BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor pariwisata mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut John Naisbit, pada abad ke 21 nanti pariwisata akan menjadi Globalization of The World`s Largest Industry. Akan banyak negara bergantung pada industri pariwisata sebagai sumber pajak dan pendapatan. Pariwisata Internasional pada tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar US$ 623 miliar. Kondisi tersebut meningkat 11% dari jumlah perjalanan tahun 2003 yang mencapai 690 juta orang dengan jumlah pengeluaran US 524$ miliar. Diperkirakan jumlah perjalanan wisata dunia tersebut akan mengalami tren peningkatan dan di tahun 2020 akan menembus 1,5 miliar orang pertahun. 1 Pariwisata nasional dalam konteks internasional juga memperlihatkan bahwa Indonesia berhasil dikunjungi sekitar 8,8 juta wisatawan pada tahun 2013. Jumlah ini meningkat dari kunjungan tahun-tahun sebelumnya sekitar 9,4% dan diharapkan akan terus tumbuh sejalan dengan tren peningkatan jumlah perjalanan wisatawan internasional. 2 Tabel 1.1 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Devisa (dalam milyar US $) No Sektor 2009 2010 2011 2012 2013* 1 Minyak dan Gas 19,02 28,04 41,48 36,98 23,85 2 Batu Bara 13,82 18,5 27,22 26,17 18,40 1 Yoeti, Oka A. 2006, Tours and Travel Marketing, CV Andi Offset, Yogyakarta 2 Tourism Barometer, WTO, 2013 1
Tabel 1.1 (Lanjutan) No Sektor 2009 2010 2011 2012 2013* 3 Minyak Kelapa Sawit 10,37 13,47 17,26 18,46 11,35 4 Pariwisata 6,3 7,60 8,55 9,12 7,35 5 Pakaian Jadi 5,74 6,6 7,80 7,30 3,81 6 Karet Olahan 4,87 9.31 14,26 10,39 7,08 7 Alat Listrik 4,58 6,34 7,36 6,49 4,82 8 Tekstil 3,60 4,72 5,56 5,28 3,95 Sumber : Kemenparekraf, 2014 Pada Tabel 1,1 menjelaskan mengenai besaran kontribusi pariwisata terhadap devisa negara. Pada tahun 2009 dan 2013 sektor pariwisata menempati peringkat ke 4 sedangkan pada tahun 2010,2011, dan 2012 menempati peringkat ke 5. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata tidak kalah dengan industri lain dalam kontribusinya meningkatkan devisa negara. Prospek yang sangat strategis sektor pariwisata tersebut tentu menjadi peluang yang sangat berarti bagi banyak negara termasuk kepariwisataan regional di wilayah Kabupaten Kulon Progo, sebagai sebuah kabupaten yang memiliki banyak kekayaan alam dan budaya yang sangat besar dan beragam. Pengembangan pariwisata tentu perlu mendapatkan perhatian serius, terarah dan profesional agar pengembangan dan pemanfaatan aset-aset pariwisata dapat memberi kontribusi signifikan dalam meningkatan pendapatan daerah. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu wilayah dari 5 Kabupaten/Kota di Provinsi DIY yang secara geografis wilayahnya dikelilingi pegunungan (Pegunungan Menoreh). Potensi pariwisata di wilayah ini sangat beragam mulai dari wisata alam, wisata sejarah, wisata religi, wisata budaya, desa wisata, hingga kuliner dan beragam wisata minat khusus lainnya. 2
Tabel 1. 2 Pendapatan Asli Daerah Dari Sub Sektor Pariwisata di Kulon Progo No Sumber 2010 2011 2012 1 Pajak Hotel dan Restaurat TAD TAD 482.303.069 2 Pajak Tontonan/Hiburan 14.921.600 TAD 3.856.000 3 Retribusi Objek Wisata 968.810.825 1.177.811.000 1.288.533.000 4 Retribusi Perijinan Usaha 450.361.069 TAD TAP Pariwisata 5 Retribusi Penggunaan Aset 176.793.100 TAD 23.195.700 Milik Pemda 1.610.886.594 1.177.811.000 2.110.851.769 TAD : Tidak Ada Data TAP : Tidak Ada Pungutan Pada tabel 1.2 menjelaskan mengenai besaran kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD daerah Kulon Progo. PAD Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 dari sektor pajak dan retribusi sebesar Rp 16.235.912.263,00. Artinya sektor pariwisata berkotribusi sekitar 12,5% terhadap pendapatan asli daerah. Tabel 1. 3 Jumlah Pengunjung ODTW di Kulon Progo Tahun 2012 NO OBWIS REALISASI 2012 Orang % Motor % Mobil % Bis/Truk % 1 P. Glagah 262,312 85% 77,605 24,607 171 2 P. Trisik 27,175 82% 7,357 1,945-3 W. Sermo 16,650 101% 6,172 940-4 P. Congot 26,453 68% 8,530 3,222 16 5 G. Kiskendo 3,440 57% - - - 6 Pc. Suroloyo 9,683 138% 4,160 129-7 Tanjungsari - 0% - - - JUMLAH 345,713 103,824 30,843 187 Data pada tabel 1.3 menunjukkan jumlah pengunjung Objek wisata di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2012. Dari data tersebut, realisasi yang terjadi tidak memenuhi target awal. Selain itu, terjadi kejanggalan pada data harian dari 3
hasil laporan tempat retribusi ODTW. Misalnya dari Pantai Glagah pada tahun bulan Januari hingga April tahun 2012 tidak ada kendaraan beroda 6 yang datang ke Pantai Glagah. Pihak Disbudparpora merasa hal ini janggal sehingga suatu hari mendatangi Pantai Glagah pada bulan Mei. Di sana mereka menemukan dua buah bus terparkir di dalam Objek wisata Pantai Glagah. Ketika laporan bulan Mei masuk, masih tidak ada data mengenai pemasukan dari bus. Selain Objek wisata yang telah dikenai tarif resmi masih terdapat banyak Objek wisata baru yang belum dikelola oleh Pemda Kulon Progo. Pemda Kulon Progo mengeluarkan Perda Kulon Progo mengenai retribusi Objek wisata nomor 8 Tahun 2013 (perubahan dari Perda Nomor 1 Tahun 2010) tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga supaya penerimaan retribusi pariwisata lebih efektif. Dengan perda ini, penarik retribusi telah memiliki dasar hukum dan tarif harga standart untuk menarik retribusi dari pengunjung pariwisata. Namun, Objek wisata yg dikenai retribusi Objek wisata dalam Perda No 8 Tahun 2013 hanya sebagian dari seluruh Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo. Objek wisata selain yang tercantum dalam Perda tersebut sementara masih dikelola masyarakat sekitar atau kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di desa-desa wisata yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Apabila Objek-Objek wisata ini telah dikelola oleh Pemda dan kemudian dikembangkan lebih lanjut tentu potensi ini dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Perkembangan pariwisata yang ada di Kabupaten Kulon Progo selama ini juga masih stagnan atau tidak ada perubahan. Kulon Progo menjadi daerah yang paling tertinggal dibandingkan kabupaten atau kota lain di wilayah Daerah Istimewa 4
Yogyakarta. Padahal, potensi yang ada di Kabupaten Kulon Progo tidak kalah dengan daerah-daerah lainnya. Kulon Progo memiliki bentang alam yang cenderung komplit, ada pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai. Potensi pariwisata ini sangat disayangkan apabila tidak dikembangkan lebih lanjut. Fenomena yang terjadi selama ini adalah Disparpora Kabupaten Kulon Progo tidak pernah bisa merealisasikan target pendapatan pariwisata dari sektor pariwisata. Pendapatan pariwisata di Kabupaten Kulon Progo tidak pernah mencapai 100%. Ketidakberhasilan ini tentunya terjadi karena dipengaruhi berbagai faktor dan penyebab. Oleh karena itu perlu adanya kajian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo sebagai evaluasi kebijakan retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana efektivitas retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas dari kebijakan retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk Penulis Menambah pengetahuan mengenai pengelolaan retribusi pariwisata di Kulon Progo dan sebagai syarat tugas akhir sebelum menyelesaikan pendidikan strata satu. 5
2. Untuk Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan evaluasi dan referensi bagi Disparpora dalam kebijakan retribusi pariwisata di Kulon Progo 3. Untuk masyarakat umum Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai objek wisata dan pengelolaan retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo. 6