bahah tidak berbeda dengan pemberian kredit berbunga oleh bank konvensional. Di dalam debt financing (pembiayaan hutang) bank konvensional ada beberapa unsur seperti adanya pre fixed interest (bunga) yang ditetapkan di awal peminjaman, bunga tersebut muncul akibat dari penundaan pembayaran dan wujudnya spekulasi. Kalau dalam konvensional ada pre-fixed interest, maka di dalam Mura>bahah ada pre-fixed profit (suatu penetapan tambahan), dan penambahan itu juga disebabkan karena adanya unsur penundaan pembayaran. Unsur spekulasi terhadap perubahan base landing rate (suku bunga) telah dihilangkan dengan memakai fixed rate (nilai mark up yang tetap) 6. Pada sisi lain secara umum dalam proses penerapan prinsip kehati-hatian, bank sebelum mengelontorkan pembaiayaan termasuk pembiayaan Mura>bahah pada pihak ketiga atau nasabah, sering menggunakan konsep pembiayaan Prinsip 5 C, yaitu Charakter, Capacity, Capital, condition of Economy, dan Collateral ( Agunan) 7. Agunan atau yang lebih dikenal sebagai agunan adalah harta benda milik debitur atau pihak ketiga yang diikat sebagai alat pembayar jika terjadi wanprestasi terhadap pihak ketiga. Agunan dalam pembiayaan memilki dua fungsi yaitu Pertama, untuk pembayaran hutang seandainya terjadi waprestasi atas pihak ketiga yaitu dengan jalan menguangkan atau menjual Agunan tersebut. Kedua, 6 Abdullah Saeed. Bank Islam dan Bunga, 43. 7 Muchdarsyah Sinungun, Manajemen Dana Bank (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2000), 242.

6 sebagai akibat dari fungsi pertama, atau sebagai indikator penentuan jumlah pembiayaaan yang akan diberikan kepada pihak debitur. Pemberian jumlah pembiayaan tidak boleh melebihi nilai harta yang dijaminkan. Agunan dalam pengertian yang lebih luas tidak hanya harta yang ditanggungkan saja, melainkan hal-hal lain seperti kemampuan hidup usaha yang dikelola oleh debitur. Untuk Agunan jenis ini, diperlukan kemampuan analisis dari officer pembiayaan untuk menganalisa circle live usaha debitur serta penambahan keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan pembiayaan yang telah diberikan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. 8 Perbankan syariah, dalam hal ini termasuk adalah BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur yang terletak di pusat kota Lamongan Jawa Timur Provinsi Jawa Timur, tepatnya di jalan Lamongrejo No.77 kota Lamongan Jawa Timur yang selanjutnya akan menjadi obyek penelitian penulis, dalam perjalananya telah menerapkan beberapa produk pembiayaan, termasuk Pembiayaan Mura>bahah, yang mana dalam praktiknya BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur mengklasifikasikan agunan pembiayaan Mura>bahah kedalam dua kategori, yaitu Pembiayaan Mura>bahah dengan Agunan Umum dan Agunan Surat Keputusan (Surat Keputusan), yang dimaksud Agunan Umum disini adalah jenis Agunan yang berlaku sebagaimana Umumnya, sesuai yang disebutkan dalam Undang-undang yang berlaku diantaranya adalah Pengertian Agunan terdapat dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 8 Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi Perbankan syariah (Jakarta : Zikrul Hakim, 2003), 139

februari 1991, yaitu: "suatu keyakinan kreditur.bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan". 9 7 Sedangkan pengertian agunan diatur dalam Pasal 1 angka 23 UU No. 10 Tahun 1998, yaitu: "Agunan pokok yang diserahkan debitur dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari'ah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia" 10. Jadi, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dari Agunan (menurut Pasal 1 angka 23 UU No. 10 Tahun 1998), yaitu: 1. merupakan Agunan tambahan. 2. diserahkan oleh nasabah debitur kepada bank/kreditur. 3. untuk mendapatkan fasilitas kredit/pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari'ah. Menurut Prof. soebekti Agunan yang baik dapat dilihat dari keberadanya : 11 1. Dapat membantu memperoleh pembiayaan bagi pihak ketiga 2. Tidak melemahkan potensi pihak ketiga untuk menerima pembiayaan guna menerusurat Keputusan usahanya. 3. Memberikan kepastian kepada bank untuk mengeluarkan pembiayaan dan mudah diuangkan apabila terjadi wanprestasi. Sedangkan Kategori Agunan yang kedua yang diterapkan dalam Pembiayaan Mura>bahah oleh BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur ialah 9 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991 10 UU No. 10 Pasal 1 angka 23 Tahun 1998 11 Prof Soebekti, Jaminan-Jaminan untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung: Alumni), 29.

Agunan Surat Keputusan (SK ), dan memang dalam praktinya tidak lazim dipakai oleh lembaga keuangan syariah lainya, yang dimaksud dengan Surat Keputusan 8 ini adalah Surat Keputusan khusus tenaga Pendidik atau Pengajar yang dikeluarkan oleh Lembaga atau Yayasan yang telah melakukan MoU atau kerjasama dengan BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur, sederhananya apabila suatu lembaga atau yayasan telah melakukan kerjasama dengan BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur maka seluruh tenaga pendidik atau karyawan yang berada dalam lingkungan tersebut dapat mengajukan pembiayaan Mura>bahah cukup dengan menggunakan Agunan Surat Keputusan dari Lembaga atau Yayasan tersebut. Sementara dari sisi yang lain keberadaan jenis Agunan telah diatur oleh undang-undang baik undang-undang BI, OJK maupun peraturan yang dikeluarkan oleh DSN (Dewan Syariah Nasional) secara spesifik sama sekali tidak ada yang menyebutkan Surat Keputusan dari Lembaga atau Yayasan tertentu dapat dijadikan sebagai suatu jenis Agunan. Lain halnya jika Surat Keputusan tersebut dikategorikan sebagai Surat berharga, akan tetapi hal ini akan bertentangan dengan pendapat yang mengatakan bahwa Agunan/Agunan yang baik adalah jika dapat Memberikan kepastian kepada Bank untuk mengeluarkan pembiayaan dan mudah diuangkan apabila terjadi wanprestasi. Sebab jika dilihat dari jenis kekuatan Agunan berupa Surat Keputusan, tentu ketika terjadi wanprestasi maka akan terlalu sulit jika harus menilai dan merubah Surat Keputusan tersebut menjadi Uang riil untuk menutupi pembiayaan yang telah dikeluarkan oleh BPRS Madinah ataupun Lembaga keuangan Syariah yang lain yang menggunakan

9 sistem semacam ini jika memang ada. Namun dari penelitian penulis diantara beberapa lembaga keuangan syariah baik bank ataupun non bank lebih khususnya didaerah Lamongan Jawa Timur seperti Bank Muamalat, KSPPS BMT Ben Iman, Mandiri Sejahtra, Bina Umat Sejahtera, dan lain sebagainya, penulis belum menemukan seperti yang diterapkan oleh BPRS Madinah dalam hal Keberadaan Surat Keputusan sebagai Agunan Pembiayaan Mura>bahah. Sudut pandang lain yang menarik dalam BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur dan tentunya masih berkesinambungan dengan masalah ini adalah tentang penetapan Margin. Margin yang ditetapkan oleh Lembaga Keuangan Syariah memang variatif, yang pastinya hal tersebut merupakan suatu kebijakan masingmasing lembaga. Sedikit dalam lagi Agunan Surat Keputusan diatas ternyata mempunyai nilai lebih dalam hal persentase Margin, yakni jika pembiayaan produk Mura>bahah pada Nasabah yang Menggunakan Agunan Surat Keputusan maka margin yang ditetapkan oleh BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur adalah 1,5 % dengan berbagai persyaratan yang telah ditentukan oleh BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur termasuk adalah mengenai variasi Platfon Pembiayaan pada setiap nasabah dengan melihat kondisi lembaga tertentu. Sementara untuk Nasabah yang Menggunakan Agunan Umum adalah 1,75%. 12 Dengan kata lain bahwasanya margin Jenis agunan Surat Keputusan lebih rendah daripada jenis agunan pada umumnya, dan tentunya dalam kasus ini dapat dipastikan bahwa nasabah dengan agunan Surat Keputusan lebih istimewa dan 12 Hasil Wawancara dengan Direktur Marketing pada tanggal 18 Januari 2017 di BPRS Madinah Lamongan.

10 lebih untung dibandingkan dengan nasabah yang menggunakan Agunan Umum, juga tentu akan banyak lembaga yang tertarik untuk bekerjasama dengan BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur karena adanya Sistem perbedaan Margin yang diterapkan. Sebagaimana data sementara yang penulis dapat bahwasanya kurang lebih sudah sekitar 100 lebih Lembaga yang telah terdaftar sebagai rekanan kerjasama dengan BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur 13. dari fenomena atau kasus ini tentu terdapat suatu pengertian bahwa penentuan margin pada suatu produk pembiayaan sangat berhubungan erat dengan jenis agunan yang diikutsertakan, sementara nilai Agunan Surat Keputusan sendiri tentu sangat sulit untuk direpresentasikan, serta risiko Pembiayaan macet ataupun Wanprestasi sangatlah rentan terjadi, akan tetapi hal ini (sistem pembiayaan dengan Agunan Surat Keputusan ) dapat dan telah berlaku serta menjadi salah satu produk Unggulan BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur. Berdasarkan uraian di atas dan mengingat betapa pentingnya suatu proses penetapan profit margin pada produk Pembiayaan Mura>bahah beserta keberadaan jenis Agunan, maka dirasa perlu penulis mengadakan penelitian dengan mengambil judul Penetapan Profit Margin Pada Produk Pembiayaan Mura>bahah dengan Agunan Umum dan Agunan Surat Keputusan (Studi Kasus pada BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur Jawa Timur ). 13 Hasil Wawancara dengan Direktur Marketing pada tanggal 18 Januari 2017 di BPRS Madinah Lamongan.

11 B. Identifikasi dan batasan Masalah Penelitian diharapkan tetap dalam lingkup pembahasan dan analisis yang dilakukan jelas, oleh karena itu perlu dilakukan pembatasan ruang lingkup dan pembahasan dalam penelitian. Adapun batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aspek yang dianalisis dibatasi pada Prosedur dan Proses Penetapan Profit Margin Pembiayaan Mura>bahah dengan Agunan Umum dan Agunan Surat Keputusan. 2. Jenis Agunan yang dianalisis meliputi Agunan Umum dan Agunan Surat Keputusan. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Prosedur dan Proses Penetapan Profit Margin Pembiayaan Mura>bahah yang diterapkan Oleh BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur pada Pembiayaan Mura>bahah dengan Agunan Umum? 2. Bagaimana Prosedur dan Proses Penetapan Profit Margin Pembiayaan Mura>bahah yang diterapkan Oleh BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur pada Pembiayaan Mura>bahah dengan Agunan Surat Keputusan?

12 3. Apa faktor yang menimbulkan perbedaan Margin antara Pembiayaan Mura>bahah dengan Agunan Umum dan Surat Keputusan di BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur? D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Prosedur dan Proses Penetapan Profit Margin yang diterapkan Oleh BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur pada Pembiayaan Mura>bahah dengan Agunan Umum. 2. Untuk mengetahui Prosedur dan Proses Penetapan Profit Margin yang diterapkan Oleh BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur pada Pembiayaan Mura>bahah dengan Agunan Surat Keputusan. 3. Untuk mengetahui faktor yang menimbulkan perbedaan Margin antara Pembiayaan Mura>bahah dengan Agunan Umum dan Surat Keputusan di BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur. E. Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini penulis berharap ada beberapa manfaat yang dihasilkan baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis, yaitu: 1. Kegunaan Teoritis : Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang bermanfaat bagi Teori Penetapan Margin pada Lembaga Keuangan Syariah yang akhir-akhir ini makin banyak memperoleh

13 kajian dari berbagai disiplin ilmu baik melalui kajian teoritis maupun melalui kajian riset di bidang terapan. 2. Kegunaan Praktis : Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat merefleksikan Keadaan riil dalam wilayah praktisi, dan tidak kalah pentingnya bahwa penelitian ini pada umumnya dapat memperkaya hasil penelitian pada dunia praktisi dan khususnya pada BPRS Madinah Lamongan Jawa Timur. F. Sistematika Pembahasan BAB I Pendahuluan, dalam bab ini peneliti menguraikan latar belakang penelitian, serta fokus penelitian tujuan serta kegunaan penelitian ini. Latar belakang akan membahas mengenai seluk beluk masalah serta fenomena yang terjadi dilapangan, sehingga memperkuat alasan mengapa fenomena tersebut harus diteliti. Sedangkan fokus penelitian akan mengetangahkan ruang lingkup dan batas-batas penelitian. Kemudian, tujuan dan kegunaan disajikan sebagai dasar kebutuhan penelitian yang dilakukan. BAB II Tinjauan Pustaka, pada bagaian ini, akan mengulas secara rinci terkait fokus dan pembahasan pada Tesis ini. Pengulasan tersebut dijabarkan dari kerangka pemikiran sebagai ulasan yang lebih luas mengenai hal-hal yang menjadi panduan dalam lingkup teori. Selain itu bab ini juga akan membahas mengenai teori-teori yang mendukung maupun yang kontradiktif dari fenomena yang terjadi di lapangan.

14 BAB III Metode Penelitian, bagian ini membahas mengenai metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, pada bagaian juga akan membahas mengenai objek penelitian dengan rinci. BAB IV Pembahasan ( Penyajian dan Analisis Data ), bab ini merupakan inti dari penelitian ini, yang akan memaparkan beragam temuan serta fakta yang terjadi di lapangan. Melalui data-data yang diperoleh dengan metode Studi Kasus, dengan teknik pengumpulan data, yang mendukung, yakni wawancara, dokumentasi serta data-data yang bersumber dari kepustakaan. BAB V Penutup, pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan dari penelitian, selain itu bab ini juga akan memberikan saran untuk penelitian berikutnya serta saran kepada lembaga atau tempat penelitian dilakukan, sehingga memiliki manfaat secara praktis pula.