METODE PENGUDUHAN DAN EKSTRAKSI BUAH. Kelompok 2 : Ade Indah Muktamarianti. Pradiana Roro Ayu Candra

dokumen-dokumen yang mirip
ukur tinggi pohon dengan tali utama, kita turun dari pohon menggunakan tali prussik maupun descender.

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Jenis prioritas Mendukung Keunggulan lokal/daerah

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

Suatu unit dalam. embryo sac. (kantong embrio) yang berkembang setelah terjadi pembuahan. Terdiri dari : ~ Kulit biji ~ Cadangan makanan dan ~ Embrio

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

TEKNIK SELEKSI BIJI PEPAYA

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

TEKNOLOGI BENIH. A.Sahupala (Fakultas Pertanian Universitas Pattimura) Pendahuluan

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Pembuatan Pembibitan Tanaman

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

I. PENDAHULUAN. Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

BAB III METODE PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

Perkembangbiakan Tanaman

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Bibit yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama yang mampu menunjang keberhasilan

Teknik Budidaya Tanaman Pepaya Ramah Lingkungan Berbasis Teknologi Bio~FOB

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Kegiatan Pembelajaran 4. Perlakuan Khusus. A. Deskripsi

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

METODE PENYIMPANAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga O. Ktze) Method of Seeds Storage of Merbau (Intsia bijuga O. Ktze) ABSTRACT PENDAHULUAN

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

Oleh : Iskandar Z. Siregar

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

Silvikultur intensif jenis rotan penghasil jernang (bibit, pola tanam, pemeliharaan)

Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)

Pbaik agar menghasilkan benih bermutu.

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

II. TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

KAJIAN PERBENIHAN TANAMAN PADI SAWAH. Ir. Yunizar, MS HP Balai Pengkajian Teknologi Riau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH UKURAN BENIH TERHADAP PERKECAMBAHAN BENIH KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl.)

Teknik Pembenihan Acacia Spp. (Akasia) Bebas Penyakit

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

PERKEMBANGBIAKAN VEGETATIF CANGKOK. Di Susun Oleh: Kelompok 7 Sony Paula

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

Pendahuluan. ACARA I Perkecambahan Benih. (eksternal). Faktor Dalam Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :

I. PENDAHULUAN. multiguna karena hampir seluruh bagian pohonnya dapat dimanfaatkan.

III. PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN TANAMAN OBAT SECARA UMUM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lokasi pembibitan CV. TAIDU Kecamatan Alor

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Aris Sudomo. Balai Penelitian Kehutanan Ciamis. Jl. Raya Ciamis-Banjar Km 4 Po Box 5 Ciamis 46201; Telp. (0265) ABSTRAK

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Pedoman Teknis Teknologi Tanaman Rempah dan Obat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di jalan Depag, Komplek Perumahan. Wengga 1 Blok B Nomor 54 Kelurahan Kasongan Lama, Kecamatan Katingan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Kenari merupakan Family dari Burseraceae. Famili ini terdiri dari 16

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Transkripsi:

METODE PENGUDUHAN DAN EKSTRAKSI BUAH Kelompok 2 : Dian Widi Hasta Rizki Kurnia Tohir Ade Indah Muktamarianti Elsafia Sari Maulana Ikhsan Pradiana Roro Ayu Candra E34120081 E34120028 E341200 E341200 E341200 E34120 DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Dalam bidang kehutanan, perbanyakan secara generatif telah berkembang sejak ratusan tahun yang lalu, kemudian mengalami modifikasi dan penyempurnaan teknik. Secara umum, pengertian generatif adalah salah satu cara untuk memperbanyak tanaman dengan menggunakan biji hasil perkawinan antara bunga jantan dan betina. Dari biji inilah nantinya berkembang menjadi tanaman baru sebagai regenerasi pohon induknya. Biji yang dihasilkan tanaman hutan sangat bervariasi baik ukuran, bentuk maupun volume per-kg-nya (Kamil 1997). Benih adalah simbol dari suatu permulaan, merupakan inti dari kehidupan dan yang paling penting adalah kegunaannya sebagai penyambung dari kehidupan tanaman (Sutopo 2002). Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Dikenal dua macam ekstraksi benih yaitu ekstraksi kering yang dilakukan terhadap buah berbentuk polong (Acacia sp. Falcataria moluccana) dan jenis jenis yang memiliki daging buah yang kering (Swietenia macrophylla), sedangkan ekstraksi basah dilakukan terhadap jenis jenis yang memiliki daging buah yang basah seperti Gmelina arborea, Melia azedarach, dan Azadirachta indica. Pengeringan benih dimaksudkan untuk menurunkan kadar air sampai batas keseimbangan dengan udara luar disekitarnya dan siap untuk dilakukan proses selanjutnya. Benih bersifat higroskopis, sehingga jika benih diletakan di dalam ruangan dengan RH rendah, maka benih akan kehilangan air dan terjadi penurunan kadar air. Namun, sebaliknya jika benih diletakkan dalam ruangan dalam RH tinggi, maka kadar air benih akan bertambah atau meningkat. Selain bersifat higroskopis, benih juga selalu ingin berada dalam kondisi equilibrium (keseimbangan) dengan kondisi disekitarnya. Pengeringan benih merupakan proses perpindahan air dari dalam benih ke permukaan benih dan kemudian air yang berada di permukaan benih

tersebut akan diluapkan jika RH ruangan lebih rendah. Proses ini akan terjadi hingga keseimbangan kadar air benih dengan RH lingkungannya tercapai. Pengeringan seringkali merupakan faktor yang sangat kritis pada tahap pengolahan benih terutama pada musim hujan. 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menjelaskan metode pengunduhan dan ekstrkasi buah pohon hutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengunduhan Benih Benih merupakan alat perkembangbiakan tanaman yang utama, oleh karena itu kita perlu mengupayakan bagaimana agar benih ini tetap berkualitas, dalam arti kalau disemai memberikan prosen kecambah yang tinggi dan bila di tanam pada lahan yang bervariasi keadaanya bisa tumbuh baik, kematiannya kecil. Oleh karena itu kita harus memperhatikan dan menggunakan cara-cara yang tepat dalam pengunduhan dan penanganannya. Sampai saat ini program penanaman selalu diawali dengan pengumpulan biji dari sumber benih yang telah ada disuatu wilayah yang bersangkutan, baik dari sumber benih yang secara alami sudah ada maupun dari hutan tanaman yang sudah ditetapkan untuk sumber benih. Agar pengumpulan biji ini bisa sesuai dengan target yang diharapkan maka instansi yang bergerak di bidang perbenihan harus mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi panen biji pada tanaman, serta faktor-faktor apa yang bisa dikendalikan agar panen bisa terjadi setiap tahun (Muniarti 1996). Pengumpulan biji yang berhasil biasanya merupakan hasil perencanaan yang matang. Waktu yang cukup diperlukan untuk merencanakan strategi pengumpulan yang praktis dan efisien dan untuk mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan untuk pelaksanaannya. Faktor utama meliputi perkiraan panen yang tepat perlengkapan yang layak dan pelaksana pengumpul yang terlatih. Pengumpulan yang terinci untuk penelitian memerlukan perencanaan yang lebih baik dan detail daripada pengumpulan yang bersifat rutin dan perlu survei pendahuluan beberapa tahun sebelum dilakukan penelitian atau tergantung pada keadaan. Perkiraan panen biji selalu diperlukan oleh kolektor, khususnya pada tahun-tahun ketika produksi biji pada pohon rendah. Perkiraan panen yang baik membantu mengurangi jumlah personil dan peralatan yang dibutuhkan. Panen biji dapat diperkirakan dengan 5 metode yaitu: a) Penghitungan bunga; b) Penghitungan buah muda dan biji muda; c) Penghitungan buah dalam satu tanaman, metode ini meliputi

penghitungan total dan sampel tajuk, d) sistem ranting; e) penghitungan biji dengan pemotongan bagian buah. 2.2 Teknik Perbanyakan Generatif Secara teknis silvikultur perbanyakan generatif tanaman adalah perbanyakan dan bahan yang berasal dari biji. Perbanyakan secara generatif dapat dilakukan dengan mudah dan murah bila biji pohon tersedia secara melimpah. Beberapa variasi biji yang dihasilkan tanaman hutan tersebut menjadikan adanya teknik yang berbeda dalam perlakuannya. Kondisi daya tahan dan lama penyimpanan menjadi faktor pembatas dalam perbanyakan generatif ini. Ada biji tanaman hutan yang langsung ditabur pada bak persemaian namun ada juga biji tanaman hutan yang dapat disimpan datam waktu lama sebelum ditabur (Wahyu dan Asep 1995). Dikenal dua tipe yaitu: 1. Biji ortodoks, yakni biji yang dapat disimpan dalam waktu lama sebelum dikecambahkan,contohnya akasia, sengon, sawokecik, jati, cemara gunung, ulin, merbau dan lain-lain. 2. Biji rekalsitran, yaitu biji yang tidak membutuhkan penyimpanan,disarankan setetah biji masak langsung ditabur pada bak persemiaan. Biji tipe ini biasanya memiliki kulit lunak, kandungan air tinggi serta tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama. Apabila disimpan terlalu lama akan menurunkan daya kecambahan. Contohnya: biji tanaman merantai, mahoni, nangka, pulai imba, turi dan lain-lain. Kedua tipe biji yang berbeda tersebut menuntut perlaküan yang berbeda balk dalam cara penyimpanan, pemecahan penghambat kecambah (skarifikasi), dan penaburan dipersemaian. Dapat diterangkan ketika jenis tanaman hutan tersebut sudah masak baik secara fisik dan fisiologis maka biji segera dipanen. Setelah biji dipanen perlakuan lanjutan yang dibutuhkan adalah penaburan di bedeng semai. Rangkaian teknik perbanyakan generatif yang dilakukan dalam kehutanan antara lain sebagai berikut: 1. Pengunduhan Buah/Biji

Biji yang sudah masak secara fisik dan fisiologis dipanen dengan cara dipanjat / diambil dengan galah. Pada beberapa jenis tertentu biji yang sudah masak dibiarkan jatuh dari pohonnya kemudian dikumpulkan dari lantai hutan. 2. Seleksi Buah/biji Biji yang telah dipanen kemudian dipilih yang bernas, tidak kosong, sehat dan tidak diserang hama/penyakit. Cara pemisahannya dapat dilakukandengan perendaman dalam air, dimana biji yang terapung dibuang. Seleksi yang lain dapat dibedakan berdasarkan besar kecilnya biji maupun bentuknya 3. Penyimpanan Biji Biji yang termasuk kategori biji ortodoks disimpan dalam suhu dan wadah tertentu untuk menjaga kelembaban udara dan kadar airnya. Biasanya biji dimasukkan ke dalam kantung plastik kemudian disimpan dalam lemari berpendingin (DCS= Dry Cool Storage). Dengan cara penyimpanan yang tepatdiharapkan kelembaban dan kadar air dalam biji dapat dipertahankan dalam waktu tertentu sampai biji tersebut ditabur. 4. Penaburan biji Jenis biji rekalsitran yang tidak memerlukan waktu simpan yang lama segera disemaikan dalam bak tabur. Perlakuan pada tingkat persemaian yang perlu diperhatikan adalah kecukupan air, media yang sarang (porous), interisitas sinar matahani dan kelembaban udara. 5. Penyapihan Dalam waktu tertentu biji yang tetah ditabur akan memuncutkan tunas tanaman. Setelah muncul daun muda yang sempurna segera pindahkan tanaman dan bak persemaian ke dalam polybag yang berisi campuran media tanah dan pupuk kompos. Tempatkan ke dalam areal persemaian yang memiliki intensitas cahaya matahari 50-75%, lakukan penyiraman secukupnya dan berikan pupuk dasar agar menunjang pertumbuhan tanaman. 6. Pemeliharaan dan Perawatan sampai dengan siap tanam

Tanaman dipelihara antara lain dengan pemberian pupuk, pembersihan dari gulma, penyemprotan dengan insektisida/fungisida ketika tanaman diserang hama/jamur dan pemeliharaan lainnya. Lama pemeliharaan ditingkat semai bervaniasi antara 4-6 bulan sampai siap tanam.

BAB III METODOLOGI PENULISAN 3.1 Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai fenomena yang dikaji secara asosiatif. 3.2 Teknik Penulisan Data penulisan ini diperoleh dengan teknik studi pustaka (Library Research). Sumber kajian berasal dari buku-buku, jurnal dan sumber informasi lainnya baik yang relevan dengan permasalahan yang diangkat. Sumber kajian tersebut diperoleh dari media informasi baik cetak maupun elektronik. 3.3 Jenis dan Bentuk Data Jenis dan bentuk data yang digunakan adalah data sekunder, yakni data yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat.

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Teknik Penngunduhan Buah Benih sebaiknya dipanen dari pohon induk yang cukup umur dan sehat. Pohon induk yang sehat dicirikan oleh batang yang lurus dan serta bebas dari hama/penyakit (Wbisono et al 2006). Teknik pengunduhan buah ada bermacam-macam. Secara umum teknik pengunduhan buah yang paling banyak digunakan diantaranya : A. Pemanjatan Pohon Sebelum melakukan pemanjatan untuk pengambilan buah. Diperlukan langkah-langkah yang tepat, agar keselamatan pemanjatan dapat terjamin dengan baik. Adapaun langkah-langkah tersebut menurut Nurhayati (1997) adalah sebagai berikut: Persiapan Dalam rangka melaksanakan pemanjatan pohon dibutuhkan adanya kombinasi antara kekuatan tangan dan keseimbangan. Untuk itu perlu dilakukan persiapan yang baik dan benar dengan perencanaan yang matang. Dalam kegiatan pemanjatan untuk pengunduhan beniih peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain : tali, harness atau sadel, karabiner, deskender, stopper, prussik, spurs, tangga, pelontar tali, three hook, baju pemanjat, sepatu boot, sarung tangan, helm, kantong buah. Peralatan dan perlengkapan tersebut harus dalam kondisi baik dan memnuhi syarat keamanan bagi pemanjat pohon. Selain itu sebelum melakukan kegiatan pemanjatan untuk pengunduhan benih harus dilakukan latiham fisik terlebih dahulu. Latihan fisik yang perlu dilakukan antara lain : aerobik, chin up, knee raise, ledge hang, the dip, wrist roll dan lain-lain. Dan yang terakhir yaitu harus mempelajari karakteristik pohon yang akan dipanjat. Hal yang perlu diperhatikan : kulit batang (ketebalan, kelicinan, kekerasan),percabangan (kekuatan cabang, cudut percabangan) serta diameter batang. Hal ini untuk menentukan peralatan yang akan dipergunakan. Pemanjatan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan alat, seperti dengan menggunakan tangga maupun tali serta dengan mengkombinasikan beberapa alat. Dalam pemanjatan, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain :

lokasi dan kondisi lapangan, karakteristik pohon, serta peralatan yang harus dipersiapkan. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai pemanjatan dengan menggunakan tali dan spurs. 1. Memulai Pemanjatan Waktu memanjat kita harus menguasai betul teknik pemanjatan pohon. Penggunaan peralatan panjat seperti spurs, harness, carabiner maupun talitemali harus sesuai dengan ketentuan. 2. Pemanjatan pada Percabangan Pemanjatan pada percabangan dilakukan dengan cara mengganti stropper. Dalam penggantian stropper yang harus diingat adalah sebelum stropper pertama dilepas, kita harus memastik bahwa stropper kedua dalam posisi yang tepat. Pemasangan carabiner stropper kedua pada harness harus diatas carabiner stropper pertama, untuk memudahkan pelepasan carabiner stropper pertama. 3. Pengunduhan Sebelum melakukan pengunduhan, kita buat anchor pada cabang tertinggi yang kuat sebagai penahan berat badan pemanjat. Setelah anchor terpasang, kita dapat melakukan pengunduhan pada cabang maupun anak cabang. Pengunduhan buah pada pohon berdaun jarum lebih mudah dilakukan daripada pohon berdaun lebar. Hal ini disebabkan karena cabang pohon berdaun lebar secara umum mempunyai cabang yang lebih panjang, sehingga kita harus berjalan mengikuti arah cabang tersebut. 4. Berpindah Pohon Hal ini dimungkinkan apabila jarak kedua pohon yang diunduh mempunyai jarak yang relatif dekat dan ukuran pohon cukup tinggi. Alat yang digunakan antara lain jangkar dan tali. Teknik yang digunakan adalah dengan menarik ulur tali agar kita mendekat ke pohon kedua. Setelah kita sampai pohon kedua kita memasang anchor lagi dan melakukan pengunduhan kembali. 5. Turun dari pohon

Sebelum kiuta turun kita harus memeriksa bahwa alat-alat maupun benih sudah kita turunkan terlebih dulu dengan menggunakan tali dan descender. Apabila panjang tali utama tidak cukup panjang, maka kita harus memindahkan anchor pada cabang yang lebih rendah. Setelah kita ukur tinggi pohon dengan tali utama, kita turun dari pohon dengan menggunakan figure 8. Selain dengan figure 8 kita dapat pula menggunakan tali prussik maupun descender. B. Merontokkan dengan Galah Metode ini umumnya dipakai pada pohon yang tidak terlalu tinggi, biji dalam buah terlindungi dengan baik oleh kulit buah, sehingga tidak rausak ketika jatuh, dan batang pohonnya relatif susah untuk dipanjat. C. Menngumpulkan Buah atau Benih Langsung Di Bawah Pohon Metode ini umumnya digunakan pada pohon yang sulit untuk dipanjat maupun diambil buahnya dengan menggunakan galah. Pengunduhan buah dengan metode ini lebih mudah dengan dua metode sebelumnya, selain itu, biaya yang dikeluarkan juga relatif lebih murah. 4.2 Ekstraksi Biji Ekstraksi biji adalah pengeluaran biji dari buah/polongnya. Menurut Utomo (1989) dalam Nurhayati (1997) ekstraksi benih merupakan peroses pengeluaran benih dari buah, polong, kerucut, kapsul atau bahan pembungkus benih lainnya. Ekstraksi diperlukan karena biasanya benih tidak dipanen secara langsung. Biasanya pengunduhan dilakukan terhadap buahnya. Berdasarkan jenis buahnya, ekstrkasi benih menurut Utomo (1989) dalam Nurhayati (1997) dapat dilakukan dengan cara basah dan kering. Ekstraksi cara basah untuk buah berdaging, biasanya ditujukan untuk menghilangkan daging buah. Cara in dapat dilakukan secara manual atau mekanik. Apabila sisa daging buah dibiarkan menempel pada benihnya, maka ekstrak atau zat yang terkandung dalam daging buah tersebut akan berfungsi sebagai

penghambat perkecambahan. Ekstraksi cara kering dilakukan dengan jalan pengeringan buah. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan sinar matahari atau dengan menggunakan panas buatan (fruit/seed drier). Sementara itu berdasarkan proses ekstraksi ini, buah dan polong dapat digolongkan menurut cara mengekstraksi. Adapaun penggolongan tersebut diantaranya : 1. Cone dan Polong Sesudah tindakan pra-perawatan, buah polong dikeringkan sampai pada tingkat kadar air tertentu dimana buah polong tersebut mulai terbuka. Setelah terbuka bijinya diambil dengan menggunakan tangan atau mesin khusus. Kerusakan mesin dapat dengan mudah menimbulkan kerusakan pada benih apabila terjadi terlalu banyak benturan dan getaran. Setiap famili pohon (families) dapat berbeda dalam hal kadar air cone dan ketebalan dan struktur lapisan benih, dan ekstraksi standar dapat juga mempengaruhi famili pohon (families) tersebut secara berbeda. 2. Buah Kering Ini merupakan kelompok yang bermacam-macam. Kantung (follicles) yang terbelah sebelah kebawah, polong dari tumbuhan polong yang terbelah dua belah kebawah, dan kapsul dari tanaman eucalyptus yang terbelah kedalam (split in) menjadi tiga atau beberapa belah. Beberapa jenis buah akan terbuka dengan sendirinya apabila dikeringkan khususnya apabila buah tersebut dipetik pada saat yang tepat, bukan sebelum waktunya dan apalagi dengan pengeringan terlalu cepat. Beberapa benih dapat diperoleh melalui gosokan ringan atau rontok, sedangkan lainnya memerlukan bantuan mesin. Proses seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan pada benih apabila tidak dilakukan dengan teliti. Perbedaan famili pohon (family) dalam struktur lapisan benih dapat menyebabkan perbedaan antar famili dalam kerusakan. 3. Buah dengan daging yang berair (fleshy) Jenis buah dengan daging yang berair berpotensi sulit. Segera setelah pengumpulan, daging buah tersebut mulai berubah lunak dan mulailah proses

fermentasi. Untuk menjaga agar bijinya tidak kehilangan kapasitas perkecambahan, daging buahnya perlu segera dihilangkan. Makin matang buah tersebut makin cepat pula proses fermentasi dimulai. Famili-famili tanaman seringkali memiliki kematangan buah dan benih yang sangat berbeda, dan akan mengalami pengaruh secara berbeda yang disebabkan penanganan populasi benih yang buruk secara keseluruhan. 4. Benih rekalsitran Ini merupakan kelompok benih dengan sifat yang tidak diketahui dalam hal kemampuan bertahan pada penanganan yang buruk. Benih berbeda dalam kadar airnya. Lagi pula serangan jamur akan berbeda antar famili pohon (families) disebabkan perbedaan kondisi lingkungan benih dari pohon induk.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Ada beberapa metode dalam mengunduh buah pada pohon hutan, yakni memanjat, mengambil dengan mengambil galah, dan mengunduh langsung di bawah pohon tersebut. Sementara itu dalam ekstraksi benih dibedakan berdasarkan faktor jenis buah dan proses ekstraksi. Berdasarkan jenis buahnya ekstarkasi dapat dilakukan dengan cara basah atau kering. Sedangkan berdasarkan proses ekstraksinya, ekstraksi dibedakan menjadi empat bagian yaitu : ekatraksi Cone dan polong, buah kering, buah dengan daging yang berair (fleshy), dan buah rekalsitran. 5.2 Saran Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai metode yang tepat dalam pengunduhan dan ekstraksi buah yang tepat guna mendapatkan hasil yang maksimal. Pengektraksian dan pengunduhan buah untuk pemuliaan tanaman sebaiknya memperhatikan kondisi pohon induk dan penggunaan metode yang tepat setiap jenis pohonnya.

DAFTAR PUSTAKA Kamil J. 1982. Teknologi Benih I. Padang(ID): Universitas Andalan Press. Muniarti E. 1996. Informasi Hasil Penelitian Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Viabilitas Benih Kemiri (Aleurites moluccana Wild). Keluarga Benih 7(1): 59-65. Nurhayati K. 1997. Pengaruh Ukuran dan Saat Perekahan Buah pada Proses Ekstraksi terhadap Perkecambahan dan Pertumbuhan Semai Khaya antoteca C.DC [skripsi]. Bogor(ID). Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sutopo L. 2002. Teknologi Benih. Jakarta(ID): PT. Raja Grafindo Persada. Wahyu CM dan Asep Setiawan. 1995. Produksi benih. Jakarta(ID): Bumi Aksara Wibisono ITC, Priyanto EB, Suyradiputra IN. 2006. Panduan Parkatis Rehabilitasi Pantai. Bogor(ID): Wetlands International Indonesian Programme.