BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Menurut John Naisbit, pada abad ke 21 nanti pariwisata akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menambah devisa negara. Hal tersebut tidak terlepas dari perkembangan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Yogyakarta adalah kota yang dikenal sebagai kota perjuangan, pusat

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG TARIF RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DAN OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, Bank Dunia dan World

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2010 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. seperti PBB, Bank Dunia, dan World Tourism Organization (WTO) telah mengakui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB III TINJAUAN KHUSUS Kawasan Outbound Training di Kabupaten Kulon Progo 3.1 TINJAUAN KONDISI UMUM KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

Bab i PENDAHULUAN. Tingkat II yaitu Kabupaten dan Kota dimulai dengan adanya penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. terpanjang kedua di dunia setelah Kanada (Sastrayuda, 2010). Bentang alam yang

PERAN DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATA PEMUDA DAN OLAHRAGA DALAM PENGEMBANGAN POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN KULON PROGO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam penyelenggaraan suatu negara hal ini untuk

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. dipandang sebagai pemenuhan terhadap keinginan (hasrat) mendapatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya kegiatan pariwisata dengan mendirikan organisasi-organisasi

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dikunjungi. Daerah Kabupaten Kulon Progo yang letaknya sangat

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta dan banyak memiliki potensi wisata walaupun semua

BAB I PENDAHULUAN. (Bratahkusuma dan Solihin, 2001:1). Menurut Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENGANTAR. segenap potensi yang dimiliki daerah untuk membangun dan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pengaruh penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang negatif. Dampak ini dapat dilihat dari ketidakmerataan

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

PENGELOLAAN OBJEK WISATA PANTAI CAROCOK PAINAN OLEH PEMERINTAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang ini semakin pesat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, sektor pariwisata mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut John Naisbit, pada abad ke 21 nanti pariwisata akan menjadi Globalization of The World`s Largest Industry. Akan banyak negara bergantung pada industri pariwisata sebagai sumber pajak dan pendapatan. Pariwisata Internasional pada tahun 2004 mencapai 763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar US$ 623 miliar. Kondisi tersebut meningkat 11% dari jumlah perjalanan tahun 2003 yang mencapai 690 juta orang dengan jumlah pengeluaran US 524$ miliar. Diperkirakan jumlah perjalanan wisata dunia tersebut akan mengalami tren peningkatan dan di tahun 2020 akan menembus 1,5 miliar orang pertahun. 1 Pariwisata nasional dalam konteks internasional juga memperlihatkan bahwa Indonesia berhasil dikunjungi sekitar 8,8 juta wisatawan pada tahun 2013. Jumlah ini meningkat dari kunjungan tahun-tahun sebelumnya sekitar 9,4% dan diharapkan akan terus tumbuh sejalan dengan tren peningkatan jumlah perjalanan wisatawan internasional. 2 Tabel 1.1 Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Devisa (dalam milyar US $) No Sektor 2009 2010 2011 2012 2013* 1 Minyak dan Gas 19,02 28,04 41,48 36,98 23,85 2 Batu Bara 13,82 18,5 27,22 26,17 18,40 1 Yoeti, Oka A. 2006, Tours and Travel Marketing, CV Andi Offset, Yogyakarta 2 Tourism Barometer, WTO, 2013 1

Tabel 1.1 (Lanjutan) No Sektor 2009 2010 2011 2012 2013* 3 Minyak Kelapa Sawit 10,37 13,47 17,26 18,46 11,35 4 Pariwisata 6,3 7,60 8,55 9,12 7,35 5 Pakaian Jadi 5,74 6,6 7,80 7,30 3,81 6 Karet Olahan 4,87 9.31 14,26 10,39 7,08 7 Alat Listrik 4,58 6,34 7,36 6,49 4,82 8 Tekstil 3,60 4,72 5,56 5,28 3,95 Sumber : Kemenparekraf, 2014 Pada Tabel 1,1 menjelaskan mengenai besaran kontribusi pariwisata terhadap devisa negara. Pada tahun 2009 dan 2013 sektor pariwisata menempati peringkat ke 4 sedangkan pada tahun 2010,2011, dan 2012 menempati peringkat ke 5. Hal ini menunjukkan bahwa pariwisata tidak kalah dengan industri lain dalam kontribusinya meningkatkan devisa negara. Prospek yang sangat strategis sektor pariwisata tersebut tentu menjadi peluang yang sangat berarti bagi banyak negara termasuk kepariwisataan regional di wilayah Kabupaten Kulon Progo, sebagai sebuah kabupaten yang memiliki banyak kekayaan alam dan budaya yang sangat besar dan beragam. Pengembangan pariwisata tentu perlu mendapatkan perhatian serius, terarah dan profesional agar pengembangan dan pemanfaatan aset-aset pariwisata dapat memberi kontribusi signifikan dalam meningkatan pendapatan daerah. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu wilayah dari 5 Kabupaten/Kota di Provinsi DIY yang secara geografis wilayahnya dikelilingi pegunungan (Pegunungan Menoreh). Potensi pariwisata di wilayah ini sangat beragam mulai dari wisata alam, wisata sejarah, wisata religi, wisata budaya, desa wisata, hingga kuliner dan beragam wisata minat khusus lainnya. 2

Tabel 1. 2 Pendapatan Asli Daerah Dari Sub Sektor Pariwisata di Kulon Progo No Sumber 2010 2011 2012 1 Pajak Hotel dan Restaurat TAD TAD 482.303.069 2 Pajak Tontonan/Hiburan 14.921.600 TAD 3.856.000 3 Retribusi Objek Wisata 968.810.825 1.177.811.000 1.288.533.000 4 Retribusi Perijinan Usaha 450.361.069 TAD TAP Pariwisata 5 Retribusi Penggunaan Aset 176.793.100 TAD 23.195.700 Milik Pemda 1.610.886.594 1.177.811.000 2.110.851.769 TAD : Tidak Ada Data TAP : Tidak Ada Pungutan Pada tabel 1.2 menjelaskan mengenai besaran kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD daerah Kulon Progo. PAD Kabupaten Kulon Progo tahun 2012 dari sektor pajak dan retribusi sebesar Rp 16.235.912.263,00. Artinya sektor pariwisata berkotribusi sekitar 12,5% terhadap pendapatan asli daerah. Tabel 1. 3 Jumlah Pengunjung ODTW di Kulon Progo Tahun 2012 NO OBWIS REALISASI 2012 Orang % Motor % Mobil % Bis/Truk % 1 P. Glagah 262,312 85% 77,605 24,607 171 2 P. Trisik 27,175 82% 7,357 1,945-3 W. Sermo 16,650 101% 6,172 940-4 P. Congot 26,453 68% 8,530 3,222 16 5 G. Kiskendo 3,440 57% - - - 6 Pc. Suroloyo 9,683 138% 4,160 129-7 Tanjungsari - 0% - - - JUMLAH 345,713 103,824 30,843 187 Data pada tabel 1.3 menunjukkan jumlah pengunjung Objek wisata di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2012. Dari data tersebut, realisasi yang terjadi tidak memenuhi target awal. Selain itu, terjadi kejanggalan pada data harian dari 3

hasil laporan tempat retribusi ODTW. Misalnya dari Pantai Glagah pada tahun bulan Januari hingga April tahun 2012 tidak ada kendaraan beroda 6 yang datang ke Pantai Glagah. Pihak Disbudparpora merasa hal ini janggal sehingga suatu hari mendatangi Pantai Glagah pada bulan Mei. Di sana mereka menemukan dua buah bus terparkir di dalam Objek wisata Pantai Glagah. Ketika laporan bulan Mei masuk, masih tidak ada data mengenai pemasukan dari bus. Selain Objek wisata yang telah dikenai tarif resmi masih terdapat banyak Objek wisata baru yang belum dikelola oleh Pemda Kulon Progo. Pemda Kulon Progo mengeluarkan Perda Kulon Progo mengenai retribusi Objek wisata nomor 8 Tahun 2013 (perubahan dari Perda Nomor 1 Tahun 2010) tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga supaya penerimaan retribusi pariwisata lebih efektif. Dengan perda ini, penarik retribusi telah memiliki dasar hukum dan tarif harga standart untuk menarik retribusi dari pengunjung pariwisata. Namun, Objek wisata yg dikenai retribusi Objek wisata dalam Perda No 8 Tahun 2013 hanya sebagian dari seluruh Objek wisata yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo. Objek wisata selain yang tercantum dalam Perda tersebut sementara masih dikelola masyarakat sekitar atau kelompok sadar wisata (Pokdarwis) di desa-desa wisata yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Apabila Objek-Objek wisata ini telah dikelola oleh Pemda dan kemudian dikembangkan lebih lanjut tentu potensi ini dapat meningkatkan pendapatan asli daerah. Perkembangan pariwisata yang ada di Kabupaten Kulon Progo selama ini juga masih stagnan atau tidak ada perubahan. Kulon Progo menjadi daerah yang paling tertinggal dibandingkan kabupaten atau kota lain di wilayah Daerah Istimewa 4

Yogyakarta. Padahal, potensi yang ada di Kabupaten Kulon Progo tidak kalah dengan daerah-daerah lainnya. Kulon Progo memiliki bentang alam yang cenderung komplit, ada pegunungan, dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai. Potensi pariwisata ini sangat disayangkan apabila tidak dikembangkan lebih lanjut. Fenomena yang terjadi selama ini adalah Disparpora Kabupaten Kulon Progo tidak pernah bisa merealisasikan target pendapatan pariwisata dari sektor pariwisata. Pendapatan pariwisata di Kabupaten Kulon Progo tidak pernah mencapai 100%. Ketidakberhasilan ini tentunya terjadi karena dipengaruhi berbagai faktor dan penyebab. Oleh karena itu perlu adanya kajian lebih lanjut untuk mengetahui efektifitas retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo sebagai evaluasi kebijakan retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana efektivitas retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas dari kebijakan retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk Penulis Menambah pengetahuan mengenai pengelolaan retribusi pariwisata di Kulon Progo dan sebagai syarat tugas akhir sebelum menyelesaikan pendidikan strata satu. 5

2. Untuk Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan evaluasi dan referensi bagi Disparpora dalam kebijakan retribusi pariwisata di Kulon Progo 3. Untuk masyarakat umum Meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian masyarakat mengenai objek wisata dan pengelolaan retribusi pariwisata di Kabupaten Kulon Progo. 6