KECEMASAN KELUARGA PASIEN YANG DIRAWAT DI RUANG ICU Ira Rahmawati 1, Riri Maria 2 1. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI), Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat 16424 2. Departemen Keperawatan Medikal Bedah (KMB) FIK UI, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat 16424 E-mail: ira_abdullah_9@yahoo.com Abstrak Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan Keadaan khawatir,gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya gambaran kecemasan keluarga pasien saat menunggu anggota keluarga yang sedang dirawat di icu. Metodelogi yang digunakan adalah total sampling dari penelitian ini, yaitu keluarga yang mempunyai hubungan inti dengan pasien. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian sebanyak 33 orang. Hasil dari penelitian ini adalah dapat terpotret gambaran kecemasan pada keluarga pasien di icu. Kata kunci: cemas, keluarga, ICU Abstract The state of worry, anxiety, fear, unrest accompanied by various physical complaints. That situation can occur in various situations of life and pain disorders. This study aimed to know the overview of the family s member anxiety while waiting patient who are being treated in the ICU. Methodology of this study used total sampling. The core families who have a relationship with the patient. The total respondents in the study as many as 33 people. The results of this study to photographed the overview of family s anxiety of the patients in the ICU. Keywords: anxiety, family, ICU Pendahuluan Keluarga dan perannya saat menunggu keluarga di Intensive Care Unit bisa dibilang cemas, hal ini dikarenakan jam besuk di ruangan intensif yang terbatas, keadaan pasien yang tidak stabil serta keadaan ruang tunggu yang berfasilitas minim untuk keluarga pasien menambah kecemasan keluarga. Unit perawatan intensif (ICU) adalah tempat perawatan khusus untuk pasien dan hal ini dapat menimbulkan
2 kecemasan bagi anggota keluarga pasien, terutama jika mereka menunggu keluarga tercinta yang sedang berada pada tingkat risiko untuk kematian. Keluarga mereka tersebut sakit akut, dibius, dan harus dilakukan beberapa intervensi yang kompleks. Beban yang harus di tanggung adalah anggota keluarga pasien akan menjadi pembuat keputusan pengganti dan pendukung bagi pasien, semua keluarga mempersiapkan potensi kerugian yang akan dialami oleh keluarga yang dicintai, menempatkan banyak beban pada keluarga, sulit meninggalkan keluarga untuk beraktifitas seperti biasanya. Akibatnya, banyak anggota keluarga mengalami gejala psikologis selama pengalaman ICU, yang paling sering adalah kecemasan (Jennifer et al, 2012) Menjadi anggota keluarga merupakan tanggung jawab yang besar dan dirasa cukup berat selama perawatan di ICU: keputusan yang sulit, perasaan tidak mampu, meskipun upaya terbaik keluarga. (Karin et al, 2002) hal itu yang bisa dirasakan oleh keluarga selama salah satu anggota keluarganya dirawat di ICU. Ketidakpastian tentang prognosis pasien, keputusan yang dilakukan keluarga sebelum kondisi terminal, apa yang diharapkan selama perawatan di ICU, dan besarnya penderitaan pasien dan keluarga yang menunggu di unit perawatan intensif (karin et al, 2002), termasuk di dalamnya beban biaya yang harus ditanggung oleh keluarga pasien. Karena itu dapat menambah cemas para keluarga yang menunggu anggota keluarganya yang sedang sakit di ICU. Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Melalui metode ini peneliti ingin mengetahui gambaran kecemasan keluarga saat menunggu anggota pasien di ICU. Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yaitu kuisioner. kuisioner yang peneliti
3 gunakan adalah angket tertutup, dimana kemungkinan jawabannya sudah ditentukan oleh peneliti dan responden tidak diberikan alternatif jawaban lain. Kuesioner yang diberikan berupa pertanyaan yang terdiri dari gambaran kecemasan keluarga saat menunggu di ICU. Pertanyaan berkisar di ruang lingkup kecemasan. Hasil Penelitian 1. Menurut Usia, Jenis Kelamin dan Status Pernikahan Tabel 1. Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pasien ICU di RS.Ciptomangunkusumo Variabel Kategori Frekuensi (%) Usia > Mean 40 16 48,5 (Tahun) < Mean 40 17 51,5 Total - 33 100 Jenis Laki-laki 9 27,3 Kelamin Perempuan 24 73,7 Total - 33 100 Status Penika- Han Menikah 28 84,8 Belum menikah 5 15,2 Menurut tabel 1 diatas frekuensi usia dibawah 40 tahun menunjukkan angka yang lebih kecil dibandingkan frekuensi angkan usia diatas 40 tahun, yaitu sebesar 51,5%. Sedangkan frekuensi menurut jenis kelamin yang terbagi atas laki-laki frekuensi sebesar 27,3% dan perempuan menunjukkan angka 73,7%. Status pernikahan menunjukkan angka menikah 84,8% dan belum menikah menunjukkan angka sekitar 15,2%. 2. Status Pendidikan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Menurut Status Pendidikan Keluarga Pasien Icu di Rs. Ciptomangunkusumo Variabel Kategori Frekuensi (%) Status Perguruan 14 42,4 Pendidikan Tinggi SMA 16 48,5 SMP 3 9,1 Lain-lain 0 0 Hasil persentase menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SMA paling banyak dengan persentase 48,5%. Dan perguruan tinggi sebanyak 42,4%.
4 3. Hubungan Keluarga Responden Dengan Pasien Table 3. Distribusi Frekuensi Menurut Hubungan Keluarga Responden Dengan Pasien Di ICU RS. Ciptomangunkusumo Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Hubungan Ayah/Ibu 11 11,5 dengan pasien Istri 10 30,3 Anak 6 18,2 Saudara Kandung 6 18,2 Dari persentase terlihat bahwa keluarga penunggu pasien di ICU di dominasi oleh ibu-ibu sebanyak 30,3%. 4. Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Di ICU RS. Ciptomangunkusumo. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien Di ICU RS.Ciptomangunkusumo Variabel Kategori Frekuensi Persentase (%) Hubungan Ayah/Ibu 11 11,5 dengan pasien Istri 10 30,3 Anak 6 18,2 Saudara 6 18,2 Kandung Total 33 100 Dari data distribusi frekuensi diatas ditemukan bahwa tidak ada cemas di keluarga pasien yang sedang menunggu anggota keluarga yang sedang dirawat di ICU RS.Ciptomangunkusumo. angka persentase di temukan sebanyak 54,5%. Pembahasan Beradasarkan teori dari Stuart dan Sundeen faktor internal yaitu usia mempengaruhi tingkat kecemasan yang dihadapi oleh keluarga pasien yang sedang menunggu anggota keluarganya yang sedang di rawat di ICU. Faktor usia berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk keluarga yang sedang dirawat dan system adaptasi dalam diri tentang keputusan tersebut. Semakin bertambah usia semakin bertambah pula pengalaman seseorang untuk belajar akan arti kecemasan dan cara menggunakan koping untuk mengatasi perasaan cemas. Oleh karena itu usia dapat berhubungan dengan tingkat kecemasan seseorang. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan mempunyai kecemasan yang berbeda dalam memanagement stress dan cemas. Dari hasil penelitian didapat
5 laki-laki sebanyak 9 orang dengan frekuensi 27,3% dan perempuan 73,7%. 30,3%, anak 6 orang dan persentase 18,2%, dan saudara kandung 6 orang dengan persentase 18,2% Dari distribusi frekuensi didapatkan status pernikahan dengan status menikah yaitu 84,8% dengan jumlah responden sebanyak 28 orang, dan yang belum menikah sebanyak 5 orang dengan frekuensi 15,2%. Status pendidikan dengan kategori perguruan tinggi, SMA, SMP. Dengan jumlah frekuensi perguruan tinggi 14 orang dengan persentase 42,4, SMA dengan jumlah frekuensi 16 dan jumlah persentase 48,5%, SMP dengan jumlah frekuensi 3 orang dan persentase 9,1%. Faktor hubungan keluarga terhadap pasien yang sedang dirawat di ICU sangat berpengaruh terhadap kecemasan yang dihadapi oleh keluarga pasien. Kategori yang diteliti adalah ayah/ibu, istri, anak, saudara kandung. Dengan frekuensi dan persentase yang didapat adalah ayah/ibu berjumlah 11 orang dengan persentase 11,5%, istri dengan jumlah frekuensi 10 orang dan persentase Mengenai status hubungan keluarga responden dengan pasien, hal tersebut dapat dianalisa dengan memahami struktur dan fungsi keluarga. Menurut Setiadi (2008) berdasarkan Depkes RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang didalamnya dan tinggal dalam satu atap dengan hubungan saling ketergantungan. Selain itu, menurut Friedman dkk (2010), salah satu fungsi keluarga adalah fungsi afektif, dimana hal tersebut berhubungan dengan fungsifungsi internal keluarga dan dukungan psikososial para anggota keluarganya. Dengan meninjau definisi ini, kita dapat memahami bahwa di antara anggota keluarga yang tinggal dalam satu atap terdapat perasaan saling bergantung. Karena dalam peristiwa sehari-hari terdapat hubungan saling ketergantungan.
6 Selain itu, menurut Friedman dkk (2010), salah satu fungsi keluarga adalah fungsi afektif, dimana hal tersebut berhubungan dengan fungsifungsi internal keluarga dan dukungan psikososial para anggota keluarganya. Dengan meninjau definisi ini, kita dapat memahami bahwa di antara anggota keluarga yang mempunyai hubungan keluarga tinggal dalam satu atap terdapat perasaan saling bergantung. Karena dalam peristiwa sehari-hari. dukungan psikososial yang diberikan satu sama lain. Perasaan saling bergantung ini yang dapat menimbulkan rasa berduka yang besar jika kehilangan salah satu dari anggota keluarga. Ketakutan akan kehilangan orang yang selama ini menjadi tempat bergantung adalah hal yang dapat memicu kecemasan. Sementara bagi anggota keluarga yang tidak tinggal serumah, rasa bergantung kemungkinan tidak sebesar anggota yang tinggal serumah. Dengan demikian perasaan kecemasan yang dialami juga tidak sebesar anggota keluarga yang tinggal serumah. Tingkat kecemasan keluarga pasien di ICU ditemukan bahwa tidak ada cemas dengan persentase 54,5%, cemas ringan persentase 21,2%, cemas sedang 12,1%, berat 12,2%. Dari data di atas disimpulkan bahwa keluarga tidak ada cemas dalam menghadapi atau menunggu anggota keluarga yang sedang dirawat di ICU. Kesimpulan Dari hasil analisa data untuk melihat gambaran hubungan tingkat kecemasan keluarga pasien ICU, maka dapat disimpulkan bahwa kerakteristik demografi yang berhubungan dengan kecemasan keluarga pasien ICU adalah usia dan hubungan keluarga responden dengan pasien yang sedang dirawat di ICU. Referensi Asmadi (2008).Teknik Prosedural Keperawataan. Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Salemba Medika. Jakarta Brunner & Suddarth (1996). Text book of medical surgical nursing (third edition). Philadelphia: WB.Saunders Company. Calvin S. Hall. 1999. A Primer of Freudian Psychology. Plume Publisher
7 Daniel (2005). Nursing Fundamental Caring & Clinical Decision Making. Thomson Learning, Inc. United States of America. Friedmann, M., Bowden, V., dan Jones, E (2010).Keperawatan Keluarga, Riset, Teori, dan Praktek. Jakarta. EGC Tjakrawerdaya, D. 1987. Rasa Bersalah Sebagai Motif Mekanisme Difensi Pada Gangguan Cemas Secara Menyeluruh. Majalah Psikiatri Jiwa. Jakarta : Yayasan Kesehatan Jiwa Dharmawangsa Jujun S. Suriasumantri. (2003). Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Kiptiyah (2013).Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong. http://www.lib.ui.ac.id/unggah /?q=skripsi/12053. Diunduh pada tanggal 29 September 2013. Lazarus, Richard S. (1991). Progress on a cognitive-motivational-relational theory of Emotion. American Psychologist Miramis, W.F. (1995). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press Nursalam (2008).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan edisi 2. Salemba Medika. Jakarta Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Setiadi (2008).Konsep & Proses. Keperawatan Keluarga. Graha Ilmu. Yogyakarta. Stuart dan Sundeen (2009).Principles and Practice of Psychiatric Nursing.9th edition.elseveir : Mosby Inc. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Edisi X ; (Bandung : CV. Alfabeta, 2003) Suryabrata, Sumadi, 1986. Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV. Rajawali