PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Narkotik

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL.: 10 TAHUN 2006 TENTANG PANDUAN PENYUSUNAN NOTA KESEPAHAMAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS UNIVERSITAS DIPONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan (Lembaran Negara

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB I PENDAHULUAN

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR 12/IT3/TU/2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

NASKAH PERENCANAAN PENYUSUNAN PERATURAN KEPALA BPKP TENTANG (judul rancangan peraturan kepala)

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

: PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2015 tentang Keikutsertaan Perancang Peraturan Perundangundangan dalam Pembentukan Peraturan P

PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. 6. Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemprosesan Surat Masuk Rahasia di

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA SAMA DI LINGKUNGAN PENGELOLA ZAKAT

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI JAWA BARAT TENTANG... (Nama Keputusan) KESATU :... KEDUA :...

BERITA NEGARA. Tata Naskah Dinas. Pedoman. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

- 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan L

BADAN STANDARDISASI NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

2016, No Rakyat tentang Pembentukan Kesepakatan Bersama dan Perjanjian Kerja Sama di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Menginga

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA CIREBON, LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGAMA TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN MENTERI PADA KEMENTERIAN AGAMA.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ARSIP UNIVERSITAS AIRLANGGA

2015, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTAHANAN TENTANG PENYUSUNAN KESEPAKATAN BERSAMA DAN PERJANJIAN KERJA SAMA DI LINGKUNGAN

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN,

2016, No Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

NSPK TATA NASKAH. Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS

- 1 - MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012

MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEPEGAWAIAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

TEKNIK PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH BERDASARKAN UU NO. 10 TAHUN Oleh : Tim Pusat Kajian Hukum Dan Kemitraan Daerah Fakultas Hukum Unsoed

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

2016, No Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tentang Logo dan Atribut Unit Deteksi K9 Badan Nakotika Nasional; Mengingat : 1. Undang-Unda

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH DINAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 183/KA/IX/2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAN KEPUTUSAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENCARIAN DAN PERTOLONGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN, PENGUNDANGAN, DAN PENYEBARLUASAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KERANGKA KESEPAKATAN BERSAMA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH PERJANJIAN LINGKUP KEMENTERIAN PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

2 Perumahan Rakyat tentang Pembentukan Dan Evaluasi Produk Hukum Di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomo

Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas. Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 13 / HUK / 2011 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN NASKAH HUKUM DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL,

Transkripsi:

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : a. bahwa tindak pidana Narkotika bersifat transnasional dan terorganisasi yang dilakukan dengan menggunakan modus operandi yang tinggi, teknologi canggih, didukung oleh jaringan organisasi yang luas, dan sudah banyak menimbulkan korban, terutama di kalangan generasi muda yang sangat membahayakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara sehingga dalam mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika merupakan tugas bersama, baik pemerintah maupun masyarakat; b. bahwa Badan Narkotika Nasional sebagai focal point dalam melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika dalam melaksanakan tugas dan fungsinya perlu melakukan kerja sama, baik dengan instansi pemerintah maupun dengan masyarakat; c. bahwa pelaksanaan kerja sama diperlukan suatu pedoman untuk penyeragaman dalam pembuatan dan pelaksanaan kerja sama di lingkungan Badan Narkotika Nasional; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu ditetapkan Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Kerja Sama Badan Narkotika Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional. 3. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2002, tentang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika; 4. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Narkotika Nasional;

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan: 1. Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disingkat BNN adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor serta bahan adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol yang selanjutnya disebut P4GN. 2. Kerja sama adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh BNN secara fungsional dengan pihak lain terutama unsur-unsur pemerintah, penegak hukum, badan, lembaga, instansi lain serta masyarakat, yang dituangkan dalam kerja sama tertulis. 3. Kementerian Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. 4. Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang selanjutnya disingkat LPNK adalah lembaga pemerintah yang dibentuk berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan yang terstruktur di luar organisasi Kementerian Negara. 5. Komponen masyarakat adalah seluruh unsur masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, yang memiliki kewajiban terhadap kepentingan publik atau yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara melalui upaya P4GN. Pasal 2 (1) Maksud dari dibuat peraturan ini yaitu sebagai pedoman bagi satuan kerja di lingkungan BNN dalam menyusun kerja sama. (2) Tujuan dibuatnya peraturan ini terlaksananya penyusunan kerja sama dalam pelaksanaan tugas BNN dan instansi/pihak lain. Pasal 3 Kerja sama yang disusun oleh BNN dilakukan dengan prinsip: a. efisiensi; b. efektif; c. sinergis; d. saling menguntungkan; e. itikad baik; f. mengutamakan kepentingan nasional; g. persamaan kedudukan; dan h. transparan.

BAB II BENTUK DAN PENANDATANGAN KERJA SAMA Bagian Kesatu Bentuk Pasal 4 (1) BNN berwenang melakukan kerja sama dengan Kementerian Negara/LPNK, dan/atau komponen masyarakat lainnya sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuat tertulis dan dituangkan dalam bentuk: a. Nota Kesepahaman; dan/atau b. Perjanjian Kerja Sama. (3) Nota Kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, merupakan kesepahaman berfikir/bertindak oleh para pihak dan tidak bisa dioperasionalisasikan. (4) Nota Kesepahaman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus ditindaklanjuti dengan bentuk kerja sama lainnya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman. (5) Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, merupakan suatu perbuatan antara kedua belah pihak yang mengikatkan diri dalam suatu perjanjian yang melahirkan hak dan kewajiban dari para pihak yang harus dipenuhi dan apabila tidak dipenuhi akan menimbulkan sanksi. Pasal 5 Bentuk kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, sesuai kesepakatan BNN dengan institusi lain sebagai pihak yang menyusun Nota Kesepahaman. Bagian Kedua Penandatanganan Pasal 6 Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, ditandatangani oleh pimpinan masingmasing institusi. Pasal 7 (1) Kerja sama dapat ditandatangani oleh pejabat lain yang berwenang atau yang ditunjuk sesuai dengan lingkup tugasnya. (2) Dalam hal kerja sama ditandatangani oleh pejabat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disertakan dengan surat keterangan yang memberikan kewenangan kepada pejabat tersebut untuk menandatangani kerja sama yang dikeluarkan oleh pimpinan instansinya. (3) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berbentuk: a. surat perintah; b. surat penugasan;

c. surat kuasa; d. kewenangan yang diberikan oleh suatu akta otentik; atau e. surat penunjukan lainnya. Pasal 8 Surat keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, harus dicantumkan dalam keterangan identitas dan kewenangan bertindak para pihak (komparisi) kerja sama. BAB III TATA CARA KERJA SAMA Pasal 9 (1) Kerja sama dapat diprakarsai oleh BNN, Kementerian/LPNK, atau komponen masyarakat lainnya. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikoordinasikan oleh Deputi Hukum dan Kerja Sama BNN melalui Direktorat Kerja Sama Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN. Pasal 10 (1) Direktorat Kerja Sama Deputi Hukum dan Kerja Sama BNN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) menyelenggarakan rapat internal BNN mengenai rencana penyusunan kerja sama dengan satuan kerja BNN yang terkait dengan substansi kerja sama yang akan disusun. (2) Hasil rapat internal BNN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan dengan instansi terkait lainnya oleh Direktorat Kerja Sama Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN sesuai dengan kepentingan organisasi. Pasal 11 Dalam hal para pihak menerima rencana kerja sama hasil koordinasi rapat internal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, rencana penyusunan kerja sama dapat ditingkatkan menjadi penyusunan konsep kerja sama dengan memperhatikan: a. kepentingan organisasi; b. kepentingan tugas; c. pembiayaan; d. kerja sama yang telah ditandatangani sebelumnya; dan e. hasil koordinasi dengan instansi yang akan bekerja sama dengan BNN. Pasal 12 (1) Dalam hal rencana kerja sama ditingkatkan menjadi penyusunan konsep kerja sama, Kepala BNN melalui Direktorat Kerja Sama Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN menyiapkan rancangan kerja sama dengan melibatkan institusi lain yang merupakan pihak dalam kerja sama dan satuan kerja BNN terkait. (2) Dalam penyusunan konsep kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meminta pendapat dan saran dari pakar/ahli, akademisi, dan Kementerian/LPNK.

Pasal 13 (1) Dalam hal konsep kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 telah disepakati oleh BNN dan institusi yang akan bekerjasama dengan BNN, selanjutnya dilakukan tahapan penandatanganan kerja sama. (2) Tahapan penandatanganan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: a. persiapan penandatanganan; b. koordinasi antar pihak; c. penyiapan teks kerja sama yang akan ditandatangani; d. penandatanganan kerja sama; e. pelaksanaan; f. penyimpanan. (3) Tahapan penandatanganan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Direktorat Kerja Sama Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN dan satuan kerja yang akan melaksanakan substansi kerja sama. (4) Penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, selain dilaksanakan oleh Direktorat Kerja Sama Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN, juga dilaksanakan oleh: a. Direktorat Hukum Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama BNN; b. Satuan kerja yang melaksanakan kesepakatan; dan c. Bagian Tata Usaha Biro Umum Settama BNN. BAB IV SISTEMATIKA KERJA SAMA Pasal 14 Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dibuat dengan sistematika sebagai berikut: a. awal kerja sama; b. batang tubuh; c. ketentuan lainnya; dan d. ketentuan penutup. Bagian Kesatu Awal Kerja Sama Pasal 15 Awal kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a mencantumkan: a. judul/nomenklatur; b. pembukaan; c. identitas dan kewenangan bertindak para pihak (komparisi); dan d. keterangan awal para pihak mengenai latar belakang disusunnya kerja sama (resital). Pasal 16 Judul/nomenklatur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a mencantumkan: a. logo insitusi yang bekerjasama (bila diperlukan); b. bentuk kerja sama;

c. institusi yang melakukan kerja sama; d. nomor kerja sama;dan e. hal yang dikerjasamakan. Pasal 17 Pembukaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, berisi tanggal dan tempat pembuatan Kerja Sama. Pasal 18 Komparisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c merupakan pencantuman keterangan identitas lengkap para pihak yang akan bekerja sama dengan menyebutkan: a. nama pejabat yang akan menandatangani kerja sama; b. jabatan yang diemban oleh pejabat sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. kewenangan bertindak; d. tempat kedudukan/alamat institusi pejabat yang bersangkutan; dan e. penyebutan sebagai para pihak. Pasal 19 Resital sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf d berisi keterangan awal para pihak yang memuat: a. keterangan secara umum mengenai para pihak yang akan bekerja sama; b. dasar atau pertimbangan kerja sama tersebut disusun; dan c. dasar hukum dari kerja sama (bila diperlukan). Bagian Kedua Batang Tubuh Paragraf 1 Nota Kesepahaman Pasal 20 Batang tubuh Nota Kesepahaman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b memuat: a. maksud dan tujuan disusunnya kerja sama; b. hal yang akan dikerjasamakan/ruang lingkup kerja sama; c. mekanisme pelaksanaan hal yang dikerjasamakan; dan d. tugas-tugas para pihak. Pasal 21 (1) Bentuk kerja sama dalam Nota Kesepahaman tidak menimbulkan akibat hukum bagi para pihak. (2) Dalam hal kerja sama disusun dalam bentuk Nota Kesepahaman, untuk operasionalisasinya perlu dicantumkan pengaturan mengenai tindak lanjut dari kerja sama yang akan disusun.

(3) Tindak lanjut kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk Perjanjian Kerja Sama, atau pengaturan lainnya mengenai prosedur operasional, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman. (4) Apabila kerja sama dalam bentuk Nota Kesepahaman merupakan kesepahaman dalam hal pelaksanaan peraturan perundang-undangan, dalam batang tubuhnya tidak perlu diatur mengenai tindak lanjut Nota Kesepahaman. Paragraf 2 Perjanjian Kerja Sama Pasal 22 (1) Batang tubuh Perjanjian Kerja Sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b paling sedikit memuat: a. maksud dan tujuan disusunnya kerja sama; b. hal yang akan dikerjasamakan; c. mekanisme pelaksanaan hal yang dikerjasamakan; d. hak dan kewajiban (prestasi) dari para pihak; e. ketentuan sanksi; dan f. mekanisme penyelesaian perselisihan. (2) Kerja sama dalam Perjanjian Kerja Sama menimbulkan akibat hukum bagi para pihak. (3) Akibat hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Ketiga Ketentuan Lain Pasal 23 Ketentuan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c memuat: a. keterangan mengenai pejabat penghubung (liaison officer) dari masing-masing pihak (bila diperlukan); b. pembiayaan kerja sama; c. jangka waktu kerja sama dan tata cara perpanjangan kerja samanya; dan d. keadaan kahar atau force majeure (bila diperlukan); e. penyelesaian masalah yang timbul (bila diperlukan); dan/atau f. perubahan (addendum). Pasal 24 Untuk kerja sama yang mengatur tentang pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4), tidak perlu diatur mengenai jangka waktu kerja sama. Bagian Keempat Ketentuan Penutup Pasal 25 Ketentuan penutup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf d memuat:

a. bentuk dari evaluasi kerja sama (bila diperlukan); b. pengantar untuk menutup kerja sama; dan c. tanda tangan para pihak. Pasal 26 Pengantar untuk menutup kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b mencantumkan: a. penetapan tanggal ditandatangani kerja sama; dan b. kekuatan hukum atas salinan kerja sama yang dipegang para pihak. Pasal 27 Pihak yang menandatangani kerja sama adalah para pihak yang disebutkan dalam komparisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf c dan Pasal 18. Pasal 28 Penulisan sistematika kerja sama tercantum pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan ini. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 April 2011 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, GORIES MERE Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 April 2011 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PATRIALIS AKBAR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011 NOMOR 190

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL

A. NOMENKLATUR Nota Kesepahaman. BAB I TATA CARA PENULISAN DALAM PENYUSUNAN NOTA KESEPAHAMAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL 1. Judul Nota Kesepahaman memuat keterangan mengenai jenis, nama Instansi, nomor, tahun pembuatan dan nama Nota Kesepahaman. 2. Pencantuman nama instansi yang didahulukan disesuaikan dengan letak lambang dan sebelum judul dicantumkan lambang masing-masing instansi, instansi yang didahulukan lambangnya diletakkan sebelah kanan. 3. Nama Nota Kesepahaman dibuat secara singkat dan mencerminkan isi Nota Kesepahaman. 4. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri tanda baca. 5. Bila merupakan perubahan pada judul kerja sama, perubahan ditambahkan frase perubahan atas di depan nama Nota Kesepahaman. B. PEMBUKAAN 6. Dicantumkan tempat, hari, tanggal, bulan, dan tahun penandatanganan Nota Kesepahaman. B.1. Identitas Para Pihak 7. Memuat nama Pejabat/Para Pihak, jabatan, kewenangan bertindak, alamat/kedudukan, dan diakhiri dengan kalimat selanjutnya disebut Pihak Pertama atau Pihak Kedua. B.2. Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR TAHUN 2011 8. Memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan Nota Kesepahaman, dengan diawali kalimat PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut. 9. Apabila konsideran latar belakang memuat lebih dari satu pokok pikiran, tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang menegaskan perlunya dibuat Nota Kesepahaman bagi Para Pihak. 10. Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad, dan dirumuskan dalam satu kalimat yang diawali dengan kata bahwa dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;). Contoh : a. bahwa...; b. bahwa...;

B. 3. Dasar hukum 11. Memuat Peraturan Perundang-undangan yang dijadikan dasar dibuatnya Nota Kesepahaman, yang urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan Peraturan Perundang-undangan dan jika tingkatannya sama disusun secara kronologis berdasarkan saat pengundangan atau penetapannya, dengan diawali kalimat Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:. 12. Jika dasar hukum memuat lebih dari satu Peraturan Perundang-undangan, tiap dasar hukum diawali dengan angka arab 1, 2, 3, dan seterusnya, dan diakhiri dengan tanda baca titik. C. BATANG TUBUH 13. Dimulai alinea baru dengan mencantumkan kalimat Berdasarkan hal-hal di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama dalam rangka, melalui Nota Kesepahaman, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut :. 14. Setelah pencantuman kalimat sebagaimana dimaksud pada angka 13, dirumuskan materi pokok yang akan diatur dalam batang tubuh, yang materinya dikelompokkan dalam bab dan/atau pasal, dan pasal dapat dipecah menjadi beberapa ayat, dengan urutan pengelompokan: a. bab dengan pasal, tanpa bagian; b. bab dengan bagian dan pasal; c. Bab, bagian, paragraf, dan pasal. 15. Penulisan kata bab ditulis seluruhnya dengan huruf kapital baru diikuti dengan angka romawi, penulisan bagian ditulis dengan huruf awal kapital dan diikuti angka dengan tulisan, sedangkan penulisan kata Pasal ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf awalnya dengan huruf kapital. 16. Pasal diberi nomor urut dengan angka arab dan pasal dirinci ke dalam beberapa ayat. 17. Ayat sebagaimana dimaksud pada angka 16 diberi nomor urut dengan angka arab di antara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca titik. 18. Setelah bab/pasal tentang maksud dan tujuan, dirumuskan materi tentang ruang lingkup dari Nota Kesepahaman untuk memberi batasan kerja sama dalam Nota Kesepahaman. 19. Substansi mengenai pelaksanaan berisi tentang penjabaran dari ruang lingkup. 20. Ketentuan lain-lain memuat tentang biaya, penyelesaian masalah, perubahan (addendum) dan masa berlaku. D. PENUTUP 21. Merupakan bagian akhir dari Nota Kesepahaman memuat tentang pemberlakuan dari Nota Kesepahaman, penandatanganan pengesahan Nota Kesepahaman oleh kedua belah pihak. 22. Penandatanganan Nota Kesepahaman merupakan pernyataan persetujuan para pihak atas isi naskah Perjanjian Kerja Sama.

23. Tajuk tanda tangan Nota Kesepahaman sebagai berikut: a. Pihak Pertama diletakkan di sebelah kanan dan Pihak Kedua sebelah kiri; b. tanda tangan pejabat; c. nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis dengan huruf kapital; d. cap/stempel. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2011 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Telah diperiksa oleh: Kasubdit Kermanas :... Dir Kerma : Vide draft Dir Hukum : Vide draft Deputi Hukum & Kerma : Vide draft Kabag TU : Vide draft Karo Umum : Vide draft Sekretaris Utama : Vide draft GORIES MERE

A. NOMENKLATUR BAB II TATA CARA PENULISAN DALAM PENYUSUNAN PERJANJIAN KERJA SAMA BADAN NARKOTIKA NASIONAL Perjanjian Kerja Sama 1. Judul Perjanjian Kerja Sama memuat keterangan mengenai jenis, nama Instansi, nomor, tahun pembuatan dan nama Perjanjian Kerja Sama. 2. Pencantuman nama instansi yang didahulukan disesuaikan dengan letak lambang dan sebelum judul dicantumkan lambang masing-masing instansi, instansi yang didahulukan lambangnya diletakkan sebelah kanan. 3. Nama Perjanjian Kerja Sama dibuat secara singkat dan mencerminkan isi Perjanjian Kerja Sama. 4. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital yang diletakkan di tengah marjin tanpa diakhiri tanda baca. 5. Bila merupakan perubahan pada judul kerja sama, perubahan ditambahkan frase perubahan atas di depan nama Perjanjian Kerja Sama. B. PEMBUKAAN 6. Dicantumkan tempat, hari, tanggal, bulan, dan tahun penandatanganan Perjanjian Kerja Sama. B.1. Identitas Para Pihak 7. Memuat nama Pejabat/Para Pihak, jabatan, kewenangan bertindak, alamat/kedudukan, dan diakhiri dengan kalimat selanjutnya disebut Pihak Pertama atau Pihak Kedua. B.2. Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR TAHUN 2011 8. Memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan pembuatan Perjanjian Kerja Sama, dengan diawali kalimat PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut. 9. Apabila konsideran latar belakang memuat lebih dari satu pokok pikiran, tiap-tiap pokok pikiran dirumuskan dalam rangkaian kalimat yang menegaskan perlunya dibuat Perjanjian Kerja Sama bagi Para Pihak.

10. Tiap-tiap pokok pikiran diawali dengan huruf abjad, dan dirumuskan dalam satu kalimat yang diawali dengan kata bahwa dan diakhiri dengan tanda baca titik koma (;). Contoh : a. bahwa...; b. bahwa...; B. 3. Dasar hukum (bila diperlukan) 11. Memuat Peraturan Perundang-undangan yang dijadikan dasar dibuatnya Perjanjian Kerja Sama, yang urutan pencantuman perlu memperhatikan tata urutan Peraturan Perundang-undangan dan jika tingkatannya sama disusun secara kronologis berdasarkan saat pengundangan atau penetapannya, dengan diawali kalimat Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:. 12. Jika dasar hukum memuat lebih dari satu Peraturan Perundang-undangan, tiap dasar hukum diawali dengan angka arab 1, 2, 3, dan seterusnya, dan diakhiri dengan tanda baca titik. C. BATANG TUBUH 13. Dimulai alinea baru dengan mencantumkan kalimat Berdasarkan hal-hal di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerja Sama dalam rangka..., melalui Perjanjian Kerja Sama dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut :. 14. Setelah pencantuman kalimat sebagaimana dimaksud pada angka 13, dirumuskan materi pokok yang akan diatur dalam batang tubuh, yang materinya dikelompokkan dalam bab dan/atau pasal, dan pasal dapat dipecah menjadi beberapa ayat, dengan urutan pengelompokan: a. bab dengan pasal, tanpa bagian; b. bab dengan bagian dan pasal; c. bab, bagian, dengan paragraf dan pasal. 15. Penulisan kata bab ditulis seluruhnya dengan huruf kapital baru diikuti dengan angka romawi, sedangkan penulisan kata Pasal ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf awalnya dengan huruf kapital. 16. Pasal diberi nomor urut dengan angka arab dan pasal dirinci ke dalam beberapa ayat. 17. Ayat sebagaimana dimaksud pada angka 16 diberi nomor urut dengan angka arab di antara tanda baca kurung tanpa diakhiri tanda baca titik. 18. Setelah bab/pasal tentang maksud dan tujuan, dirumuskan materi tentang ruang lingkup dari Perjanjian Kerja Sama untuk memberi batasan kerja sama. 19. Substansi mengenai pelaksanaan berisi tentang penjabaran dari ruang lingkup, termasuk didalamnya mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak. 20. Ketentuan lain-lain memuat tentang perubahan dan masa berlaku. D. PENUTUP 21. Merupakan bagian akhir dari Perjanjian Kerja Sama memuat tentang pemberlakuan dari perjanjian, penandatanganan pengesahan Perjanjian Kerja Sama oleh kedua belah pihak.

22. Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama merupakan pernyataan persetujuan para pihak atas isi naskah Perjanjian Kerja Sama. 23. Tajuk tanda tangan Perjanjian Kerja Sama sebagai berikut: 1. Pihak Pertama diletakkan di sebelah kanan dan Pihak Kedua sebelah kiri; 2. tanda tangan pejabat; 3. nama lengkap pejabat yang menandatangani ditulis dengan huruf kapital; 4. cap/stempel. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2011 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, GORIES MERE

BAB III CONTOH BENTUK NOTA KESEPAHAMAN LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR TAHUN 2011 Contoh 1: X X NOTA KESEPAHAMAN d ANTARA KEMENTERIAN... DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor :... / /... Nomor : B/... /.../... TENTANG... Pada hari ini... tanggal...bulan... tahun..., yang bertanda tangan di bawah ini: 1...., selaku MENTERI..., dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEMENTERIAN... (...), berkedudukan di Jl...., selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2...., selaku KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama BADAN NARKOTIKA NASIONAL, berkedudukan di Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang Jakarta Timur, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut : a. bahwa...; b. bahwa...; c. bahwa...;

Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1....; 2....; 3....; Berdasarkan hal-hal di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama dalam rangka..., melalui Nota Kesepahaman, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut : BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman bagi aparat Kementerian... dan BNN dalam rangka... (2) Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah: a....; b....; c....; BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang Lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: (1)... (2)... (1)... (2)... (1)... (2)... BAB III PELAKSANAAN Pasal 3 Pasal 4

Pasal 5...... (1)... (2)... (1)... (2)... BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 6 BAB V KETENTUAN LAIN Pasal 12 Perubahan Pasal 13 Penyelesaian Perselisihan...... (1)... (2)... (3)... Pasal 14 Masa Berlaku BAB VI PENUTUP Pasal 15 Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan, dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Nota Kesepahaman ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani PARA PIHAK.

Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dengan semangat kerja sama yang baik, untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK. PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, Nama Pejabat Nama Pejabat Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 2011 Telah diperiksa oleh: Kasubdit Kermanas :... Dir Kerma : Vide draft Dir Hukum : Vide draft Deputi Hukum & Kerma : Vide draft Kabag TU : Vide draft Karo Umum : Vide draft Sekretaris Utama : Vide draft KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, LAMPIRAN GORIES PERATURAN MERE KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR TAHUN 2011

BAB IV CONTOH BENTUK PERJANJIAN KERJA SAMA Contoh 1: X X PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA d... DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor :... / /... Nomor : B/... /.../... TENTANG... Pada hari ini... tanggal...bulan... tahun..., yang bertanda tangan di bawah ini: 1...., selaku......, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama... (...), berkedudukan di Jl...., selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2...., selaku KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama BADAN NARKOTIKA NASIONAL, berkedudukan di Jl. MT. Haryono No. 11 Cawang Jakarta Timur, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut : a. bahwa...; b. bahwa...; c. bahwa...; Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1....; 2....; 3....;

Berdasarkan hal-hal di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama dalam rangka..., melalui Perjanjian Kerjasama, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut: BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Perjanjian Kerja Sama ini adalah sebagai pedoman bagi... dan BNN dalam rangka... (2) Tujuan Perjanjian Kerjasama ini adalah: a....; b....; c....; BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang Lingkup Perjanjian Kerja Sama ini meliputi: (1)... (2)... (1)... (2)... (1)... (2)... BAB III PELAKSANAAN Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5...... (1)... (2)... BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 6

BAB V KETENTUAN LAIN Pasal 12 Perubahan (1)... (2)... Pasal 13 Penyelesaian Perselisihan...... (1)... (2)... (3)... Pasal 14 Masa Berlaku BAB VI PENUTUP Pasal 15 Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan, dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Perjanjian Kerjasama ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani PARA PIHAK. Demikian Perjanjian Kerja Sama ini dibuat dengan semangat kerja sama yang baik, untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK. PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, Nama Pejabat Nama Pejabat Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 2011 KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, GORIES MERE