BAB IV METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. pengamatan struktur plat lantai, pengamatan struktur core lift.

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. terhitung mulai dari tanggal 07 Oktober 2013 sampai dengan 07 Desember 2013

BAB IV METODE PENGECORAN KOLOM, DINDING CORE WALL, BALOK DAN PLAT LANTAI APARTEMENT GREEN BAY PLUIT LANTAI 15 - LANTAI 25

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. lift di cor 2 lantai diatas level plat lantai. Alasan menggunakan metode perlakuan core sebagai kolom adalah :

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam melaksanakan suatu proyek konstruksi, diperlukan adanya suatu

BAB VII TINJAUAN KHUSUS CORE WALL

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM, BALOK DAN PELAT. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI KOLOM DAN BALOK. perencanaan dalam bentuk gambar shop drawing. Gambar shop

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN RAMP. proses pelaksanaan dari suatu item pekerjaan yang harus direncanakan terlebih

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. hasil yang baik, tepat waktu dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN. Metode pelaksanaan kontruksi merupakan salah satu proses pelaksanaan kontruksi

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PEKERJAAN

BAB V METODE PELAKSANAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Konsep perencanaan pembangunan proyek Apartmen Chadstone-Cikarang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Kolom merupakan suatu elemen struktur yang memikul beban Drop Panel dan

BAB V METODE UMUM PELAKSAAN KONSTRUKSI. Untuk mengetahui metode pelaksanaan di lapangan, dibuatkan gambar shop

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEKERJAAN PELAT LANTAI UNTUK TOWER D DI PROYEK PURI MANSION APARTMENT. beton bertulang sebagai bahan utamanya.


Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS. Proyek pembangunan Aeropolis Lucent Tower dibangun dengan

: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT


BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BAB III SISTEM ORGANISASI DALAM MANAJEMEN PROYEK

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA STRUKTUR ATAS. Pada sebuah pelaksanaan konstruksi, banyak sekali pihak-pihak yang

BAB V METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN. Dalam pelaksanaan suatu proyek baik proyek besar maupun proyek kecil selalu

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PILE CAP DAN RETAINING WALL. Dalam setiap proyek konstruksi, metode pelaksanaan konstruksi

LAPORAN KERJA PRAKTEK METODE BEKISTING ALLUMA SYSTEM PADA BALOK DAN PLAT LANTAI PROYEK PEMBANGUNAN MENTENG PARK APARTEMEN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS. dalam mencapai sasaran pelaksanaan proyek konstruksi. Dimana sasaran proyek

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. berhasil tidaknya suatu proyek. Hal ini membutuhkan pengaturan serta

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Vittoria Residences Apartement terdiri dari 3 tower dengan : c. Podium 5 lantai, dengan 1 lantai semi basement

BAB IV ALAT DAN BAHAN PELAKSANAAN. Pada proyek Lexington Residences hampir semua item pekerjaan menggunakan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. kebutuhan sarana akomodasi tempat tinggal. Bangunan ini didesain untuk

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BALOK

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

BAB V METODE UMUM PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Metode pelaksanaan di lapangan akan mudah dikerjaan dengan membuat

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB VII TINJAUAN KHUSUS METODE PEMBESARAN KOLOM DAN METODE PELAKSANAAN SHEARWALL. terlebih dahulu dan mengacu pada gambar kerja atau shopdrawing.

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

BAB VII TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN CORE WALL

KEMAJUAN PEKERJAAN & PENGENDALIAN PROYEK. Dalam setiap kemajuan proyek, perlu adanya suatu laporan mengenai

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR ATAS

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN SHEAR WALL. biasanya terdapat pada bangunan tower atau gedung bertingkat.

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR ATAS

UCAPAN TERIMA KASIH...

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH METODE PELAKSANAAN SHEAR WALL DAN CORE WALL

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Sebelum pelaksanaan pekerjaan di proyek Apartemen Jatake Solmarina, maka di adakan persiapan lapangan seperti :

BAB IV PERALATAN DAN MATERIAL. Dalam setiap pekerjaan proyek konstruksi selalu diperlukan peralatan guna

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN. tinggi dapat menghasilkan struktur yang memenuhi syarat kekuatan, ketahanan,

BAB V METODE PELAKSANAAN STRUKTUR

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Tahap pelaksanaan pekerjaan adalah tahapan dimana suatu kegiatan yang

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Manajemen pelaksanaan dilakukan dalam rangka menjamin kelancaran

BAB III SISTEM ORGANISASI DALAM MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,

BAB V PERALATAN DAN MATERIAL

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... LEMBAR PENDADARAN... KATA PENGANTAR... LEMBAR PERSEMBAHAN... DAFTAR GAMBAR...

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Sebelum pelaksanaan pekerjaan di Rumah susun KS Tubun, maka di

BAB IV. PERALATAN dan MATERIAL. Ambassador 2 St.Moritz ini meliputi Peralatan apa saja yang dipakai untuk

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN

Bab V. Metode Pelaksanaan Kerja

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

BAB VII PEMBAHASAN TINJAUAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK. Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

METODE PELAKSANAAN Pekerjaan Bekisting Raka Pratama

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. diperlukan untuk menjaga kualitas struktur agar sesuai dengan spesifikasi yang

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

BAB IV: TINJAUAN KHUSUS PROYEK

BAB III BAHAN BANGUNAN DAN ALAT

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

BAB III SISTEM ORGANISASI DALAM MANAGEMENT PROYEK. kompleks. Hal ini tentu memerlukan suatu manajemen yang baik sehingga pada

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. pekerjaan pekerjaan yang rentan akan permasalahan. Masalah yang timbul bisa

BAB IV TINJAUAN KONDISI PROYEK ALAT DAN BAHAN BANGUNAN

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

Transkripsi:

BAB IV METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN 4.1 METODE KERJA PENGECORAN KOLOM Kolom merupakan struktur utama sebagai penyalur keseluruhan beban dari tiap lantai ke struktur bawah (pondasi). Metode pelaksanaan pekerjaan kolom pada proyek La Maison memiliki urutan tersendiri yang harus dilaksanakan dan tidak bisa dilakukan perubahan urutan. 4.1.1 Pekerjaaan Persiapan kolom Dimulai dengan pembuatan gambar rencana penulangan dan struktur yang disebut shop drawing atau gambar kerja, dengan persetujuan/ control oleh konsultan pengawas. Gambar tersebut mengacu pada gambar for construction yang dikeluarkan oleh konsultan perencana. 4.1.2 Pekerjaan Pembesian dan Perakitan Kolom Setelah shop drawing disetujui, dilakukan perhitungan pembesian dengan metode bar bending schedule (BBS). Dari hasil perhitungan BBS ini, dilakukan perencanaan dan pemotongan besi dengan bar cutter. Baja tulangan sebelumnya dipotong dengan berbagai ukuran dan dibengkokkan sedemikian rupa di stockyard, sehingga membentuk bagian per-bagian tulangan kolom yang mudah dirakit, dan effisien. Pekerjaan pemotongan dan pembengkokan baja tulangan diperhitungkan sedemikian rupa, agar tidak banyak sisa potongan baja yang terbuang begitu saja, dengan demikian akan meningkatkan cost efficiency. Pemotongan dan pembentukan (pembengkokan) dilakukan khusus oleh tenaga ahli yang IV -1

bertanggung jawab melakukan pemotongan sesuai ukuran dan spesifikasi gambar rencana/ shop drawing. Besi-besi tulangan yang telah dibentuk ini untuk sementara ditempatkan di tempat khusus yang mudah dijangkau oleh tower crane. Berikut dapat kita lihat bagaimana proses pemotongan dan pembengkokan besi-besi tulangan tersebut. Bar cutter Gambar 4.1 Tempat pemotongan besi dengan bar cutter Alat pembengkok besi Gambar 4.2 Proses pembentukan/ pembengkokan besi IV -2

Gambar 4.3 Flow chart pengecekan besi kolom lapangan Tahap selanjutnya besi yang telah dibentuk sesuai gambar rencana dirakit di area perakitan, kemudian diangkat ke lokasi yang akan dipasang dengan bantuan tower crane. Masih dengan bantuan tower crane, besi tulangan disambung ke besi over lap kolom sebelumnya. IV -3

Gambar 4.4 Penyambungan kolom dengan bantuan tower crane Tahap berikutnya setelah sambungan tulangan siap, dilakukan pemasangan tahu beton dan pembatas bekisting (sepatu kolom) dengan pengelasan besi siku di bagian bawah pembesian kolom (pengelasan diberi stek tambahan yang sudah disiapkan). Kemudian dilakukan joint survey bersama ( cek hasil pekerjaan besi ) antara konsultan pengawas dan pemborong. IV -4

Gambar 4.5 Penyambungan besi tulangan kolom 4.1.3 Pekerjaan Bekisting Kolom Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan setelah pemasangan besi selesai. Bekisting kolom tersebut difabrikasi sesuai dengan ukuran yang telah didesain. Sebelum dipasang bekisting kolom dilapisi/ dicoating dengan menggunakan mould oil. Setelah itu dilakukan pembersihan di area stek kolom. Tahap selanjutnya adalah memasang panel bekisting kolom dengan dibantu Tower Crane dan dipasang tegak dengan diperkuat oleh penyangga (Adjuster) bekisting kolom. Langkah terakhir dari pekerjaan bekisting kolom adalah memeriksa ketegakan bekisting kolom dengan melakukan penyesuaian adjuster mengunakan bantuan benang dengan pemberat (unting-unting). Bekisting kolom menggunakan multipleks dengan ketebalan 18mm, usia pemakaian sampai dengan 4 kali pemakaian. IV -5

Gambar 4.6 Proses pemasangan bekisting kolom Gambar 4.7 Pemasangan bekisting kolom dengan bantuan tower crane IV -6

Gambar 4.8 Penyesuaian kemiringan bekisting dengan adjuster 4.1.4 Pekerjaan Pengecoran Kolom Setelah selesai pemasangan bekisting kolom, maka dilanjutkan dengan pengecoran. Beton readymix untuk kolom sebelumnya dilakukan tes slump sesuai nilai yang telah ditentukan. Dari hasil tes slump yang telah diijinkan dilanjutkan pengangkutan beton dengan menggunakan mobil truck ke lokasi pengecoran. Pengecoran beton dilakukan dengan dibantu oleh tower crane yang dituang melalui bucket, kemudian dilakukan vibrating dari dalam dengan alat vibrator dan dari luar (pemukulan pada permukaan bekisting kolom). Proses vibrating ini dilakukan secara bertahap ( tiap batas klem bekisting ± 1/5 tinggi bekisting kolom ). Untuk lebih jelasnya proses pengecoran kolom ini dapat kita lihat pada gambar berikut di bawah ini. IV -7

Gambar 4.9 Pengecoran kolom menggunakan backet 4.1.5 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Kolom Proses pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah beton dianggap mengeras. Berikut ini adalah metode kerja pembongkaran bekisting kolom: a) Pembongkaran bekisting kolom dilakukan setelah 8 jam dari pengecoran terakhir dengan tenaga orang (berbeda-beda tergantung pada setting time beton, setiap mix design yang dibuat juga berbeda tergantung dari bahan admixture yang digunakan). Jika pembongkaran dilakukan sebelum waktu pengikatan pada beton menjadi sempurna (kurang dari setting time yang disyaratkan), maka akan terjadi kerusakan/cacat pada beton tersebut. Upaya dalam mencegah kerusakan yang terjadi yaitu dilakukan pembongkaran setelah setting time yang disyaratkan, agar beton dapat mengeras terlebih dahulu. Karena beton kolom yang digunakan tidak langsung menerima beban besar (momen akibat beban sendiri termasuk kecil), maka IV -8

pembongkaran bekistingnya lebih cepat dibandingkan pembongkaran bekisting pada balok dan pelat lantai. b) Hal yang pertama dilakukan yaitu mengendorkan semua baut dan wing nut, kemudian melepas tie rod yang terdapat pada horizontal waller. c) Kemudian mengendorkan dan melepas push pull prop RSS1 dan kickers brace AV1 pada wedge head piece. d) Langkah selanjutnya adalah melepas push pull prop RSS1 dan kickers brace AV1 dari base plate yang secara bersamaan begesting kolom akan lepas dengan sendirinya dari permukaan beton. e) Kemudian bekisting kolom tersebut diangkat dan dipindahkan ke tempat yang telah disediakan dengan bantuan alat tower crane, untuk dilakukan pembersihan dan pengolesan dengan oil form. 4.1.6 Pekerjaan Perawatan Kolom Pada saat pembongkaran begesting selesai, maka langsung dilakukan perawatan beton (curing), yaitu dengan menggunakan curing compound, caranya yaitu dengan membasahi permukaan kolom dengan menggunakan roll secara merata (naik turun). Proses ini dilakukan sebanyak 4 kali. Tujuan utama dari perawatan beton ialah untuk menghindari: a) Kehilangan zat cair yang banyak pada proses awal pengerasan beton yang akan mempengaruhi proses pengikatan awal beton. b) Penguapan air dari beton pada saat pengerasan beton pada hari pertama. c) Perbedaan temperatur dalam beton, yang akan mengakibatkan retak-retak pada beton. IV -9

Gambar 4.10 Keropos pada kolom Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan empat hal pokok, yaitu keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja, urutan pekerjaan yang kurang tepat, dan adanya kesulitan dalam mengaplikasikan gambar rencana. Permasalahan pelaksanaan pekerjaan yang muncul di lapangan antara lain: a) Pembersihan permukaan bekisting balok dan pelat lantai sebelum pengecoran kurang teliti sehingga banyak sampah seperti potongan kayu, butiran tanah tercetak dengan beton. b) Pembesian tulangan kolom, dan balok yang tidak sesuai dengan gambar, baik dari jumlah maupun ukurannya. c) Penempatan decking yang keliru, dimana sering dijumpai decking ditempatkan pada tulangan utama. d) Sengkang bagian bawah pada balok banyak yang tidak diikatkan dengan tulangan utama. e) Terjadi keropos pada beton setelah pengecoran, dikarenakan penggetaran concrete vibrator yang kurang merata. IV -10

4.2 METODE KERJA PENGECORAN CORE LIFT DAN SHEAR WALL Core lift/shear wall merupakan unsur yang harus dimiliki oleh gedung bertingkat banyak sebagai struktur yang digunakan untuk pemasangan fasilitas lift. Metode pelaksanaan pekerjaan core lift tidak jauh berbeda dengan metode pelaksanaan struktur kolom. Pengecoran dinding core lift dilakukan 2 tingkat lebih atas dari proses pengecoran kolom maupun plat lantai. 4.2.1 Pekerjaan Persiapan Core Lift Dan Shear Wall Dimulai dengan pembuatan gambar rencana penulangan dan struktur yang disebut shop drawing atau gambar kerja, dengan persetujuan/ control oleh konsultan pengawas dimana gambar tersebut mengacu pada gambar for construction yang dikeluarkan oleh konsultan perencana. 4.2.2 Pekerjaan Pembesian Core Lift Dan Shear Wall Mengacu pada shop drawing yang telah disetujui, dilakukan perhitungan pembesian dengan metode bar bending schedule (BBS). Dari hasil perhitungan BBS, dilakukan fabrikasi dan pemotongan besi dengan bar cutter dan dilanjutkan dengan pembentukan dan perakitan. Besi yang telah dirakit sesuai perencanaan kemudian diangkat ke lokasi yang akan dipasang dengan bantuan tower crane. Masih dengan bantuan tower crane, besi tulangan disambung ke besi over lap dinding core lift sebelumnya (yang sebelumnya dilakukan pembersihan di area stek dinding). Setelah penyambungan selesai, dilakukan pemasangan/ perakitan tulangan balok spandrel yang dilakukan langsung di lapangan. IV -11

Tulangan balok spandrel. Gambar 4.11 Proses pemasangan tulangan spandrel Setelah pembesian besi terpasang dan sudah selesai dilakukan joint survey bersama ( cek hasil pekerjaan besi ) antara konsultan pengawas dan pemborong. 4.2.3 Pekerjaan Bekisting Core Lift Dan Shear Wall Pemasangan bekisting dinding core lift dilaksanakan setelah pemasangan besi selesai. Bekisting dinding core lift tersebut difabrikasi sesuai ukuran yang didesain. Sebelum papan bekisting dipasang, terlebih dahulu dilapisi/dicoating dengan menggunakan mould oil. Setelah itu dilakukan pembersihan di area stek dinding core lift, kemudian dilakukan pemasangan setengah panel bekisting core lift dengan dibantu tower crane yang dipasang tegak dengan diperkuat oleh penyangga (adjuster) bekisting core lift. Demikian seterusnya untuk pekerjaan panel bekisting core lift yang lain. IV -12

Gambar 4.12 Desain panel dinding core lift/ shear wall Adjuster Gambar 4.13 Pemasangan bekisting dinding core lift IV -13

Langkah terakhir dari pekerjaan bekisting dinding core lift adalah memeriksa ketegakan bekisting dinding core lift dengan mengunakan benang dengan pemberat (unting-unting) hal ini dilakukan untuk menghindari bekisting yang miring, karena bila terjadi kemiringan maka pekerjaan core lift ini dianggap gagal dan tujuan lainnya adalah menyesuaikan adjuster yang terdapat pada besi penyangga bekisting. Bekisting core lift menggunakan multipleks dengan ketebalan 18 mm, usia pemakaian sampai dengan 6 kali pemakaian. 4.2.4 Pekerjaan Pengecoran Core Lift Dan Shear Wall Setelah selesai pemasangan bekisting corelift, maka dilanjutkan dengan pengecoran. Beton readymix untuk dinding corelift sebelumnya dilakukan tes slump sesuai nilai yang telah ditentukan. Dari hasil tes slump yang telah diijinkan kemudian dilanjutkan pengangkutan beton dengan menggunakan mobil truck ke lokasi pengecoran. Pengecoran beton dilakukan dengan dibantu oleh tower crane yang dituang melalui backet, kemudian dilakukan vibrating dari dalam dengan alat vibrator dan dari luar ( pemukulan pada permukaan bekisting core lift). Proses vibrating ini dilakukan secara bertahap ( tiap batas klem bekisting / +/- 1/5 tinggi bekisting core lift ). 4.2.5 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Core Lift Dan Shear Wall Pembongkaran bekisting dinding core lift beton dilaksanakan setelah 15 jam dari pengecoran. Curring ( curing compound ) langsung dilakukan setelah pembongkaran bekisting. IV -14

Tulangan balok spandrel. Gambar 4.14 Bekisting dinding core lift telah siap dibuka 4.3 METODE KERJA PENGECORAN BALOK 4.3.1 Pekerjaan Persiapan Balok Metode pelaksanaan pekerjaan balok dilakukan dengan metode bekisting konvensional. Dimulai dengan pembuatan gambar rencana penulangan dan struktur yang disebut shop drawing atau gambar kerja, dengan persetujuan/ control oleh konsultan pengawas dimana gambar tersebut mengacu pada gambar for construction yang dikeluarkan oleh konsultan perencana struktur. Seperti halnya kolom dan struktur core lift, dilakukan pemotongan dan pembentukan/ pembengkokan besi tulangan sesuai shop drawing di area produksi pembesian. Perakitan tulangan balok dilakukan langsung di lapangan, besi tulangan diangkat ke area pemasangan dengan menggunakan tower crane. IV -15

Gambar 4.15 Flow chart pemeriksaan besi balok lapangan 4.3.2 Pekerjaan Bekisting Balok Kemudian memulai pekerjaan bekisting berdasarkan gambar shop drawing atau gambar kerja dengan langkah pertama yaitu mendirikan dan memasang scaffolding atau perancah, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a) Meletakkan base jack sesuai marking area. b) Memasang main frame dan diperkuat dengan cross brace c) Memasang join poin, ladder frame dan diperkuat dengan cross brace d) Memasang cross headjack dan peri girder GT.24 e) Memasang multiplek bekisting. Sebelum memasang bekisting balok tersebut, sebelumnya pada permukaan multiplek terlebih dahulu dilapisi dengan mould oil. IV -16

Pemasangan bekisting balok dilakukan dengan urutan sebagai berikut : a) Memasang bekisting bawah (bottom form) dengan bahan multiplek 18 mm b) Memasang bekisting samping (side form) dengan bahan multiplek 15 mm c) Untuk bekisting samping balok bagian tepi struktur bangunan, bekisting dipasang pada kondisi telah terakit dengan bantuan tower crane, diangkat dari 2 level di bawahnya. Adjuster bekisting balok. Gambar 4.16 Bekisting balok yang telah dipasang Gambar 4.17 Pemasangan bekisting tepi IV -17

4.3.3 Pekerjaan Pembesian Balok Laporan Kerja Praktek Untuk bentang balok yang lebih dari 12m akan ada penyambungan besi (overlap), dimana panjang overlap ini sesuai dengan standard penulangan yang telah ditetapkan oleh konsultan struktur. Pada saat pemasangan besi tulangan pada bekisting balok diletakkan pada posisi yang tetap dan dijaga pada saat pengecoran, yaitu dengan memasang beton decking/ tahu beton. Pada sambungan tulangan balok dengan struktur core lift sistem penyambungan, yaitu sitem block out. Yang harus diperhatikan adalah sebelum dicor atau setelah pembesian harus dibersihkan dengan alat semprot kompresor. 4.3.4 Pekerjaan Pengecoran Balok Langkah selanjutnya setelah besi terpasang dan dilakukan joint survey serta mendapat izin dari konsultan Pengawas maka pengecoran dapat dilakukan. Beton readymix untuk balok yang telah memenuhi syarat kualitas dan bahan di angkut ke lokasi yang akan dicor dengan menggunakan bucket dengan bantuan tower crane, kemudian dilakukan vibrating secara bertahap pada balok dan Plat lantai. Gambar 4.18 Penyambungan tulangan balok sistem block out IV -18

4.3.5 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Balok Laporan Kerja Praktek Pembongkaran bekisting/formwork harus dilakukan dengan hati-hati dan diawasi secara ketat. Minimal Pembongkaran bekisting lantai sistim slab dan beam dilakukan dengan cara sebagai berikut: a) Bongkaran Bekisting dimulai dari yang termudah, yaitu pada pertemuan panel/plywood slab dengan bagian sideform balok. b) Bongkaran dilakukan per panel atau per lembar plywood dan langsung di shoring misal dengan pipe support. Setelah area slab yang dimaksud telah selesai di shoring, lakukan pengamatan secara rutin pada pipe support. Jika pipe support melengkung secara ekstrim, artinya perlu ada penambahan shoring/pipe support. c) Dengan adanya pembongkaran bekisting/formwork, tentunya proses kehilangan air pada penampang beton akibat terjadinya penguapan akan semakin besar. Untuk itu perlu adanya pemeliharaan beton pasca bongkaran bekisting setidaknya 5 hari sesudahnya. 4.3.6 Pekerjaan Perawatan Beton Balok Perawatan ini dilakukan setelah beton mencapai final setting, artinya beton telah mengeras. Perawatan ini dilakukan, agar proses hidrasi selanjutnya tidak mengalami gangguan. Jika hal ini terjadi, beton akan mengalami keretakan karena kehilangan air yang begitu cepat. Perawatan dilakukan minimal selama 7 (tujuh) hari dan beton berkekuatan awal tinggi minimal selama 3 (tiga) hari serta harus dipertahankan dalam kondisi lembab, kecuali dilakukan dengan perawatan yang dipercepat. Perawatan ini tidak hanya dimaksudkan untuk mendapatkan kekuatan tekan beton yang tinggi tapi juga dimaksudkan untuk memperbaiki mutu dari keawetan beton, kekedapan terhadap air, ketahanan terhadap aus, serta stabilitas dari dimensi struktur. IV -19

Untuk menjaga agar proses hidrasi beton dapat berlangsung dengan sempurna maka di perlukan curing untuk menjaga kelembabannya. Lamanya curing sekitar 7 hari berturut turut mulai hari kedua setelah pengecoran. Curing dapat dilakukan dengan berbagai macam cara antara lain : a) Menyemprotkan dengan lapisan khusus ( semacam Vaseline ) pada permukaan beton. b) Membasahi secara terus menerus permukaan beton dengan air. Setelah proses curing, di lakukan pengurugan tanah kembali lapis demi lapis. 4.3.6.1 Perawatan Yang Dipercepat Perawatan dengan uap bertekanan tinggi, uap bertekanan atmosferik, pemanasan dan pelembaban atau proses lain yang dapat diterima, boleh digunakan untuk mencapai kekuatan tekan dan mengurangi waktu perawatan. Perawatan ini harus mampu menghasilkan kekuatan tekan sesuai dengan rencana, dan prosesnya harus mampu menghasilkan beton yang tegar. Untuk cuaca yang panas perlu diperhatikan bahanbahan penyusunnya, cara produksi, penanganan dan pengangkutan, penuangan, perlindungan dan perawatan untuk mencegah suhu beton atau penguapan air yang berlebihan sehingga dapat mengurangi kekuatan tekannya dan mempengaruhi kekuatan struktur. 4.3.6.2 Macam Perawatan Perawatan beton ini dapat dilakukan dengan pembahasan atau penguapan (steam) serta dengan menggunakan membran. Pemilihan cara mana yang IV -20

digunakan semata-mata mempertimbangkan biaya yang dikeluarkan. A. Perawatan Dengan Pembasahan Pembahasan dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan. Pekerjaan perawatan dengan pembahasan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : a) Menaruh beton segar dalam ruangan yang lembab. b) Menaruh beton segar dalam genangan air. c) Menaruh beton segar dalam air. d) Menyelimuti permukaan beton dengan air. e) Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah. f) Menyirami permukaan beton secara kontinyu. g) Melapisi permukaan beton dengan air dengan melakukan compound. Cara a, b, dan c digunakan untuk contoh uji. Cara d, e, f digunakan untuk beton di lapangan yang permukaanya mendatar, sedangkan cara f dan g digunakan untuk yang permukaanya vertikal. Fungsi utama dari perawatan beton adalah untuk menghindarkan beton dari : a) Kehilangan air-semen yang banyak pada saat-saat setting time concrete. b) Kehilangan air akibat penguapan pada hari-hari pertama. c) Perbedaan suhu beton dengan lingkungan yang terlalu besar. Untuk menanggulangi kehilangan air dalam beton ini dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan dengan perawatan. Pelaksanaan Curing Compound, sesuai dengan ASTM C.309, dapat diklasifikasikan menjadi : IV -21

a) Tipe I, Curing Compound tanpa Dye, biasanya terdiri dari paraffin sebagai selaput lilin yang dicampur dengan air. b) Tipe I-D, Curing Compound dengan Fugitive Dye (warna akan hilang selama beberapa minggu). c) Tipe II, Curing Compound dengan zat berwarna putih. B. Perawatan Dengan Penguapan Perawatan dengan uap dapat dibagi menjadi dua, yaitu perawatan dengan tekanan rendah dan perawatan dengan tekanan tinggi. Perawatan tekanan rendah berlangsung selama 10-12 jam pada suhu 40-55 C, sedangkan penguapan dengan suhu tinggi dilaksanakan selama 10-16 jam pada suhu 65-95 C, dengan suhu akhir 40-55 C. Sebelum perawatan dengan penguapan dilakukan, beton harus dipertahankan pada suhu 10-30 C selama beberapa jam. Perawatan dengan penguapan berguna pada daerah yang mempunyai musim singin. Perawatan ini harus diikuti dengan perawatan dengan pembahasan setelah lebih dari 24 jam, minimal selama umur 7 hari, agar kekuatan tekan dapat tercapai sesuai dengan rencana pada umur 28 hari. C. Perawatan Dengan Membran Membran yang digunakan untuk perawatan merupakan penghalang fisik untuk menghalangi penguapan air. Bahan yang digunakan harus kering dalam waktu 4 jam (sesuai final setting time), dan membentuk selembar film yang kontinyu, melekat dan tidak bergabung, tidak beracun, tidak selip, bebas dari lubang-lubang halus dan tidak membahayakan beton. IV -22

Lembaran plastik atau lembaran lain yang kedapa air dapat digunakan dengan sangat efesien. Perawatan dengan menggunakan membran sangat berguna untuk perawatan pada lapisan perkerasan beton (rigid pavement). Cara ini harus dilaksanakan sesegera mungkin setelah waktu pengikatan beton. Perawatan dengan cara ini dapat juga dilakukan setelah atau sebelum perawatan dengan pembahasan. D. Perawatan Lainnya Perawatan pada beton lainnya yang dapat dilakukan adalah perawatan dengan menggunakan sinar infra merah, yaitu dengan melakukan penyinaran selama 2-4 jam pada suhu 90 C. hal tersebut dilakukan untuk mempercepat penguapan air pada beton mutu tinggi. Selain itu ada pula perawatan hidrotermal (dengan memanaskan cetakan untuk beton-beton pra-cetak selama 4 jam pada suhu 65 C) dan perawatan dengan karbonisasi. Proses curing (perawatan) pada beton memainkan peran penting pada pengembangan kekuatan dan daya tahan beton, proses curing dilaksanakan segera setelah proses pencetakan selesai. Proses curing ini meliputi pemeliharaan kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam beton maupun di permukaan beton dalam periode waktu tertentu. Proses curing pada beton bertujuan memberikan kelembaban yang cukup pada proses hidrasi lanjutan dan pengembangan kekuatan, stabilitas volume, ketahanan terhadap pembekuan dan pencairan serta abrasi. IV -23

4.4 METODE PELAKSANAAN PLAT LANTAI METODE TABLE FORM Metode pelaksanaan pekerjaan plat lantai pada proyek ini menggunakan metode table form. Metode table form jauh lebih praktis dan lebih cepat jika dibandingkan dengan metode konvensional (metode biasa). Metode pada proyek ini dipakai untuk plat-plat yang typical. 4.4.1 Pekerjaan Persiapan Plat Lantai Pekerjaan ini dimulai dengan pembuatan gambar rencana yang disebut shop drawing atau gambar kerja, dengan persetujuan/ control oleh konsultan pengawas dimana gambar tersebut mengacu pada gambar for construction yang dikeluarkan oleh konsultan perencana struktur. 4.4.2 Pekerjaan Bekisting Plat Lantai Langkah selanjutnya adalah mendirikan dan memasang struktur rangka bekisting sistem table form dengan langkah sebagai berikut : a) Membongkar rangka & bekisting dari 3 level plat lantai di bawahnya. Pembongkaran tidak dilakukan secara keseluruhan, tetapi hanya dengan menurunkan level pada adjuster. b) Mengangkat bekisting (dalam kondisi sudah terakit dengan bentuk meja) dari lantai bawah ke lantai atas dengan bantuan Tower Crane. IV -24

Gambar 4.19 Bekisting table form diangkat dalam 1 konfigurasi tertentu c) Rangka bekisting terakit dalam satu konfigurasi tertentu dengan ukuran 150 x 450cm, sehingga proses perakitan kembali bekisting relative lebih cepat dibanding dengan bekisting konvensional. d) Merakit kembali tiap konfigurasi bekisting menjadi satu kesatuan setengah luas lantai. Gambar 4.20. Bekisting tipe table form yang telah dirakit kembali IV -25

e) Pengecoran plat lantai dibagi menjadi 4 zone/lantai. Laporan Kerja Praktek Sebelum memasang bekisting plat lantai, pada permukaan multiplek terlebih dahulu dilapisi dengan mould oil. Pemasangan bekisting plat lantai dengan bahan multiplek 18 mm. 4.4.3 Pekerjaan Pembesian Plat Lantai Untuk perakitan pembesian plat dilakukan langsung dilokasi yang akan dipasang (diatas bekisting yang sudah terpasang) sesuai dengan ukuran, dimensi, dan panjang plat. Besi-besi tulangan diangkat ke lokasi dengan menggunakan bantuan tower crane. Sebagian besar besi-besi tulangan dipotong dan dibentuk langsung di lapangan, sehingga di lapangan selalu disediakan alat pemotongan manual dan alat pembengkok tulangan. Gambar 4.21 Proses perakitan besi tulangan plat lantai. Untuk menjaga jarak antara besi tulangan dan bekisting plat dipasang tahu beton. Pada saat pemasangan besi tulangan harus diletakkan pada posisi yang tetap dan dijaga pada saat pengecoran, yaitu dengan memasang besi decking berbentuk huruf S (kaki IV -26

ayam) pada tulangan rangkap. Dan pemasangan tahu beton yang bertujuan menjaga jarak tulangan plat dengan bekisting tidak menempel. Yang harus diperhatikan adalah sebelum dicor atau setelah besi sudah terpasang harus dibersihkan lagi dengan alat semprot kompresor. Setelah besi terpasang dilakukan joint survey bersama ( cek hasil pekerjaan besi ) konsultan MK. antara pemborong dengan Besi decking. Tahu beton. Gambar 4.22 Sistem pemasangan besi dan tahu beton. 4.4.4 Pekerjaan Pengecoran Plat Lantai Langkah selanjutnya setelah besi sudah terpasang dan sudah dilakukan joint survey serta sudah mendapat izin dari konsultan pengawas maka dilanjutkan dengan pengecoran. Beton readymix untuk plat sebelumnya dilakukan tes slump sesuai nilai yang telah ditentukan. Dari hasil tes slump yang telah diijinkan, kemudian dilanjutkan pengangkutan beton dengan menggunakan mobil truck ke lokasi pengecoran. Beton dinaikkan ke lokasi yang akan dicor dengan menggunakan pompa beton, kemudian dilakukan vibrating secara bertahap pada plat lantai. IV -27

Gambar 4.23 Tampak pengecoran plat lantai. 4.4.5 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting Plat Lantai Curring ( curing compound ) langsung dilakukan setelah pembongkaran bekisting. Pembongkaran bekisting plat dilaksanakan setelah 7 (tujuh) hari dari pengecoran Gambar 4.24 Pembongkaran bekisting dengan menurunkan adjuster IV -28

4.5 PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PROYEK Laporan Kerja Praktek Pengendalian dan pengawasan proyek diperlukan agar kualitas yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan memperoleh jaminan bahwa tujuan proyek dilaksanakan sesuai dengan rencana. 4.5.1 Pengendalian Mutu Pekerjaan Pengendalian mutu pekerjaan dalam sebuah proyek merupakan kebijakan yang dilaksanakan oleh setiap proyek untuk melakukan pengendalian dan pengawasan dalam berlangsungnya proyek tersebut. Pengendalian mutu dilakukan untuk mendapatkan hasil yang semaksimal dan seefisien mungkin. Kebijakan mutu ini merupakan tanggungjawab project manager yang akan dipertanggungjawabkan oleh pihak owner. 4.5.2 Pengendalian Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam suatu proyek merupakan hal yang mutlak. Penempatan tenaga kerja yang sesuai dengan jumlah dan kemampuannya dapat menunjang tercapainya efisiensi dalam suatu pekerjaan proyek, oleh karena itu diperlukan suatu pengendalian mutu tenaga kerja. Pemilihan mandor untuk melaksanakan pekerjaan secara borongan haruslah tepat. Maka tim pelaksana harus hati-hati dalam pemilihan mandor, sebab akan menentukan mutu sekaligus ketepatan waktu selesai proyek. Setiap tenaga kerja yang dibawa oleh para mandor haruslah sudah mempunyai pengalaman yang sesuai dengan keahliannya, seperti pembesian, pembobokan, bekisting hingga pengecoran. IV -29

4.6 PENGENDALIAN WAKTU Untuk menghindari adanya keterlambatan pelaksanaan maka perlunya pengendalian waktu yang berdasarkan pada time schedule pekerjaan. Keterlambatan pekerjaan pada suatu proyek akan berpengaruh pada cost. Maka untuk mempermudah pelaksaan dilapangan, manager membuat schedule yang lebih sederhana akan tetapi tetap mengacu pada time schedule yang dikeluarkan oleh engineering sebab tidak semua paham akan pembacaan master schedule. Supaya pekerjaan dapat berlangsung tepat waktu, maka time schedule digunakan sebagai kontrol untuk mengatur tingkat prestasi pekerjaan dengan lamanya pelaksanaannya. Sehingga pekerjaan apa yang harus dikerjakan lebih dahulu dan kapan harus dimulai dapat terjadwal dengan baik, sehingga kemungkinan keterlambatan dapat diperkecil. Manfaat dari time schedule antara lain : a) Sebagai pedoman kerja bagi pelaksana terutama menyangkut batasan waktu dan pelaksanaan tiap pekerjaan yang dilaksanakan. b) Sebagai koordinasi bagi pimpinan proyek terhadap semua pelaksanaan pekerjaan. c) Sebagai tolak ukur kemajuan pekerjaan di setiap harinya, sehingga progress report setiap waktu dapat dilihat. d) Sebagai evaluasi tahap akhir dari setiap pelaksanaan pekerjaan. Setiap bagian pekerjaan pada time schedule mempunyai prosentase bobot dan menyatakan pembagian waktu terperinci untuk setiap jenis pekerjaan, mulai dari permulaan sampai akhir pekerjaan sehingga kumulatif prosentase bobot pekerjaan ini akan membentuk kurve S. Untuk kurva S terdiri dari kurva S rencana dan kurva S realisasi. Fungsi kurva S adalah : a) Menentukan waktu penyelesaian tiap bagian pekerjaan proyek. IV -30

b) Menentukan besarnya biaya pelaksanaan proyek. Laporan Kerja Praktek c) Mengetahui progress pekerjaan yang dihasilkan dilapangan dengan perencanaan, sehingga dapat menjadi bahan evaluasi. Dalam proyek apartemen La Maison seringkali mengalami keterlambatan schedule dikarenakan proses pengecekan yang berbelit Misalnya sebuah pekerjaan pembesian dapat terselesaikan melalui kontrol pelaksana proyek dan kemudian di ajukan penegecekan pekerjaan kepada quality control selanjutnya dilakukan pengecekan bersama konsultan, setelah disetujui oleh pihak konsultan, pekerjaan selanjutnya tidak dapat langsung dilakukan dikarenakan pihak konsultan harus melapor kepada owner. Apabila owner tidak menyetujui dikarenakan pendapatnya maka pekerjaan tersebut harus diperbaiki dan tidak dapat melakukan pekerjaan selanjutnya. Apabila terjadi sebab lainnya dalam hal ini keterlambatan pihak readymix dalam mengirimkan suplai beton segarnya sehingga dapat mempengaruhi schedule pengecoran yang terjadi, keterlambatan dari material lainnya juga terjadi selama pembangunan proyek ini, serta perijinan pembangunan yang mengalami kendala serius dalam pelaksanaan proyek ini. Sehingga realisasi pembangunan mengalami keterlambatan satu bulan dari schedule rencana, untuk mengatasi kendala waktu yang sudah terjadi pihak kontraktor melakukan penambahan tenaga kerja dan berusaha meminimalisir terjadinya keterlambatan material sehingga diharapkan pembangunan dapat diselesaikan sesuai jadwal yang sudah direncanakan. 4.6.1 Pengendalian Teknis Pekerjaan Pada pelaksanaan di lapangan biasanya akan mengalami masalah pada bagian pekerjaaan tertentu. Pengendalian Teknis Pekerjaan menunjukkan tahap untuk pengawasan dan kontrol terhadap kualitas IV -31

pekerjaan. Hal ini memerlukan suatu menajemen kualitas agar hasil pekerjaan dapat tercapai mutu yang ditetapkan proyek. Jika permasalahan yang dihadapi memerlukan perhitungan teknis maka pihak engineering akan membuat metode repair yang kemudian akan diajukan terlebih dahulu kepada konsultan perencana. Namun apabila masalah yang dihadapi tidak memerlukan perhitungan teknis seperti melendutnya bekisting, biasanya dari pihak pelaksana yang dibantu oleh konsultan pengawas akan segera mencari pemecahannya. Dalam pengendalian mutu ini peran QC (Quality Control) akan sangat berperan, QC akan mendampingi supervisor dalam pelaksanaan dilapangan. Pengendalian teknis memerlukan analisis terhadap masalah yang timbul dilapangan sehingga dapat diambil langkah yang tepat dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada. 4.6.2 Progress Report Pengendalian hasil pekerjaan di lapangan dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan dan permasalahan di proyek melalui laporan kemajuan dan koordinasi proyek. Laporan kemajuan proyek dikerjakan secara berkala sehingga dapat diketahui sejauh mana kemajuan dari proyek itu. 4.6.2.1 Laporan Harian Laporan harian dibuat setiap hari secara tertulis oleh pihak pelaksana proyek sebagai bentuk tanggung jawab terhadap tugas pekerjaan yang dilaksanakan serta untuk mengetahui hasil kemajuan pekerjaan dan kesesuaian dengan rencana. Selain itu laporan ini dibuat untuk memberikan informasi bagi pengendali proyek dan pemberi tugas melalui IV -32

direksi tentang perkembangan proyek. Dengan adanya laporan harian ini, maka segala kegiatan proyek yang dilakukan tiap hari dapat dipantau. Laporan harian berisikan data data antara lain : a) Waktu dan jam kerja b) Pekerjaan yang telah dilaksanakan maupun yang belum c) Keadaan cuaca d) Bahan bahan yang masuk ke lapangan e) Peralatan yang tersedia di lapangan f) Jumlah tenaga kerja di lapangan g) Hal hal yang terjadi di lapangan Contoh laporan harian pembangunan Apartemen La Maison dapat dilihat di lampiran. 4.6.2.2 Laporan Mingguan Laporan mingguan bertujuan untuk memperoleh gambaran kemajuan pekerjaan yang telah dicapai dalam satu minggu yang bersangkutan, disusun berdasarkan laporan harian selama satu minggu tersebut. Laporan mingguan berisikan antara lain : a) Jenis pekerjaan yang telah diselesaikan. b) Volume dan prosentase pekerjaan dalam satu minggu itu. c) Catatan catatan lain yang diperlukan. Prosentase pekerjaan yang telah dicapai sampai dengan minggu tersebut dapat diketahui dengan memperhitungkan semua laporan mingguan yang telah dibuat, ditambah dengan IV -33

bobot prestasi pekerjaan yang telah diselesaikan pada minggu itu. Dari prosentase pekerjaan yang telah dicapai pada minggu ini dan dibandingkan dengan prosentase pekerjaan yang telah dicapai minggu lalu, maka akan diketahui prosentase keterlambatan atau kemajuan yang telah dicapai. Laporan mingguan tidak dapat dipisahkan dengan time schedule pelaksanaan pekerjaan yang telah disusun oleh pihak Kontraktor Utama dengan persetujuan Project Manager. Dan hasilnya dilaporkan kepada pihak konsultan dalam hal ini PT Dacrea Consultant selaku pengawas struktur dan menjadi wakil dari pihak pemilik Apartemen. 4.6.2.3 Laporan Bulanan Laporan bulanan pada prinsipnya sama dengan laporan mingguan, yaitu untuk memberikan gambaran tentang kemajuan proyek. Untuk tujuan itu dibuatlah rekapitulasi laporan mingguan maupun laporan harian dengan dilengkapi foto foto pelaksanaan pekerjaan selama bulan yang bersangkutan. Laporan bulanan dilaporkan kepada pihak konsultan dalam hal ini PT Dacrea Consultant selaku pengawas struktur dan menjadi wakil dari pihak pemilik Apartemen dan PT Dacrea Consultant bertanggung jawab dengan laporan bulanan serta menyerahkannya kepada pemilik. 4.6.2.4 Rapat Koordinasi Bulanan Rapat koordinasi bulanan diadakan dengan dihadiri oleh Panitia Pembangunan, Owner, Konsultan Perencana, Konsultan Pengawas dan Kontraktor Utama. Dalam rapat ini dibahas hal hal yang berhubungan dengan pelaksanaan IV -34

serta masalah masalah teknis yang timbul di lokasi proyek dan perkembangan proyek yang sedang berjalan serta koordinasi masing masing unsur proyek yang terlibat langsung. Rapat koordinasi bulanan dilakukan secara konsisten dalam proyek ini untuk mengadakan evaluasi - evaluasi yang sedang berlangsung dalam pembangunan proyek tersebut. Pembahasan masalah-masalah yang sedang terjadi akan di catat melalui notulen rapat dan arsip tersebut disimpan oleh pihak kontraktor. 4.7 PENGENDALIAN K3 Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja sangat diperlukan untuk melindungi para pekerja dari segala kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Perlindungan tenaga kerja dalam suatu proyek dimaksudkan agar tenaga kerja dapat bekerja dengan aman dalam melakukan pekerjaannya. Target K3 sendiri adalah zero accident selama pelakasanaan di lapangan sehingga perlunya penyusunan: 4.7.1 Safety Plan Identifikasi bahaya kerja, dan penanggulangannya, rencana penempatan alat alat pengamanan seperti pagar pengaman, jaring pada tangga dan tepi bangunan, railing serta rambu-rambu K3 serta rencana penempatan alat-alat kebakaran (tabung pemadam api), dan lain-lain. Pelaksanaan K3 pada Proyek Apartement La Maison Barito yang dapat dilihat langsung adalah pemasangan tulisan Safety First, spanduk bertulisan Area wajib helm dan lain-lain. Hal ini merupakan upaya untuk selalu mengingatkan para pekerja untuk IV -35

menjaga keselamatannya. Namun seringkali tulisan ini tidak dibaca karena sudah dianggap biasa saja. Oleh karena ini kontraktor mengadakan program pengenalan K3 bagi tenaga kerja dan karyawannya. Program pengenalan K3 dan housekeeping dilaksanakan pada saat seseorang baru masuk menjadi karyawan atau pada waktu tertentu. Program ini dilaksanakan oleh manajer safety setia bulan dengan safety talk untuk seluruh pekerja dan karyawan. Selain itu juga dilakukan program safety talk untuk para pekerja oleh safety manager. Safety manager adalah petugas yang ditunjuk oleh project manager yang secara terus menerus mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan dilihat dari segi K3. Safety manager berwenang menegur dan memberikan instruksi langsung kepada site manager, bila ada pelaksanaan yang mengandung bahaya terhadap keselamatan kerja. Pada pyoyek ini untuk pengawasan pelaksanaan K3 diadakan safety patrol yaitu suatu tim K3 yang melaksanakan patroli setiap hari. Dalam patroli masing-masing anggota safety patrol mencatat hal-hal yang tidak sesuai ketentuan yang memiliki risiko kecelakaan. Selain itu juga diadakan safety meeting yaitu rapat dalam proyek yang membahas hasil/laporan dan safety meeting adalah salah satu sarana perbaikan atas pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan K3 dan perbaikan system kerja untuk mencegah penyimpangan tidak terulang kembali. Untuk program pendekatan K3 bagi orang baru di proyek (termasuk pekerja dan karyawan) dinamakan safety induction. Dan juga diadakan toolbox meeting yaitu pengarahan tentang K3 yang ditujukan kepada para pekerja dan karyawan yang akan berada di area kerja. Selai itu diantara jam kerja pada setiap jamnya petugas safety selalu mengingatkan tentang keselamatan dan kesehatan pada pekerja. Selain keselamatan dan kesehatan kerja, traffic management pun merupakan tanggung jawab manajer safety. IV -36

a) Sarana peralatan K3 yang harus disediakan oleh pihak kontraktor terdiri dari: Helm Helm pengaman wajib dikenakan oleh semua orang tanpa kecuali yang berada dilokasi proyek. Helm harus berjumlah sama dengan jumlah pekerja ditambah beberapa cadangan untuk tamu-tamu dan orang-orang yang datang sesekali. Safety shoes Harus dipakai oleh semua orang yang berada di lokasi proyek seperti helm. Jumlah harus sesuai dengan jumalah pekerja yang ada Sarung tangan Digunakan sesuai dengan jenis pekerjaan seperti tukang las, tukang listrik, dan lain-lain. Sabuk pengaman Digunakan untuk pekerja ditempat ketinggian. Kacamata las Wajib digunakan oleh tukang las pada pekerjaan baja dan pembesian. Masker Wajib digunakan oleh tukang cat, penyemprot anti rayap dan lain-lain. Kotak P3K Berguna untuk pertolongan pertama. Diletakan di tempattempat yang mudah terlihat dan terjangkau. b) Sarana peralatan lingkungan, yaitu: Tabung pemadam kebakaran Digunakan apabila terjadi kecelakaan dan kecerobohan kerja yang menimbulkan nyala api. Tabung ini harus diletakan IV -37

ditempat yang mudah terlihat dan terjangkau, seperti di pos satpam. Pagar pengaman Dipasang disekeliling area proyek dan pada daerah-daerah dimanaterjadi perbedaan kontur tanah yang tinggi akibat pekerjaan galian. Bentuk pagar yang digunakan adalah batangbatang besi dipasang berdiri dan dihubungkan dengan tali tambang berwama kuning. Pagar ini diperlukan untuk lokasi antara lain lubang di lantai, lubang di sumur galihan tanah, tepi bangunan tinggi. Pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja Jaring pengaman pada bangunan tinggi. c) Rambu-rambu peringatan Fungsi rambu-rambu peringatan antara lain untuk: Peringatan bahaya dari atas Peringatan bahaya benturan kepala Peringatan bahaya longsoran Peringatan bahaya api / kebakaran Peringatan tersengat listrik Peringatan untuk memakai alat pengaman kerja 4.7.2 Security Plan Prosedur keluar masuk bahan proyek, prosedur penerimaan tamu, identifikasi daerah rawan di wilayah sekitar proyek, dan prosedur komunikasi di proyek. Adapun prosedur yang harus dilakukan oleh pihak keamanan atau security yaitu adalah sebagai berikut : a) Melakukan pengecekan identitas para pekerja yang bekerja dalam proyek tersebut dengan meminta kartu identitas dan IV -38

menyimpannya untuk pendataan orang-orang yang berada dalam proyek. b) Bersama petugas K3 melakukan pengecekan atribut dan perlengkapan keamanan terhadap setiap pekerja yang akan memasuki proyek. Apabila pekerja yang tidak mematuhi peraturan K3 akan ada sanksi berupa denda uang maupun sanksi terberat yaitu dikeluarkan dari proyek dan mendapatkan ijin bekerja dalam proyek tersebut. c) Melakukan kontrol keamanan disekeliling lokasi proyek untuk melakukan pengendalian keamanan dilokasi proyek d) Menerima tamu dan mencatat identitas tamu tersebut serta menanyakan keperluan dan kepada siapa tamu akan dituju. e) Melakukan penerimaan material atau bahan yang akan memasuki proyek dengan meminta surat jalan dan melaporkan kepada pihak terkait perihal material yang akan masuk dalam lokasi proyek. f) Melakukan report atau laporan keadaan dengan mencatat setiap kejadian kedalam buku catatan harian. 4.7.3 House Keeping House keeping adalah lokasi penempatan dan jumlah toilet pekerja, tempat sementara penimbunan material bekas, pengaturan kantor, jalan sementara, gudang, barak pekerja dan lain-lain. Pada proyek pembangunan Apartemen La Maison on Barito ini, hal hal tentang kesejahteraan dan keselamatan kerja sudah diperhatikan, yaitu dengan adanya peralatan, dan fasilitas yang berhubungan dengan masalah kesejahteraan dan keselamatan kerja. Meskipun masih terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pekerja walau telah diberi rambu peringatan. IV -39