I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA KONGRES GERAKAN ANGKATAN MUDA KRISTEN INDONESIA (GAMKI) TAHUN 2015

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat : Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran

POINTER PAPARAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENERIMAAN KUNJUNGAN KEHORMATAN PESERTA PENDIDIKAN KETAHANAN NASIONAL UNTUK PEMUDA (TANNASDA)

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang memicu orang-orang untuk mencari pekerjaan.

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Pemuda dan Olahraga untuk menyusun dan merumuskan.kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN jumlah pengangguran terdidik meningkat, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 200 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh orang tua, pemerintah, pendidik maupun masyarakat.

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Direktorat Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang ada. Pengetahuan merupakan unsur terpenting bagi

I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, PERSONALIA, DAN MEKANISME KERJA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Budi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang dipelopori oleh Wahidin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa muda pada umumnya dapat dipandang sebagai salah satu tahap

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2008

Masalah ketenagakerjaan di negara berkembang khususnya Indonesia yang jumlah penduduknya banyak sangatlah kompleks. Hal tersebut dipengaruhi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia mempunyai kualitas yang tinggi. Sihombing (2001)

BAB I PENDAHULUAN. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMBANGUNAN KEPEMUDAAN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. terbebani bermacam-macam harapan, terutama dari generasi penerusnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 sebanyak jiwa(badan Pusat

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

ANGGARAN D A S A R HIMPUNAN MAHASISWA MAGISTER TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM PASCA SARJANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN (HMMTG FT PPS UNHAS)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki masyarakat yang banyak. Hal tersebut berimplikasi dalam kebutuhan manusia yang juga tinggi. Baik materiil dan spiritual. Berbagai segi kehidupan juga dijalankan, seperti : segi pendidikan, ekonomi, hukum, budaya, dan lain-lain. Keseluruhan segala macam segi kehidupan tersebut memiliki implikasi. Setiap sektor harus mengalami proses dan pencapaian yang baik, jika tidak maka hal tersebut kemungkinan akan berdampak buruk. Tulang punggung dalam menjalankan tongkat estafet kehidupan Indonesia, khususnya dalam seluruh segi kehidupan adalah generasi muda. Sejak sebelum Indonesia merdeka, generasi muda telah memiliki peran penting. Walaupun ketika di zaman tersebut, generasi muda mengalami banyak permasalahan yang dialami. Sebagai contoh, dalam segi pendidikan, para generasi muda mengalami keterbatasan dalam akses mengikuti jenjang pendidikan (baik dasar, menengah,

2 atau atas), dalam segi ekonomi, keterbatasan dalam hal memperoleh pekerjaan yang layak serta memunculkan inovasi pekerjaan, dan permasalahan tersebut terjadi pula dalam segi kehidupan yang lain. Oleh karena itu, muncul beberapa generasi muda yang memiliki daya juang tinggi untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Indonesia mencatat, kemunculan generasi muda tersebut ditandai dengan adanya beberapa perkumpulan para generasi muda atau organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP). OKP pada masa sebelum Indonesia merdeka antara lain : Trikoro Dharmo (Jong Java), Jong Sumateranen Bond, Jong Ambon, Jong Minahasa, Boedie Oetomo, dan lain-lain. Akhirnya, adanya OKP tersebut mewabah sampai pada masa pasca Indonesia merdeka sampai kini. Munculnya ditandai dengan adanya, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Pemuda Katholik, Purna Paskibraka Indonesia, Reformasi Demokrasi, Pemuda Justitia, Generasi Muda Kosgoro, dan lain-lain. Berdasarkan adanya beberapa OKP yang disebutkan di atas, Pemerintah Indonesia menetapkan Undang-Undang RI Nomor 40 Tahun 2009 (UU RI No. 40 Tahun 2009) tentang kepemudaan untuk mengatur mengenai pembangunan kepemudaan. Pada pasal 3 UU RI No. 40 Tahun 2009, di jelaskan bahwa pembangunan kepemudaan bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, demokratis, bertanggungjawab, berdaya saing, serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan

3 Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu masalah yang ada di segi ekonomi Indonesia adalah mengenai kewirausahaan. OKP sebagai wadah generasi muda diharapkan ikut berpartisipasi di dalam pengembangannya. Di jelaskan pada Pasal 27 ayat ayat 1 dan 2 UU RI No. 40 Tahun 2009, bahwa : 1. pengembangan kewirausahaan pemuda dilaksanakan sesuai dengan minat, bakat, potensi pemuda, potensi daerah, dan arah pembangunan nasional. 2. Pelaksanaan pengembangan kewirausahaan pemuda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 difasilitasi oleh Pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, atau organisasi kepemudaan. OKP yang memiliki konsentrasi mengenai kewirausahaan adalah HIPMI. Pada pasal 3 Peraturan Organisasi HIPMI Nomor : I/PO/HIPMI/VI/2012 tentang petunjuk pelaksanaan pengelolaan organisasi dijelaskan bahwa HIPMI memiliki 5 (lima) tugas yaitu : 1. Tugas Pokok HIPMI adalah membina, memajukan, dan mengembangkan generasi muda pengusaha menjadi pengusaha yang profesional, kuat, tangguh dan global dalam sektor usaha yang ditekuni. 2. HIPMI juga ikut berperan serta dalam mensukseskan proses pembangunan nasional maupun daerah menuju terciptanya masyarakat yang makmur dan berkeadilan. 3. Fungsi HIPMI adalah organisasi kader pengusaha nasional serta wadah untuk memperjuangkan aspirasi ekonomi para Pengusaha Muda Indonesia. 4. Kegiatan HIPMI adalah meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan kewirausahaan anggota, penyebaran informasi usaha dalam arti yang luas, dan pengembangan profesionalisme dalam berusaha.

4 5. Mengembangkan sistem demokrasi ekonomi, dan memupuk semangat serta kesadaran nasional para pengusaha muda untuk berjiwa patriot pejuang serta bertanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Dalam penyebaran tanggung jawab organisasi HIPMI, HIPMI membentuk badan pengurus cabang (BPC) di tiap daerah diseluruh Provinsi yang ada di Indonesia. Khusus sebagai pelaksana dan penanggung jawab di Kota Bandar Lampung adalah BPC HIPMI Kota Bandar Lampung. BPC Hipmi Kota Bandar Lampung diharapkan partisipasinya juga di dalam pengembangan kapasitas kepemudaan dalam masalah kewirausahaan di kota ini melalui berbagai program yang diciptakan. Menurut Fauzan Sibron (Ketua BPC HIPMI Kota Bandar Lampung periode 2010-2013) di dalam buku Bunga Rampai Perjalanan Hipmi Lampung, program utama yang dilaksanakan oleh BPC HIPMI Kota Bandar Lampung dalam partisipasinya mengembangkan kewirausahaan adalah pengembangan fasilitasi interkoneksi (network) antar anggota, mengembangkan fasilitas arus informasi pengetahuan (knowledge). dan mengembangkan akses birokrasi serta pendanaan. Lewat ketiga program ini, Hipmi diharapkan dapat menciptkan pengusaha muda yang mandiri, dan dapat menjawab tantangan zaman globalisasi ini. HIPMI dalam pelaksanaan program-program tersebut, melakukan hubungan kerjasama dengan organisasi mahasiswa intra kampus. Sebagai contoh pada kegiatan stadium general yang diadakan bersama Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Lampung pada tanggal 28 April 2010. Kegiatan ini bertemakan, Memulai Bisnis Dengan Kebebasan Finansial.

5 Kondisi Bandar Lampung memiliki letak strategis yaitu berada diujung Selatan Pulau Sumatera dan menghadap langsung kearah Teluk Lampung, dengan luas wilayah ±197,22 km2. Secara demografi, penduduk kota Bandar Lampung terdiri dari berbagai suku bangsa Heterogen, dari hasil proyeksi jumlah penduduk dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bandar Lampung per-oktober tahun 2011 sebanyak 1.311.240 jiwa. Keuntungan sebagai ibukota Provinsi Lampung tidak lah cukup bagi kota Bandar lampung, hal ini dikarenakan jumlah penduduk miskin yang masih cukup tinggi di Provinsi Lampung. Data badan pusat statistik tahun 2011 yang mencatat bahwa jumlah penduduk miskin yang berada di kota Bandar Lampung mencapai 121,6 ribu jiwa. Angka tersebut mungkin sangat lah tinggi jika dibandingkan dengan Kota Metro dan Kota Way kanan, Kota Metro sendiri tercatat 19 ribu jiwa jumlah penduduk miskin dan way kanan tercatat 72,5 ribu jiwa warga miskin. (data BPS Provinsi Lampung). Di sisi lain, jumlah pengganguran usia 15 tahun keatas yang dilansir badan pusat statistik Provinsi Lampung mencapai 47 825 jiwa. Jumlah pengganguran di kota bandar lampung menjadi jumlah terbesar di antara kabupaten atau kota lain di Provinsi Lampung (Data BPS Tahun 2012). Untuk menggurangi jumlah penduduk miskin serta menekan jumlah pengganguran di kota Bandar Lampung, Pemerintah dituntut untuk memperluas lapangan kerja dengan memberdayakan Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Salah satunya dengan memberikan modal usaha pengembangan usaha yang mampu menyerap angkatan kerja. Seperti yang dilansir oleh SuaraKomunitas.com ( diakses tanggal 8 mei 2013)

6 Jika Pemkot Bandar Lampung tidak segera berupaya menurunkan tingkat pengangguran yang ada masyarakat akan kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya karena menganggur. hal ini akan menimbulkan efek negatif, yaitu sebagian masyarakat akan berpikiran sempit dalam memilih pekerjaan dan mempertinggi tingkat kriminalitas. Jumlah Usaha mikro kecil menengah di kota bandar lampung masih sangat lah kurang. Pihak Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) dan UKM Kota Bandar Lampung mencatat tahun 2010 sedikitnya ada 710 unit industri rumah tangga di Kota Tapis Berseri ini. (www.tribun lampung.co.id di akses tanggal 8 mei 2013). Idealnya jumlah UMKM di Kota Bandar Lampung memiliki dua persen atau ± 262.248 jiwa dari jumlah populasi jiwa di daerah tersebut. Hal ini menjadi ketimpangan antara jumlah yang ada, sehingga diperlukan perhatian lebih Pemerintah terhadap Organisasi Masyarakat Sipil yang berkonsentrasi pada kewirausahaan agar terjadi sinergisitas kinerja untuk mencapai target idealnya. Dari penjelasan diatas dapat dilihat bahwa masih terdapat tingginya angka kemiskinan, angka pengangguran dan masih sedikitnya sejumlah UMKM di Kota Bandar Lampung. Hal tersebut tidak sesuai dengan peran Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dimana peran OKP diharapkan dapat membantu Pemerintah dalam mengurangi kemiskinan dengan cara meningkatkan kemauan masyarakat terutama para pemuda untuk berwirausaha. Dengan adanya ketidaksesuaian yang peneliti dapat dengan peran OKP maka peneliti berusaha untuk meneliti dari segi akuntabilitas kinerja OKP itu sendiri. Terkait hal tersebut partisipasi yang dilaksanakan memiliki pertanggungjawaban dalam bentuk akuntabilitas. Dari uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan riset

7 mengenai akuntabilitas kinerja Organisasi Masyarakat Sipil yang nantinya dilakukan studi pada Badan Pengurus Cabang Himpunan Pengusaha Muda Indonesia kota Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Dari uraian-uraian yang telah peneliti paparkan dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah akuntabilitas kinerja himpunan pengusaha muda Indonesia Kota Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Mendeskripsikan dan menganalisis akuntabilitas kinerja himpunan pengusaha muda Indonesia Kota Bandar Lampung. D. Kegunaan atau Manfaat Penelitian Manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis adalah sebagai masukan bagi pengembangan konsep Ilmu Administrasi Negara khususnya dalam mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia yang dalam hal ini mengetahui akuntabilitas kinerja Organisasi Masyarakat Sipil. 2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran kepada instansi terkait dalam akuntabilitas kinerja Organisasi Masyarakat Sipil.