II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008), efektivitas berasal dari

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan potensipotensi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Efektivitas erat kaitannya dengan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai kebersamaan ( commonnees). 1

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB II KAJIAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar, 1989:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. menelaah, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide, simbol, istilah, mendengar,mempresentasikan, dan diskusi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika, selain dari faktor keaktifan, faktor

BAB I PENDAHULUAN. penting: (1) sebagai kekuatan awal bagi siswa dalam merumuskan konsep, (2)

Transkripsi:

II. KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan belajar manusia memperoleh pengetahuan yang berguna untuk kelangsungan hidupnya. Dengan belajar pengetahuan seseorang akan terus bertambah. Menurut Syah (2002:98) menyatakan belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Oleh karena itu tanpa adanya proses belajar maka tidak akan ada pula pendidikan. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar kontruktivisme. Piaget dalam Dahar, (1989:159) berpendapat bahwa pengetahuan yang dibangun dari fikiran anak selama anak tersebut terlibat dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari interaksi secara aktif dengan lingkungannya. Teori belajar yang lain yaitu teori Vygotsky yang menyatakan belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman hasil interaksi antar siswa, proses membangun makna tersebut dilakukan sendiri oleh siswa dan dimantapkan bersama orang lain (Slavin, 2000: 17).

10 Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Untuk memahami lebih mendalam mengenai pembelajaran, akan dijelaskan konsep dan pengertiannya. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:297) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran harus mempunyai tujuan yang jelas untuk memberikan arah dan menuntun siswa dalam mencapai prestasi yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2007:25) bahwa: Tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu: a) untuk mendapatkan pengetahuan, b) penanaman konsep keterampilan baru, dan c) pembentukan sikap. Jadi pada intinya, tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai. Menurut Sanjaya (2011:1) dalam proses pembelajaran, anak didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas kadang diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal. Otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi (pengetahuan) tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu. Padahal informasi-informasi yang diberikan berguna untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika siswa lulus dari sekolah mereka hanya pintar secara teoritis, namun miskin aplikasi. Dalam proses Pembelajaran, seseorang umumnya melalui empat tahap dalam belajar seperti yang dikemukakan Horsley (1990:59) yaitu: 1) tahap apresiasi,

11 tahap ini berguna untuk mengungkapkan konsepsi awal siswa dan digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar siswa; 2) tahap eksplorasi, tahap berguna untuk mediasi pengungkapan ide ide atau pengetahuan dalam diri siswa; 3) tahap diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa diupayakan untuk bekerjasama dengan teman temanya, berusaha menjelaskan pemahamanya kepada orang lain, bahkan menghargai penemuan temanya; 4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep, tahap ini adalah tahap untuk mengukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap suatu konsep dengan menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan pengetahuan, perilaku dan nilai sikap dari pembelajaran dengan beberapa tahap tertentu dalam upaya mengembangkan pengetahuan, yang terjadi dalam diri individu yang merupakan hasil dari adanya interaksi dengan lingkungannya. B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sesuai dengan fitrah manusia sebagai mahkluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Pembelajaran kooperatif memanfaatkan kenyataan tersebut, belajar berkelompok secara kooperatif siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab, saling membantu dan berinteraksi, berkomunikasi, dan sosialisasi. Karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat dan belajar menyadari kelebihan dan kekurangan masing masing. Pembelajaran kooperatif sudah dikembangkan secara intensiv melalui berbagai penelitian atau percobaan.

12 Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto, (2011:58) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama yang berbeda latar belakangnya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama dalam mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesama manusia yang bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Roger dan Johnson dalam Lie (2008:31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Menurut Ibrahim dkk dalam Trianto (2011:66) Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: a) guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pel-ajaran dan memotivasi siswa belajar; b) guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demostrasi atau lewat bahan bacaan; c) guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien; d) guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerja-kan tugas; e) guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

13 yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya; f) guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu atau kelompok. Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama, saling bertukar informasi dan pengalaman untuk saling membantu mengkonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan. Ada bermacam-macam model pembelajaran kooperatif yang bagus untuk diterapkan, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Group investigation. Menurut Anwar dalam Aisyah (2006:14) secara harfiah investigasi diartikan sebagai suatu penyelidikan dengan mencatat atau merekam fakta-fakta, melakukan suatu peninjauan dengan tujuan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang suatu peristiwa. Selanjutnya Height dalam Krismanto (2003:7) menyatakan investigation berkaitan dengan suatu kegiatan mengobservasi secara rinci dan menilai secara sistematis. Oleh sebab itu, investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, kemudian orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, sehingga dapat membandingkan hasil perolehannya dengan perolehan orang lain. Hal tersebut dilakukan karena dalam suatu investigasi memungkinkan diperoleh beberapa hasil yang berbeda. Oleh karena itu, kegiatan investigasi dapat membiasakan siswa mengembangkan rasa ingin tahu. Hal ini akan membuat siswa lebih aktif berpikir dan mencetuskan ide-ide atau suatu gagasan, serta dapat menarik kesimpulan berdasarkan hasil diskusi di kelas.

14 Group investigation merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang menekankan partisipasi dan aktifitas siswa untuk mencari sendiri informasi/materi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan bahan yang tersedia, misalnya buku pelajaran atau siswa mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, sampai dengan menentukan topik. Topik yang diperoleh dipelajari melalui investigasi. Dalam metode Group Investigati terdapat tiga konsep utama, yaitu penelitian atau inquiri, pengetahuan atau know ledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group (Winataputra, 2001:75). Kiranawati (2007) menyatakan ada beberapa langkah yang harus dilakuan dalam pembelajaran Group Investigation adalah sebagai berikut: 1) Seleksi topik; 2) Merencanakan kerja sama; 3) Implementasi; 4) Analisis dan sintesis; 5) Penyajian hasil akhir; 6) Evaluasi. Selain itu Slavin dalam Maesaroh (2005:28-30) mengemukakan hal yang penting untuk melakukan metode Group investigation adalah: 1) Membutuhkan kemampuan kelompok; 2) Rencana kooperatif dan 3) Peran Guru. Selanjutnya Slavin menyatakan, dalam pembelajaran yang menggunaka metode Group Investigasi ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Ia menyatakan ada enam tahap kemajuan siswa dalam pembelajaran menggunakan metode Group Investigasi dapat dilihat dalam tabel berikut.

15 Tabel 2.1 Tahapan dalam Pembelajaran Group Investigation Tahap I Mengidntifikasi topik dan membagi siswa dalam kelompok. Tahap II Merencanakan Tugas Tahap III Membuat Penyelidikan Tahap IV Mempersiapkan tugas akhir Tahap V Mempresentasikan tugas akhir Tahap VI Evaluasi Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberian kontribusi apa yang akan mereka selidiki, kelompok dibentuk berdsarkan heterogenitas. Kelompok akan membagi subtopik kepada seluruh anggota kemudian membuat prencanaan dari masalah yang akan diteliti bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai Siswa mengumpulkan, menanalisis, dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka kedalam pengetahuan dalam mencapai solusi masalah kelompok. Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya, siswa lain tetap mengikuti. Soal ulangan mencakup soal yang yang sudah diprediksikan dan dipresentasikan. Slavin dalam Maesaroh (2005:30) Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan, pembelajaran kooperatif tipe Group investigation adalah pembelajaran dalam suatu kelompok yang mendorong dan membimbing keterlibatan siswa untuk lebih aktif, berkomunikasi dan saling bertukar informasi dan pengalaman antar siswa, pembelajaran ini juga menekankan pada kemandirian siswa dalam mencari sendiri suatu informasi dari teman atau sumber belajar untuk memecahkan suatu masalah. C. Kemampuan Komunikasi matematika Soedjadi (2004) menyatakan bahwa matematika memiliki karakteristik atau ciri khusus, seperti memiliki objek kajian yang abstrak, Bertumpu pada kesepakatan,

16 Berpola pikir deduktif, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan, konsisten dalam sistemnya. Sehingga banyak orang berfikir dalam belajar matematika tidak diperlukan komunikasi. Tentu saja hal ini tidak benar, karena dalam matematika banyak simbol, istilah dan gambar yang menuntut kemampuan komunikasi yang baik dalam penyampaiannya. Oleh karena itu siswa harus memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik agar tujuan dalam pembelajaran matematika itu bisa tercapai dengan baik. Hal ini menjadi tanggung jawab bagi seorang guru untuk menggali kemampuan komunikasi matematika siswa dalam pembelajaran. Menurut Latuheru (1988: 2) komunikasi merupakan suatu transaksi pengertian atau pemahaman antara dua individu atau lebih melalui bentuk simbol dan signal. Menurut Mulyana (2005:3) komunikasi adalah berbagai makna melalu prilaku verbal (kata-kata) dan nonverbal (nonkata-kata). Segala sesuatu dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih. Mulyana juga menyebutkan komunikasi terjadi jika setidaknya suatu sumber membangkitkan respon pada penerima melalui penyampaian suatu pesan dalam bentuk tanda atau simbol, baik bentuk verbal maupun nonverbal, tanpa harus memastikan terlebih dahulu bahwa kedua pihak yang berkomunikasi punya suatu sistem simbol yang sama. Simbol atau lambang adalah suatu yang mewakili sesuatu yang lain berdasarkan kesepakatan bersama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika siswa adalah kemampuan siswa dalam mengekspresikan, menginterprestasikan dan mengevaluasi ide ide, dan pemahamannya tentang konsep matematika yang ia pelajari.

17 Menurut Utari (2005:7) kemampuan yang tergolong dalam komunikasi matematika diantaranya adalah: 1) menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematika; 2) menjelaskan ide situasi dan relasi matematika secara lisan dan tulisan; 3) mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika; 4) membaca dengan pemahaman representasi matematika tertulis; 5) membuat konjektur, merumuskan definisi, dan generalisasi dan 6) mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri. NCTM (1989:214) menyatakan bahwa komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika dapat dilihat dari: (1) kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis dan mendemontrasikannya serta menggambarkannya secara visual; (2) kemampuan memahami, menginterprestasikan dan mengevaluasi ide-ide matematika secara lisan, tertulis maupun dalam bentuk visual lainnya serta (3) kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide-ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi. Adapun indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis menurut Suherman (2008:10) adalah: (1) kenyatakan situasi, gambar dan diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika; (2) menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan maupun tulisan; (3) mendengarkan, berdiskusi presentasi, menulis matematika; (4) Membaca representasi matematik dan (5) mengungkapkan kembali suatu uraian matematik dengan bahasa sendiri.

18 Dari beberapa pendapat diatas dapat di simpulkan kemampuan komunikasi matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam bentuk mengeksperikan dan merepresentasikan pemehaman konsepnya dengan menggunakan gambar, diagram, tabel, symbol, notasi dan sistuasi matematika untuk memecahkan permasalahan matematika yang ia pelajari. Pada penelitian ini, kemampuan komunikasi matematis yang akan diteliti adalah kemampuan komunikasi tertulis yang meliputi kemampuan menggambar (drawing), ekspresi matematika (mathematical expression), dan menulis (written texts) dengan indikator kemampuan komunikasi tertulis yang dikembangkan sebagai berikut. 1. Menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, dan secara aljabar. 2. Menjelaskan ide-ide, gagasan matematis baik secara lisan, tulisan, maupun dalam bentuk visual. 3. Menggunakan simbol, istilah-istilah, notasi-notasi matematika dan strukturstrukturnya untuk menyajikan ide-ide dalam bentuk tulisan. D. Kerangka Pikir Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (X). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa (Y).

19 Pembelajaran konvensional adalah cara pembelajaran yang disukai oleh para guru, yang umum diterapkan di sekolah. Metode pembelajaran ini dianggap efektif, terutama untuk berbagi informasi yang tidak mudah ditemukan dengan belajar sendiri, menyampaikan informasi dengan cepat, mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Dalam pembelajaran matematika, metode ini cukup efektif. Dengan mendengarkan siswa dapat mencerna informasi yang diberikan oleh guru, dan memahami informasi yang telah diperoleh sehingga siswa dapat mengkomunikasikan pemahamannya dengan mengekspresikan ideide dan pemahaman konsep matematika yang telah dipelajari dengan baik. Sesuai dengan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, pembelajaran matematika memiliki beberapa tujuan yang harus dicapai. Namun dengan pembelajaran konvensional tujuan dalam pembelajaran matematika belum dapat dicapai dengan maksimal, hal ini karena pembelajaran konvensional memiliki beberapa kelemahan yaitu pembelajaran ini cenderung tidak melatih siswa untuk berpikir kritis, karena semua informasi disampaikan oleh guru sehingga siswa cenderung pasif. Pembelajara ini juga memandang cara belajar dan kemampuan siswa semua sama. Bagi siswa yang tidak mudah mengerti penjelasan yang disampaikan guru, pasti akan mengalami kesulitan dalam menguasai materi. Bahasa yang digunakan oleh guru terkadang sulit dimengerti oleh siswa, maka presentase siswa yang mengerti lebih sedikit dibandingkan siswa yang tidak mengerti. Hal ini menyebabkan pencapaian indikator menjadi kurang maksimal. Akibatnya kemampuan komunikasi matematis siswa akan kurang baik.

20 Model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang menekankan partisipasi dan aktiviatas siswa untuk mencari sendiri informasi/materi pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan bahan yang tersedia, misalnya buku pelajaran atau siswa mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, dan cara belajarmya melalui investigasi. Tahap pembelajaran model ini adalah diawali dengan pembentukan kelompok, kemudian dilanjutkan dengan menetukan topik, dan siswa akan memilih sendiri masalah yang akan di investigasi. Tahap selajutnya adalah merencanakan tugas, dalam tahap ini setiap siswa diberi tanggung jawab untuk memecahkan masalah secara individu sehingga kemampuan individu siswa akan tergali dalam tahap ini. Kemudian pada tahap investigasi, siswa menginvestigasi masalah yang telah dipilih secara sistematis dan analitik, sehingga kemampuna siswa dalam menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara tertulis, menggambar dan menggunakan simbol, notasi-notasi dalam matematika akan tergali lebih dalam. Selanjutnya siswa mempresentasikan hasil investigasi kelompok yang diperoleh melalui diskusi kelompok, dalam tahap ini kemampuan siswa menjelaskan ide, situasi dan relasi matematika secara lisan akan berkembang, selain itu juga siswa berbagi pengetahuan yang telah diperoleh dengan teman-temanya sehingga pengetahuan dan informasi yang diperoleh siswa juga bertambah. Pada tahap akhir pembelajaran dilakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa, setelah pembelajaran Group investigation. Pada model pembelajaran Group investigation siswa ditutut bekerjasama, untuk memperoleh pengetahuan dengan cara berdiskusi menginvestigasi suatu

21 permasalahan. Dengan berdiskusi memecahkan masalah dapat mengembangkan kemampuan individu siswa dalam mengekpresikan ide-ide dan penguasaan kosepnya untuk memecahkan masalah. Group Investigation membantu siswa untuk melakukan investigasi terhadap suatu topik, sehingga siswa akan memperoleh pemahaman secara mendalam terhadap suatu topik. Dengan menggunakan model Group Investigation ini siswa lebih dapat memahami materi dan mengekpresikan ide-ide matematis yang dipelajarinya dengan baik, dan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematisnya dengan baik pula. Pembelajaran menggunakan model kooperatif, dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan baik. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik, akan memiliki peluang lebih kecil mendapatkan kesulitan dalam memecahkan permasalahan dalam pembelajaran matematika, dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan komunikasi yang rendah. Siswa juga akan lebih leluasa mengekpresikan ide-ide dan penguasaan konsepnya sehingga siswa akan menjadi lebih kritis dalam menghadapi setiap permasalahan matematika yang dipelajarinya. Dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation, siswa menggali sendiri informasi melalui investigasi dan diskusi kelompok, sehingga kemampuan komunikasi matematis siwa akan mengalami peningkatan dengan lebih baik, karena pembelajaran ini memotivasi siswa untuk aktif, kreatif dan menuntut siswa untuk berpikir kritis, sehingga siwa mampu mengepresikan ide-ide dan penguasan konsepnya untuk memecahkan suatu masalah dengan baik.

22 E. Anggapan Dasar Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut: 1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMPN 2 Pringsewu tahun pelajaran 2012-2013 memperoleh materi yang relatif sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. 2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematika siswa selain model pembelajaran Group Inveastigation tidak diperhatikan. F. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pikir, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: Kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group investigation lebih tinggi daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.